Turis di kota sendiri

Rabu, 03 September 2014

I'm gonna pick up the pieces,
And build a Lego house.
If things go wrong we can knock it down.

My three words have two meanings,
There's one thing on my mind.
It's all for you.

***
 
Jam di dinding menunjukkan hampir tengah hari. Aku berbaring dan melonjorkan kaki naik ke sofa. Baju kaos Arizona yang kupakai sedikit berkeringat karena aku tidak sedang berada di ruangan ber-AC di kantorku. Nyamuk nyamuk penunggu rumah tampak senang menerima tamu (baca: umpan) di hari yang tak biasanya, Senin pagi.

Temanku, Laser baru saja selesai mengajar bahasa inggris, terkejut melihatku disana. Kami bertegur sapa, menanyakan kabar, dan dia menanyakan asal muasal aku di sini.
"Jemput ferdi, mau bawa keliling Jambi." jawabku.

Padanya, aku meminta referensi tempat wisata yang patut dikunjungi karena daftar checklistku sudah habis terlaksana.
Kawasan Percandian Muara Jambi
Masjid 1000 tiang
Tanggo Raja
Nge-mall di WTC
Putar Putar naik motor

Laser menyebutkan beberapa tempat yang tak terpikir olehku antara lain 1) hutan kota dan hutan pinus, tempat ngeliat pasangan muda mudi mesum, 2) Rumah batu olak kemang, di daerah seberang yang bahkan aku pun jarang kesana.

Bukan aku saja yang tak minat, si ferdi (turis,red) pun ogah. Lebih baik kami pergi mengisi perut saja. Sarapan pagi tekwan ternyata tak awet membungkam cacing perut kami, padahal porsinya sudah ditambah.

Untuk siang hari ini, si turis maunya makan makanan khas Jambi yang aku dan Laser kebingungan mencarinya. Untung sebelumnya si turis telah diajak teman aku, bang Lukman makan di rumah makan khas Jambi sehingga kini posisi berbalik.Aku yang gadis jambi, besar di tanah pilih pesako betuah dan kenyang minum aek sungai batanghari justru harus dipandu si turis dari Bengkulu.

Sesampaimya di rumah makan Mak Nyuss yang telah direkomendasi bang Lukman, si turis kurang sreg dengan tampilan makanan yang tersaji ala restoran padang. Si turis pun mengurukan niat dan beralih hati ke restoran lain yakni, Rumah Makan Bu Salma yang telah dia coba kemarin hari. Karena saya tuan rumah dan pemandu yang cantik nan baik hati, saya ikuti saja maunya. si turis.

Usaha menuju rumah makan ini lagi lagi harus dipandu oleh bang Lukman yang menerangkan cara menuju ke sana. Lagi-lagi-lagi saya merasa seperti turis di kampung sendiri karena tidak tahu dimana Bank BTN ataupun gedung LPMP. Untungnya(lagi) si turis setelah dibawa puter puter ingat sedikit jalan dan (sepertinya) lebih mahir nyari jalan daripada aku sehingga pencarian pondok kayu bu Salma nggak pakai acara nyasar.

Begitulah kekikukan saya jadi pemandu buat si turis. 
Selama ini biasanya selalu aku yang jadi tukang jalan dan dipandu. Sudah berkali kali aku ngajak teman teman main ke Jambi namun belum membuahkan hasil. Apalagi jambi memang bukan destinasi wisata. Lebih banyak kalau diajakin ke sini tanyanya "Mau lihat apa di Jambi?" Oh Well!

Hingga akhirnya si turis ini memberikan konfirmasi akan tiba di Jambi subuh hari kemudian, saya sempat gak bisa tidur karena excited! Saya juga mau balas budi karena sewaktu ke Bengkulu dulu telah diperlakukan sedemikian rupa, so this is my time to return a big favor!

Dalam pikiranku si turis pastilah punya tabiat yang kurang lebih sama denganku ketika jalan jalan.
Mitos : Ingin melihat sebanyak mungkin.
Realita : Maksud hati biar si turis bisa melihat pemandangan yang berbeda tiap hari, saya menunjukkan jalan yang juga berbeda beda tiap harinya, eh si turis malah bilang saya membawanya putar putar, waktu tempuh jadi lebih lama dan saya dikira nyasar.

Mitos : Ingin mengunjungi objek wisata
Realita : Tidak semua tempat wisata membuat si turis berminat.

Mitos : Ingin mencoba semua atraksi yang ada
Realita : Aku menawarkan naik ketek (perahu kayu bermesin) yang digunakan untuk menyebrangi sungai Batanghari, namun ditolak.

Mitos : Harus bawa oleh oleh
Realita : si turis rencananya mau membeli duku tetapi karena harganya tidak lebih murah dari kota asalnya, batal! Saya sudah menyarankan membeli pempek / kerupuk / dodol dan sejenisnya tetapi alasannya "Bengkulu juga ada". Okay deeehhh..

Kesimpulan :
Mindset si pembawa jalan dan si turis acapkali berbeda. Apa yang aku anggap biasa biasa saja mungkin jadi highlight dalam perjalanan mereka. Seperti ketika menelusuri kawasan percandian muara jambi, aku rasa yang membuat perjalanan itu menarik bagi si turis adalah duku duku yang bertebaran yang boleh dipetik gratis dibandingkan dengan reruntuhan candi yang berusia ratusan tahun. Lalu ketika sudah bingung mau membawanya kemana lagi, tiba tiba terbesit ide membawanya ke vihara dan kelenteng dan dia juga mau. Selama di vihara, kami dilihatin terus oleh pengunjung lainnya karena mungkin si turis satu satunya yang tak bermata sipit dan ngoceh pake bahasa Hokkian yang broken. Tak disangka sepertinya kunjungan dadakan ini malah jadi highlight perjalanan dia ke Jambi.

Oh, dan akhirnya dia menemukan oleh oleh yang diinginkannya, gelang dengan koin sebagai charm-nya yang telah dijampi jampi. Welcome to the club, Ferdi (Lim Sen Ching)!

***

I'm out of sight, I'm out of mind.
I'll do it all for you in time.
And out of all these things I've done I think I love you better now
I'm out of touch, I'm out of love.
I'll pick you up when you're getting down.
nd out of all these things I've done I will love you better now
.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets