Pantai Mawun Lombok

Minggu, 17 Mei 2015 0 komentar

Setelah mengantar teman teman saya pulang di bandara, tinggalah saya di Lombok sendiri. Saya langsung mikir "nah, enaknya sekarang kemana yah?" sambil melihat jam. Masih ada waktu setengah hari sebelum penerbangan terakhirku.

Berbekal rekomendasi dari Zi, temanku yang asli Lombok kami menuju Pantai Mawun, yang diklaim satu dari the very best beach here. Cabuut!

Perjalanan dari bandara Lombok menuju Pantai ini mulus sekali. Heran yah salut deh ama lombok yang jalannya nggak ada bolong atau polisi tidur. Macet? Apa itu?

Kami sempat melewati bukit Asthari berhenti bentar lalu nongkrong cantik di kafe sambil menyeruput jus. Slurrp! Pemandangan pulau ini dari ketinggian sangat menggoda. Belum lagi hawanya yang sejuk bikin betah berlama lama.

Setelah puas, perjalanan dilanjutkan menuju selatan Lombok. Total ada 1,5 jam kami tiba di gerbang pantainya. Dan inilah pantai mawun.
Pantai Mawun
Ciri khas Pantai Mawun adalah pantai indah yang berbentuk seperti tapal kuda dengan bukit bukit yang mengelilinginya. Pasirnya putih lembut dengan perpaduan warna air berwarna hijau hingga menjadi semakin biru. Jika mau berenang, waspadalah karena ombaknya cukup deras. Berdiri di pinggir pantai saja saya suka merasa diseret seret masuk ombaknya. Pernah loh ada kasus sekeluarga meninggal terseret ombak. Perlu diketahui juga tidak ada penjaga pantai sehingga selalu berhati hati melihat kedalaman air.

Bermain ombak di Pantai mawun
Pantai ini hanya mempunyai fasilitas minim dan hanya tersedia gubuk kayu dimana para warga lokal menjual makanan / minuman ala kadarnya dan ada juga WC buat sekedar berbilas dan buang air. Jadi yang paling ideal jika mau piknik sekeluarga bawalah tikar sendiri dan bekal makanan.

Satu satunya hal yang tidak mengenakkan selama di sini ialah para penjual oleh oleh yang agresif memaksa kita untuk membeli. Huft!

Berlayar di Teluk San Diego

Jumat, 15 Mei 2015 0 komentar

San Diego merupakan salah satu daerah yang cukup populer di California. Cuacanya yang selalu adem sepanjang tahun membuatnya jadi pilihan destinasi yang menarik.

Sore itu, saya bergegas menuju ke harbour untuk ikut naik cruises.
Hari itu masih musim panas dan matahari bersinar seperti biasa. Para bule bule mengenakan baju tipis seadanya. Namun sayang kulit tropis saya belum bisa beradaptasi sebaik itu. Dengan pilihan dresscode paling boring - jaket hitam sedikit tebal dan celana panjang hitam - saya tetap antusias akan mengikuti tur ini sambil menghalau dingin.
Di depan kapal
Setelah mengambil tiket di loketnya yang tak jauh dari pelabuhan, Cruises yang saya naiki yakni Hornblower Cruises & Events rupanya telah memanggil manggil pertanda siap berangkat. Saya pun bergegas masuk ke kapal. Rute yang bakal ditempuh yakni mengelilingi teluk San Diego bagian selatan.
Bersantai di atas kapal
Para penumpang bebas ingin duduk / berdiri di lantai pertama (indoor) atau memilih seperti saya. Berada di outdoor atau lantai dua menikmati hembusan angin. Lama kelamaan, pemandangan pinggiran kota San Diego yang dipenuhi bangunan tinggi berganti dengan biru laut dan langit.
Kota San Diego terlihat dari pinggir harbour front
Salah satu highlight dari perjalanan ini adalah kami mengarungi teluk melewati kolong jembatan Coronado Bridge sepanjang 3.4km yang dicap sebagai jembatan ketiga dengan paling banyak kasus bunuh diri di USA. Jembatan ini menjadi penghubung antara San Diego dengan pulau Coronado, sebuah pulau kecil dimana disana terdapat beberapa fasilitas angkatan lautnya Amerika Serikat. Pantes saja disepanjang teluk ini banyak kapal kapal besar milik pemerintah sepertinya yang sedang terparkir. Tapi jangan salah pulau Coronado ini juga dilirik wisatawan sebagai resort city loh!
Banyak kapal kapal raksasa militer yang sedang parkir
Jembatan Coronado dari kapal
Di penghujung rute cruise ini, saya dapat melihat segerombolan singa laut. Kapal mendekat lumayan dekat hingga tercium bau amis dari binatang ini. Begitu kapal berlalu, mereka pun bersuara "nguik nguik" menyampaikan salam perpisahan. Di situ jugalah kapal berputar arah lalu kembali ke titik awal. Rupanya jika dikit lagi kita berlayar, udah masuk kawasan negara Mexico loh. Paspor mana paspor mana?

Selama perjalanan kurang lebih sejam, hal yang saya sesali adalah punya cemilan karena tidak mampu membelinya di kantin kapan. Udah sedikit harganya mahal pula! Bah!

Pantai Kuta Lombok

Minggu, 10 Mei 2015 0 komentar

Bali punya pantai pantai indah. Salah satunya yang kesohor itu pantai Kuta.
Namun sejak Lombok booming, boleh dikata dua daerah bertetangga ini mulai harus bersaing untuk memperebutkan wisatawan.

Bali memang telah mapan pariwisatanya dan juga terkenal seantero jagat. Hal ini lah yang membuatnya juga kelimpahan banyak pengunjung, macet dan terlalu ramai (kadang-kadang).

Bagaimana dengan lombok? Saya merasa Lombok adalah jelmaan Bali ketika remaja. Masih muda dan perawan. Infrastruktur boleh dikata masih kurang tapi itu tak mengurangi keelokannya.

Kecantikan lombok juga dapat dilihat dari banyaknya pantai pantai indah salah satunya adalah pantai kuta. Tidak tahu juga kenapa pantai ini bernama sama dengan kompetitornya. Mungkinkah berharap dapat menyaingi tetangga sebelah?

Berada di kabupaten Lombok Tengah, pantai putih sepanjang 7,2 kilometer ini terlihat sepi ketika saya datang. Mungkin karena pengaruh jam makan siang yah? Dan memang matahari lombok yang sepertinya ada 2 membuat tidak ada satupun pengunjung di siang hari bolong ini.

Pantai Kuta Lombok
Sepanjang laporan mata, tidak ada pohon atau tempat berteduh, jadi bagi yang mau leyeh leyeh bawa sendiri yah tikarnya. Perhatikan juga kedalaman air dan ombak, sekedar berjaga berjaga karena tidak ada penjaga pantai jika terjadi apa apa. Selebihnya pantai alami ini milik kalian!
pantai-kuta-lombok
Pantai Kuta Lombok

Kalau merasa lapar persis di depan pantai ada restoran Anda yang makanannya enak enak banget. Sila dicoba!

Satu satunya hal yang kurang mengenakkan dari pantai ini adalah beberapa anak anak dan remaja yang mengekor menawarkan dagangannya. Huft!

Grand Central Terminal New York

Selasa, 05 Mei 2015 0 komentar

"Lebih dari sebuah pusat transportasi. Bukan sembarang stasiun"
Begitulah batinku ketika masuk ke Grand Central Terminal yang terletak di 42street New York.

Grand Central Terminal
Kalau di Indonesia, kata terminal berkonotasi negatif. Yang terlintas di pikiranku adalah parkiran yang semrawut, bus tua yang uzur yang kalau batuk batuk mengeluarkan asap hitam pekat. Belum lagi fasilitas dan infrastruktur yang jauh dari standar. Jalan becek, toilet kotor dan calo yang mondar mandir adalah sesuatu yang lebih bisa dikata normal.

Jadi begitu tiba di Grand Central Terminal tak heran saya melongo. Luas, bersih dan indah. The Grand Central Terminal memang tidak hanya mementingkan fungsi tetapi juga tak lupa memasukkan unsur seni di dalam bangunannya. Seperti gambar saya di atas, tengoklah ke atas. Ada lukisan cantik di langit langit berwarna hijaun-nya. Lihat ke bawah, maka saya tersadar menjejakkan kaki pada lantai marbel di sepanjang terminal. Kala itu hari sudah malam, lampu memang dibuat sedikit temaram namun suasana yang dihasilkan jadi berbeda.
Nongkrong di Terminal

Saya sengaja ke sini tanpa punya hasrat mencari bus / subway. Niatnya cuma mau jalan jalan. Dan The Grand Central Terminal ini tau persis banyak turis yang berpikiran sama seperti saya. Tak heran bila akhirnya terminal ini dipenuhi oleh restoran serta tempat belanja dan pasar. Bahkan ada Tour dengan guidenya juga bagi yang berminat dan mau bayar. Kalau saya sih tentu milih yang gratisan, duduk duduk melihat orang dan menghabiskan waktu di tengah dinginnya kota New York.

Tak heran, icon yang kerap muncul di film film Hollywood ini termasuk dalam salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Kalau punya waktu senggang, mari kita bersua di sini kembali.

Keindahannya dijadikan gambar di tiket subway (kiri)

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets