#MenyapaNegeriku adalah sebuah program dari Kementerian Ristek dan Dikti Indonesia dimana masyarakat umum dapat berpartisipasi untuk merasakan menjadi tenaga pendidik di pulau pulau terluar di Indonesia. Keren kan? mana ada lagi program jalan jalan gratis yang dibiayai di mana kita dapat berkontribusi nyata bagi pendidikan dan masyarakat sekitar. Tak heran kalau akhirnya pendaftar program ini membludak hingga 47.500 orang hanya dalam beberapa minggu saja.
Setelah melewati beberapa proses, terpilihlah 44 peserta lintas agama, budaya, daerah, profesi yang berasal dari timur hingga barat Indonesia yang digabung dalam 11 tim yang tersebar di 11 kabupaten mulai dari aceh hingga Papua.
Di timku sendiri ada kak Tedi (pendongeng), iqbal (penyair dan pembuat komik), afi (cinematographer), mbak aida (peninjau / perawat), pak samto (peninjau / kemendikbud), miss erni (pembimbing / alumni SM3T) dan mas malvin (Kemristedikti). Kami berdelapan ditempatkan di Berau, Kalimantan Timur. Saya sangat beruntung karena tim kami sangat kompak dan juga asyik dijadikan teman jalan selama di program.
Beberapa hal yang sempat kami lakukan selama di Berau (1-6 Desember 2015) antara lain :
1. Mendongeng
Ini memang jadi porsi paling besar karena paling digemari dan tanpa perlu persiapan apa apa, kak tedy bisa tampil di mana saja dan kapan saja. Bisa di kala waktu senggang sehabis sholat jumat, bisa habis makan malam diundang bunda PAUD, atau tinggal diculik saja maka kak tedy pasti akan mengiyakan. Selain dongeng, kak tedi ini juga motivator ulung yang membuat banyak anak SMPN 6 Berau berlinang air mata. Hiks! Semoga kata kata kak tedi yang begitu mendalam membakar semangat mereka untuk terus menggapai cita cita yah.
Main ke PAUD dulu |
2. Belajar Menulis
Materi ini sempat aku bawakan di kelas khusus di SMPN 6 Berau. Lokasinya sengaja saya pilih di perpustakaan dan siswanya pun dikumpulkan yang memang berniat dengan menulis saja kalau nggak nanti dia tidur pula ketika saya menjelaskan hehehe Namun tak disangka anak anak nya sangat aktif dan bersemangat. Saya sempat mengawali dengan bermain games, ice breaking biar mereka tidak selalu berfikir bahwa menulis itu adalah proses yang membosankan. Saya ajak dulu mereka memilih buku yang disuka lalu menjelaksan apa yang mereka suka dari buku itu. Saya ajak juga main kursi goyang biar suasana jadi ceria. Saya ajak juga games tebak tebakan nama tempat/daerah/negara untuk melihat seberapa tahu mereka tentang daerah di luar. Setelah itu, barulah saya minta mereka membuat surat cinta untuk pak menteri (ristekdikti) yang nanti akan berkunjung ke Maratua. Beberapa surat membuat saya trenyuh dengan kepolosan dan kejujuran mereka menaggapi persoalan hidup.
Sedangkan di SDN 004 maratua saya hanya menuntun dua orang siswa - siswi untuk membuat surat pendek yang dibacakan di depan pak dirjen yang akan berkunjung siangnya. Terbukti meski anak - anak ini berada di lokasi yang katanya tertinggal, namun semangat mereka belajar malah lebih kencang dari anak kota pada umumnya. Ambil contoh saja adik saya di Jambi. Kalau sudah libur aja senengnya bukan main. Tapi kalau anak-anak di sini, pengennya tiap hari ada guru yang mengajarkan mereka. Mereka justru sedih kalau tidak ada aktivitas belajar. Bahkan hingga kegiatan sore pun mereka sangat semangat menjalaninya meskipun itu hanya sekedar merias kelas, teater atau bermain main saja. Mungkin sebenarnya yang paling mereka butuhkan hanyalah orang orang yang memperhatikan mereka. Untunglah sosok guru SM3T itu adalah seorang penyanyang. Mudah mudahan anak - anak ini tidak akan kesepian lagi.
Salah satu siswi dengan suratnya |
Menulis bisa di mana saja.. lantai juga asik kok |
Nah ini jatahnya iqbal sebagai seorang penyair. Hampir sama tujuannya dengan menulis, hasil karya dari kelasnya si iqbal juga akan diserahkan kepada pak menteri. Di SMPN 6 Maratua, si iqbal mengajarkan membuat komik sedangkan untuk SDN 004 Maratua, dia juga membimbing dua anak yang nantinya membawakan puisi ketika kunjungan Dirjen.
Belajar baca puisi |
Materi ini dibawakan oleh afi di SMPN 6. Cukup ironi karena di tanjung batu listrik hanya menyala mulai dari jam 6 malam hingga jam 6 pagi. Namun sewaktu malam pertama kami tiba, kami disambut mati lampu semalaman. Tentunya anak anak pasti bakalan bertanya ke afi kenapa fasilitas listrik di tempat mereka sangat terbatas. Padahal di Maratua ( di Kampung Teluk Alulu yang lebih terpencil saja) masyarakatnya sudah lebih keren dikit dengan mengandalkan tenaga surya meskipun hidupnya juga cuma malam - pagi saja.
5. Donasi buku
Setelah tahu saya terpilih, saya woro-wiri di socmed untuk membuka donasi buku / uang untuk disumbangkan ke sekolah sekolah yang dituju. Syukurlah, responnya sangat baik sehingga saya bisa membawa cukup banyak buku. Kisaran bagasi saya 18kg, 3/4 isinya buku semua, alhasil saya cuma bawa baju ganti dua. Harap maklum kalau di foto saya selalu terlihat memakai celana hitam panjang mulu hahaha. Total ada 3 sekolah yang bisa saya sumbangkan buku yakni SMPN 6 Berau dan SDN 001 & 004 Maratua. Yang SD mendapat kesempatan langka karena pak Dirjen langsunglah yang menyerahkannya.
Sumbangan buku diserahkan langsung oleh pak Dirjen |
Berhubung di tim kami ada perawat, maka selagi kami berbagi inspirasi, mbak aida biasanya jalan jalan ke UKS dan melakukan riset sesuai dengan keahliannya. Ketika di SDN 004 Maratua, sewaktu yang lain sedang sholat jumat, mbak aida mengumpulkan anak anak dan mengajarkan cara hidup sehat seperti cuci tangan dan gosok gigi yang benar.
Cuci tangan yang benar yah anak anak |
Karena kebanyakan lokasi kegiatan berada di sekolah, maka mendengarkan keluh kesah dari para tenaga pengajar ini sudah menjadi prioritas dari pak samto.
8. Bermain, berinteraksi dan belajar dari masyarakat sekitar.
Dengan waktu yang terbatas, kami selalu berusaha agar kehadiran kami senantiasa bermanfaat bagi masyrakat sekitar. Saya suka di kala waktu sengang mendengar masyarakat bercerita, mengajak anak anak bermain atau hanya mengamati pemandangan sekitar and be inspired of it. Satu hal yang saya yakini dan nikmati betul adalah bahwa saya sebetulnya hampir tidak perlu harus memegang gadget. Selama perjalanan, saya hanya melakukan aktivitas (minimal) di gadget dan nol aktivitas terkait pekerjaan (tapi kerjaan udah selesai dulu sebelum berangkat) sehingga saya bener bener bisa santai ketika di Berau. Dan itu rasanya nikmat sekali loh! Setidaknya itu yang saya pelajari. Bahwa hidup tanpa teknologi tidak senestapa kelihatannya. Sekali kali boleh dong lepas dari budak teknologi :)
9. Hari terakhir saatnya jalan jalan. Yeay!
Untuk lebih menarik, lihat video kami ini yah :
Mungkin ada yang bingung kenapa di video banyak sekali cerita mengenai guru SM-3T (Sarjana mengabdi untuk daerah terdepan, tertinggal dan terluar)?
Itu sengaja karena emang sejatinya program #MenyapaNegeriku ini ingin menyoroti pentingnya kehadiran guru guru muda nan luhur di pelosok Indonesia ini.
Bagi yang memang punya passion menjadi tenaga pengajar, cobaiin deh ikutan SM-3T. Tapi kalau nggak sanggup mengemban tugas mulia menjadi guru, tetapi ingin berkontribusi atau ambil andil dalam memajukan pendidikan di daerah tertinggal, boleh loh cek web yayasan alumni SM-3T berikut ini dan berikan sumbangsihmu untuk tanah air :
Masyarakat SM-3T Institute
Buat yang ingin ikutan #MenyapaNegeriku, doakan saja tahun depan masih ada lagi yah :D
0 komentar:
Posting Komentar