Refleksi di New York City

Selasa, 18 Maret 2014 0 komentar


Terhimpit di antara metro bawah tanah 42th street, saya mengarah ke Exit A. Terowongan exit yang tak lebih dari 5 meter ini menjadi lalu pintas terpadat di Metro yang pernah saya lihat. Jauh lebih padat dari MRT singapura. Berjalan di tengahnya, mau tak mau saya harus beradaptasi dengan lingkungan dan orang sekitar. Berjalan cepat, memotong sekenanya serta menggerutu melihat orang tua yang berjalan lambat di tengah tanpa menyadari bahwasanya dia memperlambat segerombolan muda mudi yang diburu waktu menuju tempatnya beraktivitas.

Di antara lautan manusia tersebut, hampir setengahnya memiliki headset yang disumpal di telinganya. Seperti menandakan "Jangan ganggu saya!", "Saya tidak peduli". Tidak ada satu pun yang berbicara. Mungkin memang sangat sulit untuk berbicara di kala kita harus waspada dengan bawaan masing masing dan terburu buru. Muka muka serius dengan pakaian beberapa lapis ini siap menyambut musim dingin di New York.

Ketika telah keluar dari metro bawah tanah, Times Square pun terlihat. Bangunan menjulang angkuh dengan ribuan wisatawan dari segala penjuru dunia ada di sini. Menyatu dalam dinamikanya. Di sini tidak ada penanda waktu. Selama 24 jam, rasanya ramai tak berkesudahan. Jika sang surya tidak menyinari lagi, maka billboard raksasa yang dihiasi cahaya berkilauan yang akan menerangi area ini. Memang benar adanya kota ini tak pernah tidur.

Entah kenapa saya tak begitu menyatu dengan keadaan keadaan seperti ini. Jika dibandingkan dengan di Indonesia, tempat ini seperti layaknya Jakarta. Pusat dari segalanya. Dan saya sebagai gadis kampung, selalu gagal untuk betah berlama lama di dalamnya.

Firasat saya mengatakan bahwasanya semakin lama saya tinggal di kota besar, terpapar beragam masalah sosial hanya akan membuat saya makin tak peka akan nasib orang lain.

Kalau saya bandingkan dengan dulu saya di Jambi, ketika dulu saya menjaga toko keluarga saya, jika dari kejauhan saya melihat ada nenek tua atau seorang kakek dengan tokat ditemani anak kecil berjalan mengadahkan tangan, maka saya akan lari ke dalam toko mengambil receh. Setelah memberikannya, para peminta tersebut akan memanjatkan doa dan berterima kasih sedalam dalamnya kepada saya. Saya selalu suka akan perasaan menolong ini. Saya merasa menjadi manusia yang lebih baik, paling tidak bangga telah bisa membantu sesama. Saya tidak punya pikiran mungkin saja sumbangan saya yang tak seberapa itu hanyalah ulah oknum belaka atau karena mereka pemalas.

Tetapi setelah saya beranjak dewasa, saya makin selektif dan lebih sering meminta maaf tidak bisa memberikan sepeser pun jika ada yang meminta.



Di bronx-New York, ketika saya melewati persimpangan di 146st, saya menjumpai seorang wanita berkulit hitam di persimpangan jalan. Dia sedang menjerit jerit kedinginan sambil memeluk dirinya sendiri. Wanita tersebut menggunakan jaket hitam panjang dan syal merah yang dililitkan di lehernya dan tas tanggan yang dipikul di bahunya.

"Please God... Someone help me"! dia berteriak makin menjadi jadi ketika sadar usahanya menarik perhatian gagal total. Orang di sekitarnya saja tidak menoleh.

Saya melihatnya sekilas. Ingus mulai mengalir di hidung wanita tersebut dan napasnya tersengal sengal mengeluarkan hawa dingin malam. Alam semesta pun tampak tak berbaik hati. Angin yang bertiup kencang hanya membuat orang melangkah lebih panjang dan semakin cepat.

Sama seperti orang lain yang hanya melewatinya, saya tak berbuat apa apa. Saya bahkan mungkin tidak mengerti apa yang dibutuhkan wanita itu. Dollar? Pakaian hangat? atau dia hanya wanita yang kebingungan mencari jalan pulang? Atau jangan jangan ini hanya scam?

Akhirnya, saya hanya berlalu berharap mungkin sebentar lagi paling tidak ada sesorang yang menaruh belas kasihan dan bertanya apakah dia baik baik saja.

Sayang sekali hingga 5 menit kemudian, ketika dari kejauhan saya menoleh ke belakang, saya melihat harapan saya tinggal harapan saja. Doa saya tidak terdengar. Wanita tersebut masih mondar mandir berteriak menjadi jadi hingga suaranya sayup sayup terdengar.

Mungkin wanita tersebut berfikir lebih baik saya diam saja dan memilih meringkuk dalam malam.

------

Sudahkah saya (ikut) buta dan tuli akan orang di sekitar?

New York City Baby!

Sabtu, 15 Maret 2014 0 komentar

You don't have to leave your chair to feel the New York City Atmosphere. I'll give you the fastest ticket to there by following these instructions :
1. Play Alicia Keys feat Jay-C "New York" Video :


2. Read Alicia Keys lyric to get insight :



Ooh....... New York x2
Grew up in a town that is famous as a place of movie scenes


Noise was always loud, there are sirens all around and the streets are mean


If I can make it here, I can make it anywhere, that's what they say


Seeing my face in lights or my name on marquees found down on Broadway
Even if it ain't all it seems, I got a pocket full of dreams


Baby, I'm from New York
Concrete jungle where dreams are made of
There's nothing you can't do
Now you're in New York
These streets will make you feel brand new
Big lights will inspire you
Hear it from New York, New York, New York!


On the avenue, there ain't never a curfew, ladies work so hard
Such a melting pot, on the corner selling rock, preachers pray to God
Hail a gypsy-cab, takes me down from Harlem to the Brooklyn Bridge
Some will sleep tonight with a hunger far more than an empty fridge


I'm gonna make it by any means, I got a pocket full of dreams
Baby, I'm from New York
Concrete jungle where dreams are made of
There's nothing you can't do
Now you're in New York
These streets will make you feel brand new
Big lights will inspire you
Hear it from New York, New York, New York!


One hand in the air for the big city,
Street lights, big dreams all looking pretty
No place in the world that can compare
Put your lighters in the air, everybody say yeah, yeah, yeah, yeah

In New York
Concrete jungle where dreams are made of
There's nothing you can't do
Now you're in New York
These streets will make you feel brand new
Big lights will inspire you
Hear it from New York!


3. Close your eyes and DREAM to be here on your own. Good Luck!

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets