Alkisah, hiduplah seorang putri bernama Mandalika yang merupakan putri Raja Tonjang Beru dan permaisuri Dewi Seranting dari kerajaan Tanjung Bitu di selatan pulau Lombok. Seperti cerita rakyat pada umumnya, dikisahkan sang putri ini memiliki segala kesempurnaan yang diinginkan wanita. Pintar, cantik, bijaksana dan tentunya kaya raya dong. Nah keelokannya ini membuatnya tersohor hingga kemana mana walau tanpa pengaruh social media tentunya. Para pangeran yang melihat putri Mandalika pun dijamin mabuk kepayang cinta dibuatnya. Mereka pun berebutan mempersunting gadis ini. Namun, sayangnya sang putri rupanya PHP. Dia tidak menerima namun juga tidak menolaknya pangeran pangeran ini.
Pengaruh cinta yang maha dahsyat ini pun mengakibatkan para pangeran ini membuat inisiatif sendiri ala gentlemen zaman dulu. Perang! Yak siapa yang menang dialah yang berhak bersanding dengan putri Mandalika. Dikira barang apa diperebutkan? heheh
Singkat cerita kabar perang yang tentu akan mengakibatkan pertumpahan darah sampai hingga ke sang putri. Tentu dia gusar menjadi penyebab dari semua ini. Dia pun bersemedia dan dengan kearifan tingkat tinggi dia pun mempunyai solusi jitu. Lalu dipanggillah pangeran pangeran yang telah buta oleh cinta ini di sebuah daerah. Mereka pun berbondong bondong datang penasaran siapakah yang akan memiliki putri kesayangan Lombok ini?
Sang putri Mandalika yang telah ditunggu tunggu tiba dan ia menaiki sebuah bukit. Tak berapa lama ia pun menyampaikan sepatah kata hasil renungannya, bahwa ia tak berpihak kepada siapa pun. Dia memilih lebih dinikmati oleh seluruh masyarakat Lombok dan oleh karena itu daripada memilih satu pangeran dan menyakiti hati yang lain lebih baik dia mengorbankan diri sendiri.
Semua kaget dengan pernyataan tersebut. Lebih kaget lagi setelah itu sang putri langsung terjun menenggelamkan diri di laut. Orang orang berusaha menyelamatkannya tapi ajaibanya tidak ada jejak sedikitpun yang ada malahan cacing laut yang muncul dari batu karang dalam jumlah banyak. Bukannya geli, namun cacing cacing ini memancarkan aneka cahaya berwarna warni. Masyarakat percaya inilah perwujudan perkataan si putri tadi. Mereka pun berbondong bondong mengambilnya lalu dikonsumsi agar tidak menyianyiakan pengorbanan sang putri jelita tersebut.
Pantai Seger, Lokasi Bau Nyale di Lombok |
Untuk mengenang cerita ini, di pantai seger dibuatlah patung putri mandalika yang seolah sedang dikejar kejar beberapa pangeran. Konon, walaupun hanya cerita rakyat, kemunculan cacing cacing laut tersebut benar adanya sehingga di tiap tahun bulan Februari dan Maret, diadakanlah perayaan Bau Nyale. Dalam bahasa sasak, Bau berarti mencari dan Nyale adalah cacing laut tersebut.
Ketika akhir maret saya ke pantai ini, sudah tidak ada orang.
"Sayang sekali festival baru saja selesai. Kemarin di sini ramai sekali. Ribuan orang datang buat menangkap cacing tersebut" ucap guide saya.
Pantai yang tepat bersebelahan dengan Hotel Novotel tersebut cukup unik. Pasirnya berukuran lumayan besar seperti biji merica sehingga kalau kita berpijak di pasirnya, langsung melorot ke dalam seperti terhisap. Untuk berenang tidak disarankan karena karang karangnya yang tajam dan permukaan laut yang tidak rata dapat membahayakan. Selain itu, sepertinya air sedang pasang sehingga saya tak bisa mendekat ke patung si putri dan hanya bisa memotret dari kejauhan.
Patung Putri Mandalika |
Pilihan lain yang dapat dicoba adalah hiking ke sebuah bukit di samping patung putri mandalika atau bermain di pantai di belakang bukit tersebut. Yang kurang mengenakkan hanya satu, yakni ketika lagi santai duduk duduk di gubuk jerami, para penjual oleh oleh tetep ngikutin dan begitu agresif menawarkan belanjaan meskipun sudah ditolak. Berasa putri Mandalika yang dikejar pangeran deh. Apa iya aku perlu nyebur dulu biar mereka bungkam? :p
0 komentar:
Posting Komentar