Kincir angin California

Kamis, 26 Februari 2015 1 komentar

Dalam suatu perjalanan dari Arizona menuju California, baik itu ke San Diego maupun Los Angeles, saya melihat sesuatu yang menakjubkan dari jauh yakni benda putih berukuran raksasa seperti kipas angin yang tampak sangat mencolok di tengah gersang dan kosongnya area gurun dekat California.

Rupanya itulah yang disebut dengan wind turbin / pembangkit listrik tenaga angin yang merupakan cara baru dan efisien untuk menghasilkan listrik. Tidak perlu fossil binatang purba yang disedot dari inti bumi, tidak perlu air, dan juga bebas polusi.

Wind Turbin di California
Wind Turbin di California
Turbin turbin ini jumlahnya ada puluhan loh tersebar di kawasan ini. Tidak heran yah di daerah ini banyak terdapat wind wheel karena terletak dekat laut dan anginnya kencang. Di sekitar area ini juga saya tak melihat ada pemukiman penduduk atau keramaian.Hebatnya satu turbin dapat mendatangkan listrik bagi 500 rumah loh. Bayangkan betapa hematnya kalau di Indonesia juga ada ginian, desa desa di pelosok pun bisa punya listrik untuk menerangi malam gulitanya. Setahu saya baru di NTT saja yang punya kincir angin beginian. Semoga makin banyak. Kan bisa jadi icon suatu daerah juga :)

Review Hotel Amaris Jakarta

Minggu, 15 Februari 2015 0 komentar

Kalau saya ke Jakarta, biasanya itu karena ada urusan atau mau transit doang. Secara belum kuat berwisata dalam kota. Nggak kuat macetnya euy! *balada gadis kampung*

Nah biasanya di Jakarta karena pastinya sudah punya kegiatan, akomodasi yang saya gunakan cuma buat bobo dan ke WC-nya aja. Jadilah demi berhemat dan efisiensi, enaknya pilih budget hotel.

Dari beberapa budget hotel yang berserakan di Jakarta, Amaris hotel jadi favorit saya.
Konsepnya minimalis dan nggak neko neko serta ramah di kantong. Meski begitu, pelayanannya tetep Ok dengan makan pagi, kolam renang mini untuk anak anak dan gratis wi-fi. Kurang apa coba?

Di jakarta sendiri saya yakin tiap daerah udah punya Amaris. Dan dalam keyakinan saya juga, mereka punya standar yang sama. Gedungnya pun mirip mirip lah. Kamarnya mungil namun cukup. Kamar mandinya shower pakai air panas. Makan paginya standar tapi yang penting ada telor ceplok segar. Lokasinya biasanya tepi jalan dan strategis. Semua muanya sesuai di kantong deh. Hanya kenapa di Hotel Amaris Jakarta nggak ada dispenser air minum kayak di Hotel Amaris Bandung - Cihampelas?

Sejauh ini ada 2 hotel amaris yang saya tiduri yaitu :

1. Amaris Juanda
Alamat : Jl. Ir.H.Juanda No. 3, Jakarta Pusat, Jakarta 10120
Telp : (021)3458733

Saya langsung suka kamar ini karena warnanya hijau. Rasanya adem deh. Yang saya ingat dari sini sangat mudah kalo mau ke Monas dan mall mall yang ada di pusat kota. Lalu kalau lapar, di samping hotel sudah ada restoran padang yang sedap! Lalu ada juga halte transjakarta di depannya. Jadinya gampang kemana mana.



2. Amaris Tendean
Alamat : Jalan Kapten P. Tendean No. 11, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Telp : (021) 52962228

Menginap di sini karena ada acara yang berlangsung di Pejaten Village. Nggak banyak eksplorasi daerah sekitar karena pulang hotel cuma buat bobo.





Ada yang udah nyoba hotel amaris lainnya?
Baca juga review hotel amaris bandung - cihampelas saya di sini

Viva Vision, Pertunjukan cahaya spektakuler di Las Vegas

Kamis, 12 Februari 2015 0 komentar

Las Vegas adalah salah satu kota yang mendewakan entertainment. Beragam atraksi konser dan hiburan selalu dipaket dalam kemasan yang membuat decak kagum.

Untungnya, tak semua atraksi mewah ini harus pakai dollar. Beberapa malah gratis seperti yang ada di Fremont Street, downtown Las Vegas. Fremont street adalah sebuah area entertainment yang dibuka 24 jam. Kawasan yang terdiri dari 5 blok ini padat oleh berbagai hotel, kasino, restoran, toko suvenir, tempat belanja dan berpusat pada sebuah tempat untuk melihat pertunjukan cahaya dan animasi yang disebut Viva Vision.

Viva vision merupakan layar tancap yang diklaim terbesar di dunia dengan panjang 1500 feet (457an meter) dan lebar 90feet (27an meter). Posisinya berada di langit langit gedung dengan ketinggian 90 feet dari lantai.
Berada di sini, rasanya tidak mengenal malam. Cahaya berwarna warni yang dipantulkan dari layar yang memiliki 12.5 juta LED lights ini membuat Fremont street sangat berwarna. Animasi random yang diikuti alunan musik dari 550.000 watt ini membuat saya seperti berada di konser. Bahkan, untuk mau mengobrol dengan teman pun saya harus teriak teriak ketika pertunjukan dimulai.

Viva Vision

Viva Vision

Viva Vision

Viva Vision
----------

Diperkirakan ada 17juta orang tiap tahun yang datang untuk melihat show ini. Dimulai setiap harinya sejak pukul 6 sore sampai tengah malam tiap jam, show berlangsung selama 6 menit. Jika leher capek mendongak ke atas, boleh kok sambil tiduran di lantai. Jika mau lebih menikmati lagi, tinggal pejam mata anggap saja lagi di diskotik dan mari bergoyang! 

Biar gak capek, Nonton sambil tiduran
Lihat Viva Vision di video amatir saya :

Petrified Wood, Batu Purba Arizona

Selasa, 10 Februari 2015 0 komentar

Sepertinya memang betul jikalau Indonesia telah kembali ke zaman batu. Nyaris semua lelaki di kantorku sudah punya cincin batu akik di tangannya. Koleksi batu mereka pun lebih dari satu. Batu-nya bisa gonta ganti menyesuaikan warna baju. Biar matching kali yeeeee.


Saya sih nggak ngeh tentang batu batu akik ini, tapi postingan kali ini mau membahas batu lain yang berasal dari Arizona, Amerika Serikat yang bernama Petrified Wood.

Loh kok wood?kayu dong!
Eits tenang dulu. Begini penjelasannya.
Petrified wood berasal dari bahasa Yunani yang berarti kayu yang berubah menjadi batu. Sesuai artinya, dulunya petrified wood adalah bagian dari kayu / kayu itu sendiri yang jutaan tahun yang lalu terseret air dan akhirnya terkubur di dasar laut. Garam dari laut serta partikel partikel lainnya itulah yang kemudian merubah kayu tersebut menjadi batu. Warna yang dihasilkan dari batu ini juga kemudian terbentuk dari warna asli kayu tersebut yang akhirnya membuat corak khas pada batu ini.

Jika dilihat sekilas, batu ini terlihat biasa saja seperti gambar di bawah.

Petrified Wood

Namun jika berada di tangan para seniman batu akik, tentu lain ceritanya. Bisa jadi seperti ini :

Batu Cincin Petrified Wood - Sumber dari sini

Pertama kali saya mengetahui info ini ketika saya dan hostfamilyku akan pulang dari ke Arizona dari New Mexico. Salah satu jalan yang kami lewati adalah daerah suku Indian dimana mereka banyak menjual hasil kerajinan mereka di toko suvenir. Iseng iseng kami pun masuk sekalian numpang ke kamar kecil.

Dari beberapa suvenir unik yang saya temukan, banyak yang lucu lucu. Yang saya nggak ngeh kalah itu adalah batu batu ini. Rupanya jenis batu ini sangat khas dan sempat dilarang pencariannya karena merusak alam. Si pemilik toko yang melihat kami yang kepo pun mengajak kami ke belakang untuk melihat koleksi batu petrified wood yang lain. Wah ukurannya ada macam macam. Dari yang besar hingga yang kecil kecil. Satu batu kecil ini dihargai kurang dari $5 dengan ukuran setengah dari telapak tangan.

Dimana mereka menemukan petrified wood?
Ada beberapa tempat di USA dimana kita bisa menemukan batu ini. Yang paling dekat dari saya, tentunya adalah Petrified Forest National Park di Arizona. Walaupun sebutannya National park, jangan pikir anda akan dikelilingi oleh hutan rimbun. Yang akan anda temui hanyalah area kosong yang dipenuhi bebatuan keras yang tak lain adalah petrified wood itu sendiri. Namun, bagi turis dilarang untuk mengambil bebatuan dari sini karena telah dilindungi.

Apakah warna batu petrified wood hanya coklat saja?
Awalnya saya juga kira begitu. Ternyata salah. Malah ada yang berwarna pelangi atau ungu terang. Memang hal ini sering saya lihat di toko toko perhiasan di Arizona tapi nggak nyangka rupanya itu tergolong petrified wood.


Nah, jadi bagi yang minat ke Arizona, mungkin bisa mempertimbangkan beli batu sebagai oleh oleh :)

Barang gratisan yang diambil di Hotel

0 komentar

Menginap di hotel sewaktu jalan jalan di Indonesia masih menjadi pilihan favoritku. Yah soalnya tempatnya lebih terpercaya, aman, bagus, privasi terjaga, fasilitas lengkap sehingga tidur pun jadi nyenyak. Selain itu banyak gratisannya juga loh! Memang sih kalau dipikir pikir nggak gratis lagi karena sudah gabung dengan harga kamar. Kebiasaan saya kalau di hotel suka menggunakan beberapa barang gratis yang memang disediakan buat tamu. Bahkan kalau beneran suka dan butuh, saya suka "ngutil" juga loh. Beberapa barang hotel yang suka saya ambil adalah :

1. Sandal hotel
Sewaktu traveling biasanya alas kaki yang dibawa terbatas jumlahnya. Selain itu yang dibawa tentulah alas kaki yang bagus misal sepatu / heels sehingga kalau sudah tidak berkegiatan enaknya pake sandal hotel yang tipis ini. Nggak hanya di hotel saja, sandal ini kadang dipake hingga ke warung sebelah hotel. Sayangnya sandal ini biasanya warna putih sehingga cepat sekali kotor. Apalagi kalau kena becek, ewh langsung deh males makenya. Kira kira kalau udah dipake tamu gitu apakah pihak hotel akan membuangnya atau di  daur ulang lagi yah?


Ambil atau tidak? Aku sih jarang mengambilnya karena umurnya hanya sebentar saja kecuali emang nggak punya sandal lagi. Tapi saya yakin banyak nih yang ngambil karena saya suka liat orang yang jalan jalan pake sandal hotel hihihi

2. Pena & Notepad
Biasanya benda ini berada tepat di sebelah meja tempat tidur dan tersedia dalam satu paket pena dan notepad / note hotel. Menurut pengalaman, jarang banget sih saya pakai. Lama kelamaan fasilitas ini bakalan hilang deh kecuali di hotel *4 ke atas.

Ambil atau tidak? Saya ambil hanya penanya saja. Karena lucu aja buat dikenang pernah nginep di sini. Dan lumayan kan pena selalu dibutuhkan kapan aja. Kalau notepad kecuali dalam bentuk satu pad, bukan hanya beberapa lembar, maka akan saya ambil juga.


3. Air minum mineral
Emang dasarnya saya peminum air yang banyak, maka botol air mineral di hotel adalah satu hal yang saya harapkan selalu ada. Pengennya lagi sih ada tempat refill air minum di hotel kayak Amaris - Cihampelas jadi botolnya bisa saya ambil kalau nggak bawa botol minum sendiri.

Ambil atau tidak? AMBIL! Namun tetap lihat lihat dulu karena hotel sekarang tidak melulu menyiapkan air minum gratis. Salah salah minum rupanya itu bagian dari mini bar. Ups!

4. Toiletries
Ah yang ini adalah godaan yang terbesar. Bawa bawa peralatan mandi itu malesin karena nanti basah & becek di tas. Nah kalau di hotel kan sudah ada dikasih kemasan yang kecil kecil. Lagian saya bukan tipe yang sensitif. Bisa pake shampoo dan sabun apa aja. Justru terkadang sabun hotel kok lebih wangi yah?

Ambil atau tidak? kalau sabun / shampoonya dalam kemasan kecil saya ambil buat trip berikutnya. Tapi sekarang udah banyak hotel yang pake sabun sampoo dalam kemasan mereka sendiri yang ditempel di dinding shower. Yah gak bisa diambil! Ya udah ambil aja yang lain sisir mini, alat cukur, hand body botol kecil, plastik sanitary pad, lalu apa lagi...apa lagi.

Gratisan yang tidak terlewatkan
5. Makan pagi
Emang dasar nggak mau rugi yah, makan pagi di hotel biasanya nggak mungkin dilewatkan. Nah kalau masih laper mata, biasanya saya suka ngutil beberapa roti untuk perjalanan.

Ambil atau tidak? tergantung. Kalau enak, ambil! Pernah juga saya di bandung ngembat roti roti di hotel agar si supir saya bisa nyemil buat di jalan. Nggak perlu bawa bawa tempat makan, ambil saja tisu buat alas :)

6. Map/ brosur
Tidak semua hotel menyediakn map / brosur daerah / tempat wisata.

Ambil atau tidak? pasti saya ambil bahkan ini item wajib yang harus saya bawa pulang buat referensi menulis.

7. Tisu
Nah ini awalnya nggak pernah berpikir sampai saya bawa pulang tisu gulung. Ceritanya kalau di Indonesia, masuk toilet terkadang mereka nggak menyediakan tisu ditambah saya suka lupa / nggak punya. Nah ketika check out hotel, sambil lirik lirik apa yang ketinggalan, saya liat tisu gulungnya masih banyak, yah udah buat jaga jaga saya ambil dan akhirnya banyak berguna. Buat ke toilet, ngelap keringat, de el el.

Ambil atau tidak? Ambil! Apalagi biasanya hotel memberi satu lagi tisu roll gulung baru, langsung deh dimasukin tas. Tapi kalau yakin nggak bakal digunakan, ya nggak di ambil juga.

Dari browsing - browsing ternyata yang ngutil ini contohnya bisa banyak dan ekstrem loh! Saya si tentunya tidak pernah bertindak sejauh itu kayak mengambil handuk yang jelas jelas tentu bernilai mahal dan ya elah ngapain juga?

Okay, jadi Please saya jangan dilaporin ke hotel hotel yah. :)
Ada yang punya kebiasaan seperti saya gak?
Atau ada yang anti-ngutil seperti saya dan berpikir "Ih, kayak nggak mampu aja sih!"?

Bukan sekedar jalan jalan di Wakatobi

Jumat, 06 Februari 2015 0 komentar


Lahir dan besar di kota yang tidak bersinggungan dengan laut membuat saya tidak mengetahui nikmatnya menghabiskan senja di pantai atau berleyeh leyeh sambil terkantuk kantuk dibuai angin sepoi sepoi. Hingga suatu saat saya mengenal Wakatobi.

Ketika itu tahun 2010, traveling belum se-booming sekarang. Wakatobi juga lebih banyak dikenal dari buku Geografi atau majalah jalan jalan saja. Begitupun bagi saya. Tak pernah terpikir akan menginjakkan kaki di salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara ini. Kedatangan saya bersama 34 pemuda pemudi lainnya disambut antusias warga. Kedatangan rombongan kami memang istimewa karena bukan dalam rangka hanya plesir saja melainkan ingin mengabdi dan membantu Wakatobi. Ibarat kuliah, kami sedang melakukan KKN atau bahasa kerennya Community Development.

Kegiatan ini merupakan salah satu agenda wajib dari Program Pertukaran Pemuda Australia Indonesia (AIYEP) dan kebetulan saja lokasi terpilihnya adalah sepotong surga di Indonesia yakni Wakatobi. Kebetulan lagi bupatinya juga merupakan alumni youth exchenge ini. Cucok!

Bagi masyarakat setempat, tentu mereka senang senang saja apalagi karena setengah dari rombongan kami adalah bule Australia yang cantik dan cakep cakep.
"Mister..mister" seru anak anak kecil itu setiap kali bule. Tidak peduli itu cewek atau cowok. Cuma satu kata bahasa londo itulah yang dikenal anak anak di sini.

Saya dan beberapa teman lainnya sepakat membentuk divisi pariwisata karena melihat potensi Wakatobi yang belum banyak dikenal. Nama wakatobi berasal dari gabungan pulau pulau besar di kabupaten ini yakni Wangi-wangi[WA], Kaledupa[KA], Tomia[TO] dan Binongko[BI]. Selain itu, wakatobi seringkali juga disebut dengan kepulauan tukang besi karena banyaknya penghasil pengrajin besi yang masih bekerja secara tradisional. Salah satu objek wisata unggulan di Wakatobi adalah wisata bahari. Tidak mengherankan karena Wakatobi terdiri dari 97% lautan dan merupakan salah satu tempat dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Di Wakatobi sendiri terdapat sekitar 90an lokasi dive spot.

Salah satu tempat favorit saya di pulau wangi wangi (atau disebut juga wanci) adalah pantai waha. Pantai ini dapat dicapai dengan mudah dari wanci menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (angkot). Jarak tempuhnya sekitar 30 menit dari pusat kota  Wanci. Pantai waha yang sangat terjaga kebersihannya ini dinisiasi pada akhir tahun 2009 serta dikelola oleh Waha Tourism Community (WTC) atas dukungan COREMAP dan pemerintah kabupaten Wakatobi. Tidak tanggung tanggung mereka juga mengadakan kegiatan penyuluhan ke masyarakat serta menanggulangi jika adanya terumbu karang yang rusak. Hebat!
Pihak pengelola pantai waha juga menyediakan tenaga pengajar yang akan siaga mengajari kita. Jika tidak membawa peralatan snorkeling, anda cukup morogoh kocek sebesar Rp.40.000 (harga tahun 2011) untuk biaya menyewa peralatan snorkeling selama satu jam beserta pelatih anda. Di pantai ini jugalah saya pertama kali snorkeling. Setibanya disana, saya terkesima oleh keindahan laut serta kegembiraan anak anak kecil wakatobi. Kehidupan anak anak wakatobi sangat dekat dengan laut. Tidak heran karena disinilah suku pengembara lautan yang lebih dikenal dengan suku bajo berasal. Anda dapat menjumpai anak anak kecil usia sekolah dasar berenang hingga menyelam ke dalam laut tanpa bantuan alat apapun. Mereka juga memiliki kemampuan menahan napas yang panjang. Sepertinya bakat perenang sejati telah ada sejak mereka lahir. 


Pantai Waha - Dari jauh aja bening

Nah, selama dua bulan berada di daerah ini, sembari meliput apa apa yang potensial bagi turis, saya juga belajar untuk berjalan jalan dengan cara yang lebih baik dan pro masyarakat tentunya seperti :

1. Eat Local
Salah satu dari esensi jalan jalan adalah mengenal suatu daerah baru salah satunya dari makanan khasnya. Makanan wakatobi cenderung berupa seafood karena kekayaan bawah lautnya. Jadi jangan sampai tidak pernah mencoba kasuami dan lain lain.

Bersama warga memasak dengan teknik bakar batu
2. Buy Local
Jika memungkinkan membeli kebutuhan sehari hari melalui pedagang lokal sangat disarankan. Hitung hitung anda telah membantu ekonomi lokal. Begitu juga ketika ingin membeli oleh oleh khas wakatobi, dengan membawanya kembali ke daerah asal kita telah membantu dalam hal mempromosikan Wakatobi.

3. Mingle with Local
Ketika jalan jalan, ingatlah selalu berinteraksi dengan penduduk lokal. Mulai dari yang simpel seperti menyapa dan berbincang bincang. Pengalaman saya masyarakat Wakatobi sangat ramah dan terbuka kepada orang asing. Mereka juga punya rasa ingin tahu yang besar. Jadi ibaratnya bisalah anda menjadi "jendela dunia" bagi mereka mereka yang mungkin masih memeliki akses informasi yang sedikit dan terbatas. Lagian bergaul dengan lokal itu sejatinya banyak untungnya. Di kasih tau tempat makan enak murah yang nggak turistik, diajak jalan dan dikasih tau info info yang hanya masyarakat lokal tau. Selain itu, ketika bergaul jangan lupa "pasang kuping" jika ada masyarakat yang curhat mengenai kendala / masalah yang sedang dihadapi. Kalau bisa menolong yah bagus banget bukan?

Bermain sepak bola bersama di sore yang indah

4. Jaga kebersihan
Tidak semua daerah punya petugas kebersihan yang selalu stand-by. Jadi ketika anda ingin melemparkan bungkus makanan, botol minuman, pikirkan lagi emangnya kamu sendiri mau jika rumahmu dikotori oleh tamu? Pastinya nggak kan. Jika tidak bisa membantu membersihkan, yah paling tidak nggak mengotori saja. Mudah kan?

Dengan poin poin di atas diharapkan perjalanan wisata ke daerah mana pun itu dapat memperkaya kita sebagai seorang pejalan. Diharapkan juga beberapa hal kecil dan praktis seperti di atas dapat membantu masyarakat secara langsung.

Ujung-ujungnya, niat hati ingin membantu Wakatobi, namun justru Wakatobi-lah yang banyak memberikan saya pelajaran. Bagaimana mereka membuka hati dan rumahnya untuk saya yang orang asing ini serta pelajaran dari kearifan lokal yang mencerminkan nilai nilai hidup yang hingga kini tetap mereka pegang menjadi kenangan yang tak terlupakan. Terima kasih Wakatobi!

Bagi yang mau tahu lebih banyak tentang wakatobi, silahkan download bookletnya di sini (bahasa inggris) yang merupakan hasil dari divisi pariwisata. Wohoo!

Selepas membersihakan sampah di Pantai Sousu - Wakatobi bersama masyarakat

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets