Bukan. Ini bukan Timur Tengahnya Middle East.
Bukan. Ini juga bukan Timurnya Timor Leste.
Yang saya bakal ceritakan di sini adalah kabupaten Timor Tengah Selatan di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Jika berkendara dari Kupang, perjalanan dengan mobil akan memakan waktu minimal 2,5 jam. Namun usahakan tidak tertidur karena pemandangannya sangat cukup untuk membuat mata terbelalak. Mulai dari tanah coklat kering dan tandus di kupang, tidak terasa perlahan namun pasti pemandangan berubah menjadi hijau dan bahkan merah meriah ketika melewati pohon flamboyan. Mulai dari panas dan teriknya kupang, perlahan tapi pasti saya tidak butuh AC mobil lagi karena begitu tiba di Soe (ibukota kabupaten Timor Tengah Selatan) udara menjadi sejuk. Tempat ini layaknya puncak bagi kota Jakarta karena suhunya yang adem dikarenakan terletak di dataran tinggi. Tak heran bahwa selama perjalanan saya banyak melewati bukit serta belokan curam.
|
Berhenti sejenak untuk melihat hijau dan ademnya Timor Tengah Selatan |
Timur Tengah Selatan adalah paket komplit untuk berwisata. Mulai dari pantai terbaik hingga gunung tertinggi seantero pulau Timor, di sinilah tempatnya. Beberapa tempat yang beruntung saya jelajahi adalah :
1. Air Terjun Oehala
Air terjun yang terkenal dengan 7 tingkatnya ini akan memberikan suatu pemandangan berbeda di tanah yang kebanyakan warganya susah mencari air untuk kebutuhan hidup sehari hari. Ironi yah, nggak heran di sekitar air terjun ada pompa buat nyedot air :p
Untuk mencapai air terjun ini, saya harus menuruni tangga batu hingga kira kira 10 menit ( kalau naiknya bisa ngos-ngosan 2 kali lipatnya) hingga bertemu dengan gemericik air jernihnya. Airnya di kala pagi debitnya sepertinya lebih kencang. Airnya cukup jernih dengan bebatuan yang beberapa diselimuti lumut sehingga agak licin sehingga harus hati-hati agar tidak terjatuh.
|
Air Terjun Oehala |
2.
Pantai Kolbano & Pantai OetunePantai Kolbano bukan pantai biasa namun pantai yang dilimpahi batu batu beraneka jenis dan warna layaknya batu di taman atau kolam.
|
Batu "Monyet" dan Pantai Kolbano |
|
Pantai Kolbano dari Atas batu Monyet |
|
Batu beraneka warna dan bentuk di Pantai Kolbano |
Sedangkan di Pantai Oetune unik karena banyak gumuk gumuk pasir.
|
Gumuk Pasir di Pantai Oetune |
|
Pantai Oetune |
3. Fatumnasi
Fatumnasi adalah sebuah desa di Timor Tengah Selatan yang cukup sulit dijelajah karena kondisi jalan yang berbatu dan memakan waktu kurang lebih 2 jam untuk mencapainya. Sedangkan di sana satu satunya akomodasi yang tersedia adalah Lopo Mutis, sebuah penginapan home stay yang dikelola langsung oleh ketua adat dan kepala suku di Fatumnasi yakni, Bapak Mateos Anin. Setiap pengunjung yang ingin menginap akan diberikan semacam ritual selamat datang di mana akan ada tari tarian dan penyambutan. Awalnya ada sepasukan anak anak yang menari di luar, lalu ketika kami masuk ke sebuah bangunan open-space lalu giliran para ibu-ibunya yang menari mengelilingi tiang penyangga bangunan. Terkadang mereka mengalungkan kain tenun kepada teman teman saya yang artinya harus ikut menari. Tak perlu takut hanya perlu mengikuti gerakan sederhananya dan tersenyum :) Isn't that easy?
|
Bapak Kepala Suku & Adat, Mateos Anin |
Lopo Mutis menggunakan rumah tradisional NTT yang berbentuk kerucut atau disebut juga Lopo. Rumah yang banyak tersebar di seantero NTT ini dalamnya tidak ada apa apa selain tempat berbaring dan WC terpisah di luar. Kabarnya di dalamnya cukup hangat untuk melawan hawa dingin Fatumnasi. Dan begitu siang, lopo akan mulai menjadi panas dan saat itulah diharapkan orang di dalamnya akan bangun dan mulai berkegiatan di luar hingga malam ketika sudah dingin kembali lagi ke lopo tersebut.
|
Selfie dengan Lopo, Rumah Tradisional NTT di Lopo Mutis Homestay
|
Biaya Menginap hanya Rp.100.000 / orang dimana satu lopo bisa ditiduri oleh 3 orang. Itupun terbilang sangat murah karena tidak ada tempat yang menyediakan tempat makan, maka harga ini sudah termasuk makan 3x sehari. Murahnya keterlaluan deh!
Untuk oleh oleh, di sini juga tersedia tenun khas asli para wanita lokal yang membuat. Biasalah kalo tradisi di sini wanita harus bisa menenun sebelum menikah sementara prianya harus bisa berkebun. Harga tenun yang kecil berkisar Rp.200.000 dan yang besar bisa mencapai 1 juta. Saya rasa sepadan dengan hasil kerja mereka berbulan bulan. Untungnya ketika penyambutan, saya diselempangi sebuah kain tenun sehingga gak perlu membeli lagi. Selain itu ada juga beberapa cenderamata unik seperti tempat siri dan kapur (karena mereka juga masih doyan makan sirih), perhiasan dan macam macam.
Berada di sini, jangan lupa untuk mengunjungi
Cagar Alam Mutis. Ibarat sudah kepalang tanggung berada di ujung Fatumnasi, tak patutlah kalau sampai tidak mampir ke Cagar Alam Mutis karena di sana Anda akan tercengang melihat hutan bonsai serta pemandangan damai hewan hewan liar berkeliaran. Kalau jiwa petualang anda top markotop, daki juga gunung mutis untuk melihat bukit marmer yang tersohor itu yah.
|
Hutan Bonsai |
Masih kurang? Yang bener? Karena untuk menjelajahi tempat-tempat di atas saya membutuhkan waktu 2 hari full loh! Cobaiin dulu deh kamu ke sini. Ini benar benar petualangan yang sesunguhnya!
|
Offroad seru di Cagar Alam Mutis |
0 komentar:
Posting Komentar