Surat untuk menteri pariwisata

Senin, 29 Desember 2014 0 komentar

Kepada Yth,
Bapak Arief Yahya
Menteri Pariwisata Indonesia
   Di-
       Tempat

Salam wisata,

Pertama tama bersama dengan surat ini saya sampaikan selamat atas terpilihnya bapak menjadi orang nomor satu di dunia kepariwisataan di tanah air kita tercinta. Saya percaya dan yakin ini adalah sebuah prestasi hebat dan juga sebuah tanggung jawab maha besar yang dititipkan Jokowi (baca:rakyat) kepada bapak. Apalagi menimbang bahwa di tangan bapaklah, naik turunnya grafik wisatawan akan mengeliat.

Sehubungan dengan itu, perkenankanlah saya yang bukan siapa siapa ini sedikit ingin bercerita tentang Indahnya negeri kita tercinta. Sedari kecil saya selalu ditekankan akan betapa hebatnya Indonesia. Masih ingat dalam benak saya ketika guruku bilang betapa suburnya tanah Indonesia. Lempar biji cabe, maka akan tumbuh cabai dalam beberapa hari. Lempar biji mangga, maka akan tumbuh buahnya yang ranum. Belum lagi kita punya pemandangan alam serta flora dan fauna yang tak ternilai. Terpujilah setiap provinsi di Indonesia yang unik dengan ciri khasnya masing masing. Belum cukup sampai disana kehebatan negeri ini. Sekarang coba kita tengok masyarakatnya. Berbudi luhur dan menekankan sifat ramah tamah dan gotong royong. Elok nian!

Nah ketika saya berkesempatan ke Luar negeri, seringkali orang terheran heran ketika menanyakan asal saya. Jangankan tahu soal tempe dan batik. Di benua mana saja mereka masih bingung bahkan seringkali mereka kira Indonesia itu somewhere in Bali. Akhirnya malah saya yang keheran heran Rupanya setelah saya pikir pikir seadanya, di zaman internet dan era globalisasi ini, Indonesia semakin tertinggal dengan pesatnya lalu lintas informasi dan kalah persaingan wisata dengan negara tentanga. Intinya, kita kalah branding bapak.

Tak pernah sedikitpun saya ragu akan potensi Indonesia. Namun jika orang di luar sana bahkan tak tahu dimana itu lokasi Indonesia, maka sudah sepatutunya kita harus berkaca dan terus membenahi diri. Cara promosi melalui baliho, brosur sudahlah tidak efektif lagi dan jangkauannya sangat kecil. Mari kita contek negara negara lain yang mulai menggalakkan promosinya dengan seringnya mengundang para blogger / public figure dari Indonesia. Nampaknya mereka paham, bahwa pasar di Indonesia itu masih sangat empuk.

Bahkan tidak sampai itu saja. Beberapa negara pun terus menunjukkan dominasinya dengan membuka pusat budaya negaranya di Jakarta. Sebut saja @Atmerica atau Korea Cultural Center. Saya sudah pernah kedua tempat ini. Harus diakui mereka punya program yang menarik dan membuat masyarakat kita akan terus haus informasi tentang negara tersebut dan bermimpi suatu saat akan menginjakkan kaki di sana.Terus Indonesia kapan?

Saya bermimpi suatu saat jika keluar negeri lagi, bukan hanya bisa dengan mudah menemukan restoran Indonesia, tetapi juga dapat berkunjung ke Indonesia's Information Center dimana masyarakat luar negeri bisa memainkan angklung, mencoba membatik atau katakanlah hanya sekedar ngopi / ngeteh asli produk Indonesia ditemani dengan kerupuk kemplang. Saya rasa hal ini tidaklah muluk muluk amat mengingat banyaknya kedutaan kita yang tersebar di seluruh dunia. Yah bisalah mungkin meminjam satu atau dua ruangannya untuk memamerkan Indonesia di sana. Setuju kawan? Bagaimana menurut Bapak?


Saya kira hanya itu yang dapat saya sampaikan terlebih dahulu. Besar harapan saya semoga surat ini sampai ke layar monitor komputer, ipad atau handphone bapak dan kiranya dapat direnungkan, lebih baik lagi kalo dikomen.Semoga bapak dapat terus bekerja demi dunia wisata Indonesia yang lebih baik.

Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,


Lenny
Travel Blogger Indonesia

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Twitter : @Lenny_Indonesia  | Instagram : Lenny.Diary   | Facebook : Travel Diary
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Baca juga surat cinta lainnya untuk mentri dari Travel Blogger Indonesia :
Wira Titiw Catperku Indri Olive Thelosttraveler Efenerr Parahita Vika
DiscoveryourIndonesia Danan Thetravelearn Felicia VirusTraveling

Lombard Street, Jalanan terbengkok di dunia

Kamis, 25 Desember 2014 0 komentar

Di Indonesia kita memiliki jalanan dengan kelok curam yang mengerikan yakni seperti di Kelok sembilan. Berada di Sumatera Barat, kelok sembilan bersampingan dengan jurang jurang. Salah dikit aja, nyawa taruhannya. Saya sih belum pernah melewatinya tetapi sewaktu menuju Padang dari Jambi, saya juga harus melewati jalanan yang berkelok kelok curam. Sayangnya, pas melewatinya udah tengah malam jadi tidak kelihatan apa apa.

Sampai di Amerika Serikat, ternyata ada juga jalanan berkelok ekstrem walaupun jauh dari seram. Tepatnya di San Frasisco terdapat Lombard street, sebuah jalanan satu arah tak beraspal yang hanya muat satu mobil sekali jalan dan disebut disebut memiliki kelokan yang menukik tajam se-dunia. Bener gak yah?

Lombard Street

Lombard Street

Lombard Street

Lombard Street dengan total 8 kelokan ekstrem ini memang sengaja dibuat begini dengan alasan keamanan. San Fransisco pada dasarnya memang memiliki struktur yang penuh penurunan dan penanjakan yang curam. Salah satunya yakni Lombard Street ini. Jika Lombard Street hanya dibuat satu arah saja, maka para pengemudi bisa "bablas" ketika menuruninya. Oleh karena itu dibuatlah berkelok kelok sehingga para pengemudi terpaksa pelan pelan jalannya.

Kalau dari depan begini bentuknya :
Lombard Street (gambar diambil dari sini)
Ide ini tergolong unik dan mengundang rasa penasaran para wisatawan. Dari pengamatan saya, yang mau melewati jalanan ini cukup banyak. Saya rasa banyak juga para wisatawan yang iseng ingin mengetes kemampuan mengemudinya dan melewati jalan ini. 

Bagi yang nggak punya mobil, tenang aja. Di lombard street, tetap ada pinggiran jalannya dimana kita bisa menapaki pelan pelan jalanan ini dengan tangga. Malah lebih cepat nyampe ke bawahnya dibanding mobil yang harus muter muter. Karena banyaknya orang yang mau mengambil foto di daerah ini, Lombard Street yang berupa jalanan satu arah ini juga dihiasi taman taman cantik di sekitarnya. Selain itu, jangan lewatkan juga rumah rumah di sekitar jalan ini karena merupakan salah satu daerah mahal di San Fransisco dan arsitektur rumahnya pun masih tergolong unik.

Heard Museum In Pictures

Minggu, 14 Desember 2014 0 komentar

Untuk mengetahui seluk beluk tentang Native American di USA itu susah susah gampang. Susah karena biasanya suku Indian American ini bukanlah suku yang terbuka kepada dunia luar. Yang saya baca dari buku panduan, mereka memang memiliki nilai nilai budaya yang tidak begitu terbuka kepada orang yang dikenal seperti menghindari terlalu banyak berbicara, menghindari eye contact dan kontak fisik dengan orang asing. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena dengan cara ini mereka dapat terus mempertahankan tradisi mereka hingga ke generasi sekarang. Susahnya adalah untuk orang asing yang tertarik dengan kebudayaan mereka seperti saya, tentu mengalami kesulitan untuk "mempelajari" mereka.

Tetapi, kabar gembiranya di Arizona terdapat Heard Museum yang mengkhususkan pada sejarah dan budaya suku Indian tersebut. Museum ini bukanlah milik pemerintah namun dikelola oleh pihak swasta yang pada awalnya keseluruhan benda yang dipamerkan adalah kepunyaan pasangan pengamat dan pecinta suku Indian yang bernama Dwight dan Maie Heard pada tahun 1912.

Hasil kerajinan (poetry) suku Indian
Hasil kerajinan tangan suku Indian
Pakaian tradisional wanita suku Indian
Baju tradisional suku Indian

Perhiasan suku Indian rata rata terbuat dari Turquoise
Walaupun milik pribadi, koleksi yang dimiliki Heard Museum terbilang lengkap dan berkualitas tinggi. Tak hanya saja memarekan barang barang peninggalan bersejarah, Heard Museum seringkali mengadakan acara acara kebudayaan untuk terus mengenalkan budaya suku Indian ke kalangan masyarakat dan para wisatawan.

Drum suku Indian
Bagi yang mau membeli oleh oleh khas suku Indian seperti Dream Catcher, boneka kachina maka disarankan membelinya di souvenir shop di Heard Museum. Memang harganya pasti tidak lebih murah dari pasaran, tetapi dijamin tidak akan khawatir jikalau barangnya made in china.

Lagian hitung hitung membantu melestarikan budaya suku Indian dan biar museumnya tetap bisa beroperasi.

Boneka khas suku Indian, Kachina
Tungku oven untuk membuat roti suku Indian
Hogan, rumah tradisional suku Indian

Heard Museum terbilang mudah diakses karena langsung dapat dicapai dengan Light rail (tram) dan berada di pusat kota Phoenix, Arizona

Alamat :
2301 North Central Avenue
Phoenix, AZ 85004
Harga tiket : $18

See you here!

YHA Hostel Australia vs USA

Minggu, 07 Desember 2014 0 komentar

Berbekal pengalaman menyenangkan bareng bareng teman AIYEP sewaktu nginep di YHA Hostel di Australia (baik di Brisbane maupun Noosa), ketika saya berencana ke San Fransisco, USA saya jadi tertarik nginep di hostel ini juga. Apalagi tempatnya bener bener di pusat kota. Kemana mana tinggal ngesot gitu. Lagian, teman Indonesia saya juga merekomendasikan tempat ini sewaktu mereka berkunjung. Jadi sudah terpercayalah yah keamanan dan kepuasannya.

Hanya ada satu yang agak membingungkan sewaktu saya google YHA San Fransisco, hasilnya tidak langsung keluar seperti YHA Australia. Rupanya saya baru tau Youth Hostels Association(YHA) itu bagian dari Hostelling International grup. Jadi kalo di Australia mereka nyebutnya YHA. Nah kalau di San Fransisco ini namanya San Fransisco Downtown Hostel . Yang jelas kedua duanya masih satu grup di Hostelling International karena sama sama menampilkan logo rumah dan satu pohon walau ukuran dan warnanya agak beda sih.

Di YHA Australia saya tinggal agak lama (hampir seminggu) dengan intensitas banyakan berada di hostel karena acara berlangsung disana. Kebetulan di YHA San Fransisco (selanjutnya disebut USA) saya juga banyak menghabiskan waktu di dalam hostel karena hujan lalu ngapain lagi kalo bukan tarik selimut kembali? Sigh!

Walaupun merupakan grup yang sama, beda lokasi, beda budaya menjadikan dua hostel kakak beradik ini terasa beda juga. Yuk kita lihat reviewnya :
1. Keramahan
Australia : Entah kenapa saya lebih menggungulkan keramahan sewaktu menginap di Australia.Sewaktu itu saya masih kinyis kinyis baru ke luar negeri, dengan keterbatasan bahasa inggris dan norak noraknya saya, saya lebih impressed dengan cara mereka bersabar dan melayani. Kadang saya suka gangguiin si resepsionis buat beli koin nyuci laundry, tukar kartu, tanya tempat dan lain lain dan tak pernah tuh saya merasa kecewa. All is well.

USA : Saya tak bilang mereka tak ramah hanya saja yah ramhanya standar. Nggak ada yang bikin impressed, nggak ada juga kecewa. Sempat saya tanya taya soal checkout lebih cepat dari waktu, minta peta, tanya soal makan pagi dan semua ditanggapi. Tapi saya inget pas sekali lagi check-in di hampir tengah malam, ada tukang nganter makanan yang ingin mengantarkan pesanan tamu tapi tidak begitu dilayani ramah. Lalu kebetulan di YHA ini, tamu yang masuk harus menggunakan kunci kamar agar pintu terbuka. Jika tidak harus pencet bel dan resepsionis yang buka. Mungkin banyak orang yang belum paham sistem ini, dan "nyangkut" di luar sehingga beberapa kali terpaksa si resepsionis yang bukaiin. Nampaknya sih dia kurang senang. Tapi yah maklumlah karena bangunan YHA ini (lebih mirip ruko) tepat di pusat kota jadi pintunya harus dibuat seaman mungkin demi tamu juga.

2. Kunci rusak
Heran deh saya mengalami hal yang sama di sini. Biasanya kita akan diberikan kartu buat digesek/ditempel di palang pintu. Dan seringkali saya nggak bisa masuk karena ntah kartu nya yang error ato mesin di pintu yang bermasalah. Memang si resepsionis udah mengingatkan jauhkan dari HP biar magnetnya nggak error, tapi yah seringkali tetep aja ini terjadi. Di Australia maupun USA.

3. Harga
Well, tidak bisa dibandingin lah secara beda benua juga. Yang jelas bukan yang termurah dibanding hostel lainnya, tapi cukup nyaman dan aman.

4. Lokasi
Sama sama strategis. Malahan yang di USA lebih strategis lagi karena benar benar di tengah kota.

YHA Brisbane
5. Fasilitas Hostel
Asutralia : ada kolam renangnya kecuali di Noosa. Mungkin karena sudah dekat pantai jadi kalau pun ada tar mubazir.
USA : nggak ada kolam renang. Hanya ada dapet makan pagi aja.

6. Fasilitas tambahan
Australia : saya masih inget di Australia, ada sun screen gratis yang diletakkan di meja resepsionis. Terus ada tulisannya, Slip slop slap yang artinya slip(pakai baju kamu) slop(pakai sun screen) dan slap (pakai topi) yang bertujuan untuk memerangi kanker kulit. Jadi tiap mau keluar, saya pasti oles oles dulu mumpung gratisan. Lalu di Brisbane juga ada tempat semacam lemari dimana kita bisa meletakkan barang yang tidak kita butuhkan lagi dan nanti bagi yang berminat boleh ambil. Sewaktu itu saya ada meletakkan barang dan pakaian saya lalu saya ambil lagi deh punya orang heehe
USA : saya sempat tanya apakah punya payung karena selama seharian hujan mulu, jawabnya nggak ada. Yah paling nggak masih dikasih map kota SF gratis.Tapi enaknya selama di sini saya perhatikan banyak acara gratisan seperti free walking tour to chinatown dan atau gratis makan pizza bareng agar bisa kenal dengan sesama penghuni hostel.

7. Banggunannya
Australia : Di Brisbane, hostelnya masih agak lega dimana beberapa lantai dijadikan kamar, restoran di depan lobby dan atap dijadikan tempat untuk ngobrol dan bisa BBQ serta ada meja biliard dan juga kolam renang. Di Noosa, bangunananya lebih eco-friendly karena masih terbuat dari kayu dan makan paginya bisa diluar (di taman). Lingkungan sekitarnya juga masih asri dan hijau banget.

USA : Mungkin karena beneran di tengah kota biayanya mahal yah, jadi bangunannya kayak ruko 4/5 tingkat deh. Termasuk sempit hingga kalau makan pagi selalu berjubelan dengan manusia manusia. Duduknya pun hadap tembok karena nggak ada space. Mau cuci piring, antri juga. Uh bawa ke kamar aja lah.

Hostelling International San Fransisco

8. Kamar mandi
Australia : Kebanyakan saya harus ngantri jika ingin mandi atau ke kamar kecil atau biasanya saya suka selidiki dulu kamar mandi tingkat berapa yang penghuninya sedikit baru deh saya ke sana :)
USA : Tidak ada WC di lobby yang merupakan tingkat pertama. Sedangkan di tingkat saya berada hanya ada satu tempat mandi, 1 kamar kecil untuk masing masing jenis kelamin dan satu lagi kamar mandi agak besar yang termasuk bathtub dan WC untuk orang disabilitas.

9. Wifi
Sama sama menyediakan wi-fi gratis

Sepintas sih, antara kedua hostel ini masih memegang teguh prinsip melayani yang baik dan soal keamanan tidak diragukan. Jempol buat kedua hostel ini yang bikin saya belum jera mencoba hostel.

Review hotel Ibis Solo

Kamis, 04 Desember 2014 0 komentar

Ibis hotel Solo merupakan salah satu akomodasi cihui di tengah kota Solo. Bersebelahan dengan Hotel Novotel, lokasinya dijamin strategis banget tapi dengan pilihan yang tidak terlalu menguras kantong kita.

Resepsionis Ibis Hotel Solo

Saya sih diinapkan gratis semalam berhubung sedang roadshow acara Emeron & Cita Cinta di tahun 2013 sehingga kali ini mau berbaik hati me-review hotel ini. Tampilan hotel ini minimalis tapi tetap terlihat modern dan stylish. Di samping depannya ada kolam air mancur yang menjadi pemandangan menyegarkan ketika pagi pagi makan di restorannya.

Restoran Ibis Solo
Jika sore sore, paling tepat sambil duduk cantik di tepian kolam renang di bawahnya, yang kebetulan bersebelahan dengan Novotel. Karena tergabung dalam jaringan hotel Accor, mungkin itu sebabnya kolam renangnya gabung kali yeh. Bisa juga kali mampir mampir ke hotel sebelah jika ada waktu senggang hehe

Duduk - duduk cantik di sore hari

Kolam renang gabung sama Novotel Solo
Nah untuk kamarnya, saya malah lupa ambil gambarnya ketika masih rapi. Kamarnya dan WC terbilang ekonomis dari segi harga dan besarnya. Yah walau begitu mereka tetap menjaga kenyamanan. Tidur pun lelap. :0

Kamar nyaman hingga bikin berantakan
Terima kasih hotel Ibis Solo!
Alamat :Jalan Gajah Mada 23 Jawa Tengah 57131 - SOLO
Telp : (+62)271/724555
Email : reservation@ibis-solo.com

Pros & Cons tinggal di Hostel

Selasa, 02 Desember 2014 0 komentar

Salah satu dana lebih yang harus disiapkan dalam perjalanan ialah tempat tinggal. Kalau ada yang bisa dan mau ditebengin, tentu kita nggak repot. nah kalau nggak ada? Ya wes harus cari hotel/motel atau hostel.

Hostel lebih identik dengan kata murah dan lebih diminati kaum muda serta para backpacker apalagi yang dari luar negeri yah tentu kata hostel lebih jamak daripada kita di Indonesia.

Pertama kalinya saya tinggal di hostel ialah ketika berada di Brisbane dan Noosa, Australia dalam rangka pertukaran pemuda. Dua duanya kami tinggal di YHA(Youth Hostel Association) yang memang sudah pionir dibidangnya ini. Begitu sampai, semua sudah diurusin dan saya tinggal melenggang kangkung masuk ke kamar hostel. Oh ternyata begini hostel itu??

Kali kedua atas pertimbangan sendiri, saya memilih nginap di hostel ketika di San Fransisco (YHA lagi) dan New York City (Jazz Hostel).

Berbekal pengalaman inilah saya merasa cukup sudah mengenal tipe akomodasi yang digandrungi para backpacker ini.Berikut ada beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan dulu jika ingin menginap di hostel

Cons :
1. Anda Introvert?Pemalu?Sedang tak ingin diganggu? Jangan tinggal di hostel kalau gitu.
Hostel adalah akomodasi yang menawarkan fasilitas seperti hotel namun hakikatnya saling berbagi dan toleransi. Yah walaupun demikian, tentu pada prakteknya ada yang melenceng. Anda yakin mau berbagi satu ruangan dengan orang yang baru pertama kali dijumpai? Sewaktu saya tinggal di Jazz Hostel di New York, saya tiba dini hari ketika roomate saya sudah ngorok. Rasanya bersalah banget karena saya masih harus berbenah diri dan terpaksa menimbulkan suara yang bikin dia bolak balik di ranjang. Esok paginya saya masih tidur karena kecapaian, dia udah bangun dan siap siap mau ngejar pesawat untuk balik ke negaranya. Kali ini saya yang kena karma karena terpaksa juga harus kebangun, berkenalan dan basa basi sedikit hingga melepas kepergian "teman" sekamar. Esok harinya balik ke hostel, di dalam kamar saya kaget karena sudah ada orang baru lagi. Kenalan lagi, basa basi lagi dan begitu seterusnya hingga mau check out.

2. Tidak bisa bebas dalam kamar.
Saya ingat sampai harus menahan kentut dalam kamar karena tidak enak pada teman sekamar saya. Pilihan berikutnya yah harus keluar kamar baru melepas angin. Kalau anda tipe yang suka geli / jijikan berbagi udara, ranjang, space, jangan tinggal di hostel. Meskipun ranjang kita pisah, kebanyakan metode ranjang yang digunakan di hostel yah yang bertingkat. Mau saya di bawah atau di atas yah sama aja. Apapun yang kamu lakukan, pasti bikin ranjang yang dibawah/atas ikut ebrgoyang. Tapi paling nggak saya milih diatas biar muka saya pas ngorok tidak kelihatan hihihi Selama dikamar pun, saya tidak membuka musik dan tidak membuat HP dalam keadaan silent agar si teman tidak terganggu.

3. Masalahmu, masalahku juga.
Kembali ke cerita no 1 dimana "teman sekamar" saya sedang dalam keadaan terburu buru di pagi buta untuk ngejar pesawat, rupanya dia curhat bahwa pintu kamar kami ini "moody". Kadang bisa dibuka kadang nggak. Sialnya lebih banyak jatuhnya ke enggak. Jadinya ketika dia harus ke WC dan ternyata tak bisa membuka pintu, maka saya harus rela turun dari ranjang dan membukakannya. Begitu juga ketika dia membawa 2 bagasi besar dan kami berada di lantai 4. Sungguh saya nggak tega liat dia gerek gerek koper sendiri. Terpaksa lah saya jadi berbaik hati.

4. WC bersama
Berhubung saya bisa tidur dimana saja, tapi belum tentu bisa buang air dimana saja, maka WC adalah prioritas utama saya melebihi tempat tidur. Kalau sudah begini, saya biasanya akan ke toilet di waktu yang orang jarang ada untuk "nyetor" itupun kalau WC bersamanya dalam keadaan tidak memprihatinkan. Eww!

5. Makan pagi
Tidak usah banyak maunya deh kalau di hostel. Palingan yang dikasih cuma sereal atau roti. Itupun siapkan sendiri dan hey jangan lupa cuci piringnya sendiri yah.

6. Lebih berisik
Tentu saja, dengan intensitas banyaknya orang dalam ruangan yang terkonsentrasi, pastinya menimbulkan suara suara yang bisa kedengaran hingga ke beberapa kamar. Saya selalu ingat dulu ketika di Australia, saya dan rombongan Indonesia jika lagi masak, wuih berasa yang punya hostel karena isinya kami kami semua. Ada yang masak air, nanak nasi, rebus ind*mie, oles roti, bikin teh. Duh pokoknya peralatan masak sudah kami kuasai hingga bule bule yang ngeliat kami pun udah males mau nimbrung. Maaf yah.

7. Bawa utilities sendiri
Sorry yah ini hostel. No towel, no minibar, no water bottle, nothing!

8. Hati hati barang bawaan
Usahakan mencari hostel dengan melihat 1) brandnya 2) review customernya untuk melihat apakah mereka puas dan merasa nyaman. Biasanya hostel yang baik menyediakan satu lemari kecil semacam loker yang bisa di kunci. Nah disitulah kamu meletakkan barang berharga. Waspada bukan saja harus diterapkan dalam kamar, tetapi juga di dapur. Biasanya makanan yang kita titip bisa saja tak sengaja / sengaja terambil orang. Mau menuduh apa buktinya? wong udah diperut. Ya ikhlasin aja.

PS: untuk hostel, saya rekomendasikan paling banyak menginap dengan sesama jenis paling banyak 4 orang sekamar untuk kualitas tidur yang terjaga :)

Pros:
1. Terjangkau
Jika uang berbicara, maka seringkali dialah pemenangnya. Tidak peduli daftar cons yang saya jabarkan semakin panjang, jika duit emang adanya segitu gimana dong? Biarin aja harus tahan tahan bau kaki seseorang daripada tidur di emperan? Biasanya Hostel bisa lebih murah 50% dari hotel kelas melati manapun. Tapi beberapa hotel branded yang terkenal tidak selalu murah juga loh. Yang penting adalah selalu research untuk membandingkan harga serta fasilitas yang ditawarkan.

2. Strategis
Salahs satu keunggulan hostel adalah dia nyempil di pusat kota atau daerah tujuan wisata sehingga tinggal turun tangga, keluar bangunan, jalan kaki dikit samapi deh.

3. Simple
Mungkin karena gedungnya rata rata berukuran kecil, proses check-in cepat dan berada di pusat kota, hidup rasanya jadi lebih simple euy. Atau ini hanya perasaan saya semata?

4. Great way to meet people
Nah bagi yang lagi pengen nyari travel-mate atau jodoh silahkan berbaur di Hostel. Biasanya hostel punya acara tur2 gratis / berbayar yang bisa dijadikan ajang ketemu sesama penghuni hostel juga. Kalau nggak tinggal turun aja ke lobby atau kepoin resepsionis, atau bisa main tenis meja sambil nongkrong di restorannya malam malam. Di satu kesempatan, sewaktu tim Indonesia lagi nginep di Noosa - Australia, kami sempat "manggung" di YHA hostel. Tiba tiba saja ada keinginan buat latihan dan sekalian aja undang orang orang buat liat. Hasilnya mereka antusias dan terpesona banget. Viva Indonesia!

YHA Hostel selalu di hati

Kalau saya pribadi sih tentu jika uang tidak jadi masalah saya tetap akan memilih menginap di hotel. Namun tetap ada pengecualian seperti berikut ini
a. Bepergian seorang diri terus tidak berani tidur di kamar hotel sendiri heheh
b. Lagi ngirit
c. Lokasi hostel dekat dengan tujuan
d. Lagi pengen aja.
 e. Diajakin temen (kalau rame dan bisa bareng dalam satu kamar malah asik yah, bisa nggak tidur ngobrol terus!)
f. Gratis!


Kalau kamu apa pertimbanganmu untuk menginap di hostel?

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets