Ivory by Ayola Hotel Bintang Tiga Plus

Selasa, 29 Maret 2016 0 komentar

Mencari hotel di Bandung terbilang gampang-gampang-susah. Meski hotel di kota kembang ini sudah banyak bertebaran, namun mencari sesuai hati (dan kantong) tentu tak gampang hingga saya diperkenalkan dengan Hotel Ivory by Ayola yang di-managed oleh Topotels.

Terletak di jalan Bahureksa, tidak sulit untuk mencapainya karena dekat dengan Ambulans Bahureksa yang terkenal mistis itu. Kalau masih tidak tahu juga, cukup arahkan menuju Jalan Riau yang terkenal dengan restoran maupun Factory Outlet di Bandung.

Begitu tiba di hotelnya, saya langsung disambut lobby yang ramah. Buang semua kesan mewah dan formal, yang ada hanya kesan ruang tamu di rumah dengan petugas yang siap membantu kebutuhan anda. Spot yang paling saya suka adalah rak buku yang lengkap dengan berbagai bacaan berbahasa indonesia dan inggris untuk anak-anak hingga dewasa. Mulai dari komik hingga ensiklopedia semua tersedia. Kabar gembiranya, buku ini dapat dibawa ke kamar. Asikk bener ah! Asal jangan dibawa pulang yah :p
Ivory by Ayola Hotel Bandung
Ruangan santai di lobby

Naik ke atas, kamar Deluxe City View pun telah menanti tubuh lelah ini dengan bantal berbulu angsanya yang maha lembut. Saya pun memutuskan tak perlu keluar ke mana-mana lagi hingga sore menjelang. Zzz!

Ivory by Ayola Hotel Bandung
Room City View di Ivory by Ayola

Ivory by Ayola Hotel Bandung
Bathroom Ivory by Ayola
Meski hanya bintang 3, kamar ini memiliki hampir semua yang saya butuhkan. Free Wifi, pembuat kopi dan teh, sandal jepit, majalah, dan ketika di kamar mandi semua toiletries hingga hair dryer pun lengkap. Cukup bawa diri aja deh kalau menginap di sini!

Esok paginya, saya sudah tak sabar mencoba breakfast di restoran sekaligus coffee shopnya, yakni Ever Joy. Tempat ini cukup hits dikarenakan banyaknya gambar imut dan mural dengan nuansa Old Vintage gitu. Di satu dindingnya yang masih lengkap dengan batu bata, ada banyak gambar gambar yang suka membawa saya mengingat masa lalu seperti Cable Car San Fransisco, koper koper besi tua di pojokan persis seperti di rumah dulu saya di Jambi hingga aneka pajangan Golden Route 66 di Amerika yang terkenal itu. Ah jadi galau!
Tempat Breakfast
Saya sempat mencoba Thai Tea nya di siang hari bolong yang panas. Es krim vanillanya yang langsung lumer di mulut ditambah es teh Thailand yang manis ini menjadi pendamping sempurna meski saya hanya sendirian.
Thai Ice Tea. Slurp!
Karena tempat makan paginya juga berada di coffee shop, ada satu keunggulan dari hotel ini yang mungkin tidak dimiliki hotel lain yakni kopi yang disajikan dibuat khusus dan diracik dengan mesin kopi khusus seperti di cafe-cafe lainnya. Jadi setiap kamar selain mendapatkan kupon breakfast, ada kupon kopi juga loh. Cuma karena dibikin khusus satu-satu, nunggunya musti bersabar yah!

Everyjoy Cafe Outdoor
Sarapan Sereal sambil liat orang minum kopi
Selama 3 hari dua malam menginap di sini, saya sempat keliling di Bandung dan cukup puas karena lokasi hotel cukup strategis di tengah kota sehingga bikin mudah mau jalan-jalan kemanapun. Selain itu, dekat banget juga dengan stasiun kereta api. Pokoknya puas deh menginap di Ivory by Ayola Hotel ini!

**
Ivory by Ayola 
Jl. Bahureksa No.3 Bandung, West Java, 40115, Indonesia
Phone: +6222 – 4203999

Widya Batik Workshop in Ubud Bali

Kamis, 10 Maret 2016 0 komentar

Batik is one of Indonesia's heritage that are famous world-wide already and no doubt the fabric charms bring along many tourists to come to Indonesia just want to learn how to make their own batik. My host mom from France is one of them. She still remembered that she said when we were in USA that If she ever come to Indonesia, she would like to make batik together with me. So here we are, on our first trip together in Bali-Indonesia, our dreams come true. Together with other friends, one friday morning we were picked up by Widya Batik Workshop. This workshop is a family business so the workshop itself will be in the back of family compound. The place are simple and semi-outdoor accompanied by the sound of chicken or duck coming from the backyard.
Widya Batik Ubud Bali
Widya Batik Workshop in Ubud - Bali
When we arrived, they already prepared the stuff for batik painting. One of the man are ready to explain how to make a batik :
1. Choose your own design
Before we went to this place, me and our host family did a little bit research about what kind of picture / pattern that we are going to draw. I'm a little bit worried because I'm not good at art or drawing but luckily here, they provided many pictures drawn on A5 sheet paper and we just need to trace it down. After choosing among so many beautiful design, I chose Koi fish.
Widya Batik Ubud Bali

2. Trace it down
After choosing the paper, put the paper below the thin cotton fabric that already prepared in the long table. Start tracing down lightly so if you have mistakes, it will removed easily.
Widya Batik Ubud Bali

3. Learn how to draw with canting
Canting is a special tool to draw the design with the wax. After we are finished tracing it down, the staff will hand a small cotton with our design as sample and to be used to learn how to draw batik with canting. First, take wax with canting, just a little bit (less than half of the canting's capacity) and start drawing the line based on what we already trace. Replace the wax in 10 seconds or less and repeat again. We must start always from left top and use canting in 45 degrees so the wax will not spill in the picture or if it's too high it will drop on your hand (caution : it was HOT! i dropped some in my hand). It's really took focus, patience to do the whole thing for hours. Sometimes if I get bored, I became not careful and the line will looks terribly. I also drop wax  in the cotton and trying to simplify my drawing so I can finish faster. In the end, the staff on the workshop also helped me to do the back of the fabric because it have to be bold enough and appears on both sides.


4. Starts coloring
Still with the sample cotton, the staff explained the technique of coloring. Some color will only changed if we put it under the sun or after washing process. Even though it looks easy, it takes quite times after i get used to with small/big brush and start coloring my batik.

5. Let's try on real thing
After lunch, we continued the batik process and now the staff let me use my real cotton fabric and start to do the canting and coloring process. I'm anxious I will ruined everything but the staff always encouraged me everything will be okay. Even the mistakes can be fixed later on. The staff also so helpful and never seems disturb whenever I ask questions or advice on what color should I put. The owner also gives hand and put a shading colour on my picture and draws some more of batik pattern for the background. I feel a little bit more confident now that my batik are with such a great professional people.

6. Make a batik stamp
For the side of batik, choose batik stamp. It's easier because we only need to heat the copper stamp with wax and stamp on the cotton. I chose the one that looks like barong pattern.

7. Dry on the sun
After finish, put outside in the sun to seal the colour.

8. Washing
Even after you already put on the sun, you basically can still draw something, add something or put more color before washing. But once its already washed, you can't changed your batik anymore. And here's my final version of batik with the owner's help. I'm so happy and satisfied with the result!
Widya Batik Ubud Bali
My Batik
Tips :
1. Booking is a must. Sometimes they wont accept walk-in-customer because basically they need to prepare the stuff and equipment the day before.
2. Wear casual clothes that you're not afraid when it gets dirty and also wear comfortable shoes / flip flops because mostly the activity will be done by standing.
3. The best time to do batik workshop is summer season because there are plenty of sun so the drying process is quick. In our case, the staff need to dry it using hair dryer because it's raining all day.

Facility :
1. Starts from 10.00 AM - Afternoon ( 4-5 PM)
2. Free pick up in ubud area
3. 1 free mineral water
4. Lunch available (The price starts from Rp.20.000 and i do love the cap cay menu)
5. Clean sit toilet
6. In one day, there are 3 staffs handling about 10 people in one day. They are so kind and put a lot of attention for us.

Widya Batik
Address : Jl.Sriwedari No.61.Br.Tegallantang Ubud,Gianyar, Ubud, Bali 80571
Price : Rp. 450.000

Makan Ala Putri di Oasis Heritage Restaurant

Rabu, 09 Maret 2016 0 komentar

Makan di restoran mahal, sudah biasa. Makan di restoran Indonesia yang sehat, gak pake MSG dan pengawet? sudah biasa. Makan ratusan ribu per orang? biasa juga. Namun yang luar biasa adalah jika dapat menggabungkan semuanya dan bahkan ditambah bonus diberikan pertunjukan tari lalu dilayani oleh 12 orang wanita cantik Indonesia sambil membawakan berbagai menu yang bikin ngiler.

Yah itulah konsep dari Rijsttafel, sebuah acara santap malam yang hanya ada satu satunya di Indonesia (and world!) dan adanya di Oasis Heritage Restaurant Jakarta. Dari namanya saja sudah cukup unik, konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh orang Belanda lalu dimodifikasi sedemikin rupa untuk memperkenalkan masakan Indonesia dengan kemasan yang menarik dan berbeda.

Ketika sampai di restorannya yang terletak di Cikini, saya justru merasa lagi jalan-jalan ke Museum karena di depan restoran terpajang berbagai alat musik dan ada 2 pria yang bermain gamelan dengan musiknya untuk mempersilahkan / mengantar pengunjung sewaktu masuk / keluar.
Oasis Heritage Restaurant
Ruang depan sebelum masuk ke restoran
Di dalam, nuansa Indonesia akan semakin kental dengan beberapa ruangan yang diberi nama Sumatera Room, Jawa Room, Kalimantan Room, etc dengan berbagai hiasan asli Indonesia bahkan hingga ke dindingnya pun dipenuhi oleh topeng kalimantan dan wayang kulit. Untuk taman belakang, terdapat banyak patung-patung kayu yang seakan menjadi pagar belakang.

Restoran yang awalnya adalah rumah seorang miliuner Belanda pemilik perkebunan teh, karet dan kina ini berarsitektur Belanda era kolonial dengan ciri khasnya langit-langit yang tinggi, corak tegel lantai hitam putih yang masih dipertahankan hingga sekarang, unsur kayu jati dalam rumah, serta lampu kristal asli dari Austria yang semakin membuat ruangan terlihat mewah. Bahkan patung patung maremer di taman belakang juga masih asli. Yang paling ikonik dari kesemuanya adalah sebuah jendela kaca warna warni yang didesain perancang Belanda dan bertahan hingga sekarang. Restoran ini juga hampir tidak pernah melakukan renovasi besar karena masih sangat kokoh dan baik. 
Oasis Heritage Restaurant
Meeting Room
Oasis Heritage Restaurant
Jawa Room yang tembus ke Sumatera Room
Oasis Heritage Restaurant
Taman di Belakang buat ngerokok atau hanya duduk santai ditemani patung patung kayu
Namun di antara semua keindahan tersebut, yang membuat banyak tamu kembali dan kembali lagi adalah yah Rijsttafel itu yang hanya ada di malam hari. Diawali dengan sebuah pukulan gong dari pramusaji, semua tamu pasti akan berpaling melihat seorang gadis cantik yang dengan lemah gemulai menarikan tarian Betawi secara singkat. Tarian yang indah itu kemudian diikuti dengan hadirnya 12 orang wanita dengan kebaya yang secara berurutan masing masing membawa sebuah piring yang berisi aneka lauk pauk ke meja saya.
Oasis Heritage Restaurant
Dimulai dengan tarian
Oasis Heritage Restaurant
Lalu satu per satu bergiliran menawari saya makanan
Yang pertama membawa piring berupa nasi putih dan nasi merah. Saya pun memilih nasi merah karena lebih sehat dan mahal (gak mau rugi banget!), lalu setelah selesai menyendoki, gadis kedua pun maju ke samping saya dan menawarkan lauk, lalu saya iyakan, lalu berikutnya gadis ketiga dan begitu seterusnya hingga ke wanita terakhir dan saya jadi pusing. Mungkin saya jadi pangling juga karena berasa dimanja banget dan dikelilingi begitu banyak orang hanya untuk mealayani saya. Untung mereka gak nawarin buat nyuapin juga yah?

Btw, semua lauk yang ditawarkan boleh di-skip dan boleh juga ketika kurang meminta kembali lagi. Jadi ceritanya All-you-can-eat-like-a-queen! Biar gak bosan, menu Rijsttafel ini akan berganti tiap minggunya sehingga selalu ada surprise kecil yang didapatkan tamu reguler.
Oasis Heritage Restaurant
overwhelmed ditawarin begitu banyak makanan dengan mbak-mbak cantik
Setelah semua selesai menyendoki sayuran ke dalam piring besar saya, mereka pun mengucapkan selamat makan dan pamit ke dalam dan kembali menjadi pramusaji biasa kembali.

Berikut saya kasih liat penampakan dinner saya yakni nasi campur ala Oasis Restaurant dengan menu nasi, ayam gulai, sate, tauge, acar, serundeng, chili crab (yang empuk dan enaknya kebangetan), rendang, sayur pepaya, tempe kering, kerupuk, dan gorengan tahu kipas. Untuk sambalnya, juga tersedia 4 jenis sambal mulai dari cabe ijo, sambal terasi dan lain lain cuma yah kurang pedas karena untuk mengantisipasi para bule-bule yang gak kuat pedas haha.

Ohya sebelum memulai menu utama ini, masih ada semangkok sup ayam dan kroket buat pemanasan. Untuk cuci mulutnya, disediakan es khas Indonesia dan free flow minuman. Dijamin bagi yang rakus dan banyak makan seperti saya, keluar dari sini tidak perlu makan lagi. Gak perlu lagi deh nyari abang-abang nasi goreng karena merasa gak kenyang. PUAS!
Oasis Heritage Restaurant
Tampilan akhir Rijsttafel
Tips :
Kalau mau lebih terjangkau, datengnya sewaktu siang hari karena akan tersedia menu Indonesia dan Western yang biasanya. Tapi kalau malem, berhubung restoran elit ini sudah menjadi langganan orang orang penting, sekelas Bill Clinton, Joko Widodo dan banyak diplomat serta pengusaha pengusaha lainnya, saya jadi berasa ikutan jadi orang penting juga nih :)

Mau nyoba makan dengan pengalaman berbeda?

Oasis Heritage Restaurant
Jl.Raden Saleh no 47 Jakarta
Telp : 021-3150646

5 Kebiasaan Unik Ketika Traveling

Senin, 07 Maret 2016 0 komentar

Bisa dibilang ketika traveling saya menjadi pribadi yang sedikit berbeda. Yah karena saya tinggal di tempat yang berbeda, melakukan sesuatu yang berbeda, ketemu orang berbeda dan macam-macam lagi beda beda yang lainnya.

Terlebih lagi kalau kita berada di lingkungan yang tak seorang pun yang mengenal kita, "kita" akan cenderung lebih berani menunjukkan siapa diri kita. Begitu sih saya mikirnya. Mempelajari dari berbagai perjalanan yang sudah saya jalani, ada kebiasan - kebiasaan unik yang yang kerap muncul ketika saya traveling seperti :
1. Dress Up
Jika dalam kehidupan sehari hari baik di kos maupun kantor (yes! you read it right) saya selalu pakai baju senyaman saya (baca: baju tidur, you might say haha!) kecuali ada acara atau mau ketemu orang. Nah giliran jalan-jalan, barulah sifat ke-cewek-an saya muncul. Mulai bingung harus bawa baju apa, berapa pasang, kacamata warna apa, de el el. Alasan saya ribet begini cuma satu yakni ntar pas di foto keliatan tjakep :)

Paling mudah sih kalau jalan ke pantai karena tinggal bawa bikini dan hemat bagasi banget!

2. Toilet over Bedroom
Dalam memilih akomodasi, toilet menempatkan posisi pertama bahkan melebihi kenyamanan kasur. Sejauh ini saya belum menemukan hotel / villa bagus yang toiletnya idaman saya yakni jongkok #sedih. Padahal kan toilet jongkok lebih sehat dan tak perlu harus berbagi pantat dengan penghuni kamar lainnya. Iyah gak?? Mana suaranya pendukungku?

Selain itu, karena saya tipe yang ribet ketika harus BAB maka saya membutuhkan WC yang tenang, tidak ada orang di sekeliling dan tentunya bersih. Untuk urusan mandi, maunya air shower jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin karena bikin saya jadi males mandi. Brrr!
Lebih bagus lagi kalo bisa sejajar begini :p
3. Me-Time
Punya Me-Time di kala sedang liburan bukan dosa besar kok. Tidak semua traveling hanya tentang Ha-Ha-Hi-Hi saja. Terkadang perjalanan bisa membuatmua lelah, stress dan tidak menyenangkan. Salah satu cara untuk men-charge kembali energi dan mood adalah dengan menghabiskan waktu dengan dirimu sendiri atau orang orang terpilih #eaak.
Me-time di pantai sambil nungguin sunset
4. Money?
Meskipun pekerjaan saya sebagai penulis perjalanan dan juga blogger, namun tak berarti semua hal saya catat, terutama budget. Nggak pernah tuh saya hitung hitung sudah habis berapa hari ini atau berapa budget saya untuk makan. Intinya saya tidak pernah menempatkan harga sebagai prioritas ketika memilih hotel, makan, aktivitas sehingga saya nggak punya rekap berapa yang saya habiskan ketika jalan jalan. Selama saya enjoy dan saya kira saya perlu menghabiskan uang untuk sesuatu yang worth it, maka saya tidak masalah. Jadi kalau orang tanya berapa budget saya ke suatu tempat yah paling saya hanya menjawab sambil mereka-reka aja.

5. Picky on food
Jika biasa orang antusias mencicipi masakan lokal, saya tidak begitu karena saya termasuk tipikal yang pilih-pilih makan. Gak suka daging, gak mau ayam rebus, mau bakso tapi yang tepungnya lebih kerasa, harus makan sayur dan buah, dan macam macam. Jadinya ketika dihadapkan dengan menu lokal dan saya tak suka, maka saya pun tanpa keberatan dan rasa bersalah akan melewatkannya dan memilih makanan standar.

6. Main Aman
Traveler identik dengan adrenaline-junkie atau berani ngapa ngapaiin sendiri, saya masih punya kecenderungan untuk memilih tempat dimana saya kenal orang lokal sehingga bisa jalan bareng nantinya. Soalnya kalau ada yang mandu rasanya lebih asik karena saya akan save-time dari getting lost, tanya info dan pastinya karena dia sudah tinggal di sana lama dia bisa memberikan guide where to eat, what to see versi lokal yang tidak turistik. Selain itu saya juga bukan pecinta aktivitas yang bikin jantung copot sehingga Ancol, Theme Park, Sky Diving tak pernah masuk dalam bucket list saya. Ah mungkin bener kata teman saya, saya hanyalah traveler cantik saja :p #jujur
Biar makin aman, jalannya bareng pejantan tangguh
Kalau kamu, punya kebiasaan unik yang muncul ketika jalan jalan? Share dong!

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets