Penjual Koran

Kamis, 30 April 2015 0 komentar

Pukul 6.30 pagi, Ayuk (panggilan mbak dalam bahasa Jambi) Iis sudah tiba di toko buku Edison, Jambi dan mengambil jatah korannya sebanyak 30 eksemplar.

Dikala orang baru memulai aktivitasnya, ayuk Iis telah stand-by di persimpangan lampu merah di pasar. Dengan ramah, dia menghampiri setiap mobil yang berhenti dan berharap kaca mobil diturunkan dan ada uang Rp.2.000 yang diberikan.

Ketika saya hampiri pukul 07.00 lebih sedikit, sudah hampir separoh jualannya yang laku.
Namun seiring matahari meninggi, peruntungan makin menipis.
"Nggak pernah lah laku sampe 30" kata ayuk Iis.
"Kalau sudah jam 10, aku baleklah. Panas" tambahnya lagi membetulkan letak topinya.

Meski begitu, tak terlihat dia susah hati menjalankan pekerjaan sampingan ini.
"Enak jual koran daripada nyuci baju orang, Capek!" jawabnya.
"Jualan koran ini paling sehat, olahraga terus" tambahnya lagi yang sudah mulai berkeringat.

Dari rumahnya di Jerambah Bolong (terletak di pinggiran kota Jambi), dia harus merogoh modal awal Rp.3.500 untuk ongkos angkot sekali jalan. Sedangkan gaji sebulan yang ia terima yakni Rp.500.000 ditambah untung Rp.500 per koran yang terjual. Menurutnya tak masalah karena tidak seperti agen, dia tak perlu pusing dengan target yang harus dicapai.

"Kalau dulu lebih enak lagi, jualnyo biso banyak. Kadang pulang masih biso beli nasi bungkus." ceritanya.
"Malahan ado yang ngasih duit bae, dak ambil korannya" tawanya tanpa tedeng aling aling.

Memang makin ke sini, Jambi mulai disesaki penjual koran yang selalu ada terlihat di tiap titik keramaian. Persaingan pun makin tajam.

"Kalau udah ada langgangan enak bisa cepat habisnya."
"Kayak koko disano tuh, langganan tiap hari. Agek seminggu baru bayar" tunjuknya kepada sebuah ruko yang baru buka.

Tak berapa lama dari sisi jalan yang satunya, sebuah sepeda motor berhenti. Tanpa perlu dikomando, Ayuk Iis segera menghampiri motor tersebut. Ayuk Iis memberikan koran. Si pengendara motor memberikan uang lalu meluncur begitu saja. Tanpa komunikasi. Sudah saling mengerti.

Hari ini, jika tidak sehubungan dengan acara kantor, maka saya tidak mungkin berada di sini dengan mata sembab, baru bangun tidur. Dengan berusaha menebalkan muka saya harus turun ke jalan demi ikut mencicipi pekerjaan ini. Gengsi? Pasti iya.
Apalagi ketika berjumpa dengan teman saya yang membawa mobil. Setelah dijelaskan dan saya paksa beli koran, dia pun berlalu.

Menit berlalu saya pun mulai terbiasa. Terbiasa dengan debu dan asap knalpot. Terbiasa mengekor ayuk Iis. Terbiasa ditolak. Tapi hal yang paling bikin jengah adalah tatapan tatapan dari orang lain seperti :

1. Tatapan genit atau senyum yang mengisyaratkan sesuatu.
Eits ternyata bukan saya aja yang merasa begini, namun si ayuk Iis juga saban hari kerap mengalami hal ini.
"Orang tuh tiap hari kayak gitu, genit nian. Dio katanyo mau aku jadi bininya. Aku lah ada suami."
Kata ayuk iis menunjukkan seorang bapak bapak. Untungnya dia beli koran.

2. Tatapan seolah olah saya tak ada
Ini tamparan buatku juga. Kalau biasanya saya juga suka begini kepada penjual koran / yang menjajakan dagangan agar mereka tahu saya tidak tertarik tapi setelah menjalaninya sendiri, rasanya sakitnya tuh disini. Dianggap tak ada itu emang respon yang sangat menyakitkan. yah bagaimanapun penjual koran tetap manusia. Dikacangin tuh nggak asik. Kalau saja yang saya tawarkan mau menoleh dikit aja sambil senyum bilang nggak, itu rasanya lebih ngademin hati. Aku nggak akan maksa beli kok!

3. Tatapan keheranan
Sudah ada tukang tambal cantik, ketua RT cantik, dan kali ini ada penjual koran cantik. Memang bukan pemandangan biasa yang dapat dijumpai setiap harinya. Tapi yah nggak usah gitu juga kali yah ekspresinya? Apa saya aja yang GR? *ups*

4. Tatapan memberikan harapan palsu
Dari balik kaca mobilnya, bapak itu memandangi saya. Karena saya lagi jual koran bukan jual diri maka saya dekati sambil bertanya dari balik jendelanya yang kedap suara "Koran pak?" lalu dia merogoh rogoh kantongnya. Saya pun menunggu. Wah untungnya dia menemukan uang receh. Tapi kok dia diam saja? Sial! rupanya dua ribuan itu untuk biaya parkir masuk ke pasar.

Hingga pukul 8.30 koran yang tersisa tinggal 3 eksemplar namun menjualnya susah sekali. Beberapa memang sudah mendapatkannya dari simpang sebelumnya atau ada yang berdalih dapat membaca di kantor. Daripada nanggung, saya pun akhirnya memilih berjalan ke pasar dan meminta tolong (baca: memaksa) keluarga saya di sana untuk membelinya.

Sayangnya begitu saya kembali ke simpang lampu merah lagi, Ayuk Iis sudah tak tampak lagi. Tidak sempat deh saya berterima kasih karena sudah mengajarkan saya semangat kerja kerasnya dan menghargai sebuah pekerjaan, sekecil apapun itu. 

Semoga ayuk Iis senang akhirnya setelah sekian lama, 30 eksemplar koran habis terjual!

Selamat hari buruh untuk ayuk Iis, teman temannya dan kita semua!

Hidup itu keras. Tapi senyum dulu lah bro!
Photo by : Wahid Nurdin

Norak Bergembira di Luar Negeri

Kamis, 23 April 2015 0 komentar

Sudah lumrah bahwasanya ketika kita baru menginjakkan kaki di daratan baru, maka segalanya terasa menyenangkan. Pemandangan biasa terlihat luar biasa. Makanan yang dimakan terasa asing dan eksotis. Yah ibaratnya sama kali rasanya dengan pertama kali nge-date. Terlambat 15 menit dianggap tidak apa apa. Lelucon basi yang dilemparkan oleh gebetan rasanya lucu sekali hingga bisa mengguncang dunia kita.

Nah begitu juga pas nyampe di Luar Negeri, rasanya tuh bahagia banget. Setiap menit disana sangat berharga. Saya selalu berusaha menggunakan "kacamata" turis walaupun telah hidup berbulan bulan disana agar selalu merasa excited dan mau meng-explor hal hal baru. Saya selalu menenteng kamera atau paling nggak HP selalu standy sehingga jika ada hal unik bisa langsung saya abadikan. Mungkin beberapa orang mikir saya norak banget ih, persis seperti orang kampung keluar kota.

Yah mau gimana, biarin aja. Wong saya jamin, rata rata orang Indonesia yang ke luar negeri pastinya juga akan melakukan beberapa "kenorakan" saya ini :
1. Foto di tempat tempat terkenal.
Kalau baru baru pergi ke luar negeri, liat bus kota aja rasanya beda banget. Akan banyak momen momen dimana kita berhenti dan terpana oleh sesuatu. Meski mungkin gak bagus bagus banget tapi karena sesuatu itu baru yah kita poto deh. Biar heboh, ditambah dengan pose pose yang gak biasa biar lucu seperti minum air mancur patung merlion atau toel patung miring pisa. Yah lumayan buat eksis di social media dan hasilnya banyak yang kasih like dan komen.

Foto di jalan gini aja rasanya keren
2. Makan / Minum makanan yang ada di Indonesia dengan maksud membandingkannya.
Sebenarnya produk makanan / minuman Amerika Serikat sangat mudah dijumpai di Indonesia. Sebut saja McD atau KFC. Namun karena berhubung udah di luar negeri, tentu pengen coba enak mana sih ama di Indonesia? Seperti saat saya di Amerika Serikat, saya tertarik juga ingin mencoba makanan cepat saji di tanah kelahirannya. Penelusuran saya, McD Indonesia lebih ada rasanya mungkin karena telah dicampur bumbu lokal Indonesia atau udah ditambahi bumbu lainnya. Nah untuk KFC, justru saya jarang banget lihat gerai fast food satu ini. Padahal kalo di Indonesia hampir di semua mall orang mengantri. Kalau untuk minuman, Yang paling kerap saya jumpai adalah pamer foto Starbuck karena emang kebetulan kopi asli Seattle ini udah mewabah di dunia dan dengan memegang cupnya aja berasa keren. Saya pribadi bukan peminum kopi hanya menyukai Frapucino Green Tea-nya tanpa whipe cream karena bikin gendut eneg, terlalu manis.

3. Mengkonversikannya ke rupiah.
Ini sebenarnya punya dua sisi. Pertama baik karena ketika belanja kita melihatnya sebagai sesuatu yang mahal jadi bisa membantu mengerem pengeluaran. Tetapi akan jadi jelek kalau kita kelewat sering menghitungnya dalam rupiah. Bisa bisa kita tidak menikmati hidup karena tak sudi mengeluarkan uang lebih yang berimbas ke kurang mendapat pengalaman karena gak rela bayar mahal.

4. Momen pertama kali melihat salju.
Maklum saja karena kita hidup di negeri tropis, salju itu barang langka! Saya dulu memimpikan pengen beneran makan salju yang bersih (yang turun dari langit) terus dikumpulin dalam piring dan dikasih susu kental manis coklat biar kayak es campur. Ah sayang nggak kesampaian. Tapi paling nggak sudah pernah makan salju yang turun dari langit (dengan membuka mulut besar besar) dan dari tanah (mencongkel lapisan salju yang bawah biar bersih).

5. Momen pertama kali naik sport car yang terbuka atasnya.
Wiih keren sekali rasanya. Ketika tinggal di Scottsdale, USA yang merupakan salah satu kawasan orang kaya di USA, mobil mobil mewah itu hal umum. Saya sempat coba naik punyanya host family dan teman sekampus. Ketika rambut acak acakan dibombardir angin, saya tetep mereasa keren. Yang nggak sempat dicicipi itu adalah naik limousine. Padahal ada hampir tiap hari parkir di depan apartemen.Pfft!

6. Lebih terrbuka
Di Indonesia orang berbusana bikini atau pakaian minim memang ada namun tak banyak. Sedangkan di luar negeri contoh saja Singapura yang paling dekat hal ini mudah dijumpai. Tank top, hot pants bersileweran dengan santai. Yah terang saja karena disana mereka tidak merasakan dipanggil, disiulin, digoda, ditanya tanya yang bagi semua wanita di Indonesia pastilah sudah muak mengalami hal ini. Jujur itulah yang membuat saya lebih berani meng-explor gaya berpakaian saya kalau sedang di Luar negeri. Rasanya nyaman dan seneng karena tidak perlu takut ada tatapan pelototan dari para pria.

7. PDA (Public Display Affection)
Dalam bahasa Indonesia-nya yakni mesra mesraan di tempat umum. Di luar negeri mencium pasangan di bibir tentu tidak akan mengundang bisik bisik tetangga. Gelayutan ampe pegel pun nggak ada yang mengubris karena yah..begitulah sudah budaya mereka. Bagi mereka mengekspresikan rasa cintanya di depan umum adalah wajar. Bagi kita yang datang dari budaya timur, awalnya mungkin kaget. Saya masih inget momen momen liat orang french kiss di depan mata. Adegan itu diikuti terus dari balik kacamata hitam biar nggak ketahuan. Lama lama mah nikmati terbiasa juga hahah. Dan kalau pun saya punya pacar, yah tak munafik mungkin akan seperti itu juga *eh*

Hal hal diatas hanya dirasakan ketika berkunjung ke luar negeri yang lebih berkembang dari Indonesia saja. Biar norak yang penting happy. Setuju?

Apa saja kenorakanmu ketika di luar negeri?

Kisah di balik Pantai Seger Lombok

Minggu, 19 April 2015 0 komentar

Alkisah, hiduplah seorang putri bernama Mandalika yang merupakan putri Raja Tonjang Beru dan permaisuri Dewi Seranting dari kerajaan Tanjung Bitu di selatan pulau Lombok. Seperti cerita rakyat pada umumnya, dikisahkan sang putri ini memiliki segala kesempurnaan yang diinginkan wanita. Pintar, cantik, bijaksana dan tentunya kaya raya dong. Nah keelokannya ini membuatnya tersohor hingga kemana mana walau tanpa pengaruh social media tentunya. Para pangeran yang melihat putri Mandalika pun dijamin mabuk kepayang cinta dibuatnya. Mereka pun berebutan mempersunting gadis ini. Namun, sayangnya sang putri rupanya PHP. Dia tidak menerima namun juga tidak menolaknya pangeran pangeran ini.

Pengaruh cinta yang maha dahsyat ini pun mengakibatkan para pangeran ini membuat inisiatif sendiri ala gentlemen zaman dulu. Perang! Yak siapa yang menang dialah yang berhak bersanding dengan putri Mandalika. Dikira barang apa diperebutkan? heheh

Singkat cerita kabar perang yang tentu akan mengakibatkan pertumpahan darah sampai hingga ke sang putri. Tentu dia gusar menjadi penyebab dari semua ini. Dia pun bersemedia dan dengan kearifan tingkat tinggi dia pun mempunyai solusi jitu. Lalu dipanggillah pangeran pangeran yang telah buta oleh cinta ini di sebuah daerah. Mereka pun berbondong bondong datang penasaran siapakah yang akan memiliki putri kesayangan Lombok ini?

Sang putri Mandalika yang telah ditunggu tunggu tiba dan ia menaiki sebuah bukit. Tak berapa lama ia pun menyampaikan sepatah kata hasil renungannya, bahwa ia tak berpihak kepada siapa pun. Dia memilih lebih dinikmati oleh seluruh masyarakat Lombok dan oleh karena itu daripada memilih satu pangeran dan menyakiti hati yang lain lebih baik dia mengorbankan diri sendiri.

Semua kaget dengan pernyataan tersebut. Lebih kaget lagi setelah itu sang putri langsung terjun menenggelamkan diri di laut. Orang orang berusaha menyelamatkannya tapi ajaibanya tidak ada jejak sedikitpun yang ada malahan cacing laut yang muncul dari batu karang dalam jumlah banyak. Bukannya geli, namun cacing cacing ini memancarkan aneka cahaya berwarna warni. Masyarakat percaya inilah perwujudan perkataan si putri tadi. Mereka pun berbondong bondong mengambilnya lalu dikonsumsi agar tidak menyianyiakan pengorbanan sang putri jelita tersebut.
Pantai Seger, Lokasi Bau Nyale di Lombok

Untuk mengenang cerita ini, di pantai seger dibuatlah patung putri mandalika yang seolah sedang dikejar kejar beberapa pangeran. Konon, walaupun hanya cerita rakyat, kemunculan cacing cacing laut tersebut benar adanya sehingga di tiap tahun bulan Februari dan Maret, diadakanlah perayaan Bau Nyale. Dalam bahasa sasak, Bau berarti mencari dan Nyale adalah cacing laut tersebut.

Ketika akhir maret saya ke pantai ini, sudah tidak ada orang.
"Sayang sekali festival baru saja selesai. Kemarin di sini ramai sekali. Ribuan orang datang buat menangkap cacing tersebut" ucap guide saya.

Pantai yang tepat bersebelahan dengan Hotel Novotel tersebut cukup unik. Pasirnya berukuran lumayan besar seperti biji merica sehingga kalau kita berpijak di pasirnya, langsung melorot ke dalam seperti terhisap. Untuk berenang tidak disarankan karena karang karangnya yang tajam dan permukaan laut yang tidak rata dapat membahayakan. Selain itu, sepertinya air sedang pasang sehingga saya tak bisa mendekat ke patung si putri dan hanya bisa memotret dari kejauhan.

Patung Putri Mandalika

Pilihan lain yang dapat dicoba adalah hiking ke sebuah bukit di samping patung putri mandalika atau bermain di pantai di belakang bukit tersebut. Yang kurang mengenakkan hanya satu, yakni ketika lagi santai duduk duduk di gubuk jerami, para penjual oleh oleh tetep ngikutin dan begitu agresif menawarkan belanjaan meskipun sudah ditolak. Berasa putri Mandalika yang dikejar pangeran deh. Apa iya aku perlu nyebur dulu biar mereka bungkam? :p

1 Day Tour Gili Trawangan

Kamis, 16 April 2015 0 komentar

Pantai adalah salah satu destinasi wisata yang tak pernah padam dan Lombok adalah salah satu tempat terbaik di Indonesia untuk wisata alamnya. Turis berbondong bondong ke sini untuk menikmati biru laut serta pasir putih. Apa lagi yang lebih nikmat dari menyeruput kelapa muda sambil bermain di pantai seperti ini?
Gili Trawangan
Di Lombok sendiri sebenarnya ada banyak Gili, yang artinya pulau kecil dalam bahasa sasak. Kalau pulau agak besar, disebut Nusa. Namun, yang menjadi primadona adalah tiga gili yang letaknya berdekatan dan sejajar yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Letaknya yang berada di sebelah barat utara pulau Lombok ini membuatnya berdekatan dengan pulau Bali sehingga tidak heran banyak juga wisatawan yang berasal dari pulau dewata.

Gili Trawangan merupakan pulau terbesar dari Gili bersaudara yang terletak paling jauh dari daratan Lombok. Namun sejauh jauhnya itu pulaunya tetep kelihatan kok dari pelabuhan Bangsal - Lombok, hanya perlu 10 menit untuk mencapainya jika menggunakan speed boat.

Awal mulanya pulau Gili Trawangan adalah tempat pembuangan para tawanan perang. Tak heran bahwasanya "Trawangan" berarti terowongan yang mengindikasikan sebuah gua yang terletak di sebuah bukit peninggalan jepang di masa perang dunia kedua.

Barulah pada tahun 1980-an para pendatang suku Bugis dari pulau Sulawesi menetap di pulau ini. Pariwisata di Gili Trawangan pun semakin mengeliat di akhir 1990 seiring ditemukan lebih dahulu oleh wisatawan asing dan mereka pun berbondong bondong berdatangan untuk menghitamkan kulit serta menikmati dunia bawah lautnya dan pantai perawannya.

Area yang paling mengalami kemajuan dalam pembangunan disebut Sentral yang merupakan tempat kapal berlabuh. Di sinilah segala pusat pertokoan, hotel, restauran tumpang tindih melayani para turis dari berbagai kalangan. Sedangkan di sebelah kanan (North) dari Sentral, menurut pengamatan saya sekilas lebih banyak diisi oleh Guest house dan restoran yang terjangkau. Di sebelah kiri (South) Sentral, lebih banyak terdapat akomodasi penginapan serta restauran berkelas lainnya. Hal ini menjadi pilihan saya karena suasana di sisi kiri pun lebih tenang ketimbang di sisi kanan. Selain itu, di sisi sebelah kiri ini, tempat yang cocok untuk menyaksikan matahari terbenam yang hanya berlangsung beberapa menit

Peta Gili Trawangan dari Lombok Guide
Aktivitas yang dilakukan selama di Gili Trawangan tentunya lebih banyak berhubungan dengan pantai dan pasir seperti :
Snorkeling
Paket snorkeling dapat dijumpai dimanapun. Tinggal datang, tanya dan bayar. Pilihan jam dan tempat pun bervariasi. Nantinya kita akan digabungkan dengan orang lain dan ditemani pemandu serta dipinjamkan peralatan snorkeling. Meskipun area snorkeling tidak terlalu dalam (sekitar 3-4 meter), ada baiknya tetap menggunakan life vest. Jika tak bisa berenang, pastikan pemandu tahu hal ini untuk lebih mengawasi.
Kisaran harga : Mulai dari Rp.300.000 (nego)

Driving
Sama seperti paket snorkeling, paket driving pun menjamur dimana mana. Hanya saja tentu harganya lebih mahal dan paket yang disediakan bermacam macam. Tinggal pilih sesuai selera. Untuk diingat, diving hanya untuk yang telah memiliki license kecuali anda mengambil paket kelas menyelam.

Main di Pantai
Jika anda sama seperti saya yang datang ke Gili T hanya untuk leyeh leyeh, tentu tidak salah juga. Bawa buku bacaan, makanan ringan, minuman, headset, dan voila! piknik di tepi pantai pun jadi. Jika ingin lebih seru, anda bisa bermain air di pantai jernih atau menyewa peralatan snorkeling (kacamata dan fins) seharga mulai dari Rp.25.000(nego)/pasang. Meski hanya di bibir pantai, keindahan karang bawah laut dan ikan ikan kecil lucu di Gili Trawangan tetap dapat dinikmati.

Penumpang di Glass Botoom Boat
Glass Buttom Boat
Ini adalah cara baru melihat bawah laut. Nggak perlu basah basahan dan keluar tenaga. Cukup duduk manis menatap kaca yang diletakkan di lantai perahu. Mulai dari pinggir pantai, pak nahkoda akan membawa kita ke beberapa spot cantik di Gili Trawangan. Biasanya Glass Bottom Boat ini sudah dalam satu paket snorkeling namun bisa juga dicarter pribadi. Biasanya digunakan di kapal kecil dan dibawa pelan kalau tidak tekanan air bisa bisa malah ngancurin kacanya.

Sunset Beach
GIli Trawangan adalah salah satu tempat terbaik untuk melihat matahari terbenam. Di bagian selatan, terdapat Sunset Beach yang dapat anda datangi sambil menunggu langit yang biru berubah warna menjadi kekuningan. Di sekitar ini, juga terdapat kafe di tepi pantai sehingga anda bisa menikmati momen indah sambil menyantap minuman dan hidangan.

Nightlife
Menyandang nama sebagai party island, Gili Trawangan memang tidak mengecewakan. Live music di cafe, nonton film tancap di pinggir pantai, konser, bar dan semua tempat rasanya menyajikan aneka hiburan sehingga tidur bukanlah pilihan. Kehidupan malam di sini makin berwarna selepas jam 10 malam hingga menjelang subuh. Tidak ada biaya masuk ke bar, cukup pesan minuman dan nikmati malam indah ini. Tak perlu juga dandan heboh. Tak perlu menggunakan high heels atau sepatu, cukup gunakan sandal chic dan pakaian casual seperti mini dress, crop top, atau jumpsuit agar leluasa berdansa. Let's get the party started!
Waktu itu saya nginepnya di The Trawangan Resort yang jelas jelas di sampingnya sepi, tetep aja tengah malam suara partynya masih kedengeran sampai kamarku.

Biking
Jika tinggal di hotel / resort yang menyediakan sepeda gratis, anda dapat meminjamnya untuk beberapa saat. Jika tidak, peminjaman sepeda ada hampir di mana saja. Ada sepeda single maupun tandem dengan harga bervariasi dan tergantung berapa lama pemakaian. Saran saya, pinjam untuk setengah harian karena Gili Trawangan yang memiliki panjang 3 km dan lebar 2km ini bisa dikelilingi dengan sepeda kurang lebih selama 1,5 jam dengan catatan beberapa tempat ada yang memiliki tumpukan pasir yang dalam sehingga sepeda harus dituntun untuk melewatinya. Selain itu tentunya anda akan stop beberapa kali untuk mengagumi keindahan alam dan suasana pulau sehingga waktu setengah hari dirasa cukup untuk bersepeda, ditambah dengan beristirahat.
Harga : mulai dari Rp.15.000/jam atau RP.50.000/hari (nego)

Pilihan transportasi lainnya yang dapat digunakan yakni. Cidomo (kereta yang ditarik kuda). Transportasi ini termasuk paling ekslusif dan mahal karena tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor. Saya mencobanya sekali bertiga teman di malam hari dan dikenai tarif Rp.100.000 untuk 7 menit berkendara. Mahal yah? Iya soalnya satu kuda hanya dapat beroperasi 2-3 jam saja sehingga operasional tinggi kali hehe. Kalau mau murah dan menyehatkan jalan kaki memang pilihan utama.

Pasar Seni
Di malam hari tepat di Sentral, terdapat semacam pasar tumpah kuliner rakyat di lapangan yang menyajikan makanan lokal dalam bentuk gerobak. Mulai dari nasi goreng hingga jajanan seperti pentol dan jagung bakar, semuanya lengkap. Suasana yang ramai dengan wisatawan asing yang mencoba hidangan pinggir jalan adalah pemandangan tersendiri. Selebihnya, anda bisa makan di beberapa restoran yang tersedia di pinggir jalan baik yang murah hingga mewah.

 Info penting :
1. Tidak ada rumah sakit. Jika sakit, hanya ada semacam klinik di Villa Ombak.
2. ATM Machine juga terletak di samping Villa Ombak.
3. Usahakan selalu menawar untuk jasa transportasi / tur kecuali jika telah tertera harga pas.
4. Sejauh saya lihat sih tidak terlihat ada kantor polisi, meskipun guide saya bilang ada. Walau tingkat kejahatan rendah, ingatlah selalu akan ada scam yang mungkin terjadi. Tetap mawas dan jaga barang bawaan.

Belanja Mutiara di Lombok

Selasa, 14 April 2015 0 komentar

"Lihat ke sana tuh, itu tempat budidaya mutiara" seru guide saya ketika kami lagi menyebrang ke Gili Trawangan. Tempat yang guide tunjuk tak lain adalah sebuah gubuk kayu terapung di tengah laut. Tidak nampak ada aktivitas apa apa karena kerangnya ada di bawah laut terpasang dalam jaring.

Di lain kesempatan, ketika kami sedang menyaksikan keindahan bawah laut Gili Meno, saya jadi berharap menemukan kerang yang terbuka dengan benda bulat bersinar di dalamnya.
"Bisa saja kalau lagi beruntung. Kadang memang mutiaranya diambil orang yang lagi diving / snorkeling" kata guide saya.

Pembicaraan mutiara memang menarik perhatian terlebih ketika saya berada di Lombok, sebuah tempat yang menjadikan mutiara sebagai oleh oleh yang menggiurkan. Mutiara sendiri adalah sesuatu yang terbentuk dari kalsium karbonat yang ada di dalam kerang. Aslinya sebuah mutiara jika dihasilkan secara alami akan membutuhkan jangka waktu bertahun tahun.

Namun, karena pasar yang tinggi akan mutiara, maka sebagai manusia yang pintar, kita punya cara tersendiri yakni membudidayakannya. Salah satu jenis kerang yang banyak digunakan untuk budidaya ini adalah yang berjenis Pinctada Maxima atau yang biasa disebut ratu mutiara.

Menurut guide saya, rata rata mutiara terbaik dari Lombok sudah jadi bahan ekspor yang akan dikirim ke seluruh dunia karena harganya yang fantastis. Sisanya adalah mutiara asli dengan kualitas sedang untuk pasar lokal. Jika tertarik untuk membeli mutiara, harus hati hati karena banyak beredar tiruan. Yang paling aman sih tidak membeli dari penjual yang menjajakan di pinggir jalan dengan harga murah.


Sebagai orang awam, saya sendiri tidak bisa membedakan mana yang palsu atau asli. Tapi karena percaya dengan guide saya, saya pun mau diantar ke toko mutiara langanannya. Toko Mutiara Riyan yang saya datangi sore itu tampak sepi. Awalnya saya hanya numpang WC namun biar sopanm saya coba lihat lihat koleksi yang mereka punya. Menyilaukan mata deh, apalagi harganya.

Mutiara Lombok
Pada awalnya saya mengira bahwa mutiara itu berwarna putih dengan bentuk bulat sempurna. Namun setelah melihat yang terpajang di sini, saya menemukan aneka rupa, bentuk dan warna yang berbeda seperti ada yang hitam, ada yang merah dengan bentuk ada yang seperti air mata atau yang bulat kecil seperti perhiasang kalung mutiara imitasi saya #ketahuan.

Saya langsung terus terang saja ke pramuniaganya jika saya tidak punya budget besar jadi tolong berikan mutiara asli namun yang murah. Mbaknya hanya tersenyum kecut dan mengeluarkan beberapa gelang dari kaca. Gelang ini menggunakan magnet sebagai pengikatnya. Saya boleh memilih 3 jenis yang dibandrol Rp.100.000 saja dan pilihan saya jatuh ke :

Mutiara Lombok, beda warna beda bentuk

Bagus nggak? Bagus lah yah setidaknya sesuai dengan kantong saya. Kalau yang lain, harganya bisa ratusan hingga jutaan rupiah. Selain itu mbaknya bilang mutiara ini asli tidak perlu dicopot ketika mandi, tak masalah kena lotion / parfum dan tak mudah pecah juga. Awet deh beigtu promosinya. Sewaktu sampai di rumah, saya coba teteskan cairan pembersih kutek. Katanya, kalau palsu warnanya pasti luntur dan hasilnya masih sama seperti saya beli kemarin :)

Jadilah saya berikan mutiara ini buat oleh oleh untuk mama dan adik. Mereka pun suka!
Ya iyah...siapa yang nggak coba?


Mau belanja mutirara juga? Sini nih (bukan promosi) :
Toko Mutiara Riyan
Jl. Lingkar Selatan Kr.Genteng - Pagutan - Mataram
HP : 08175733536 / 087865957946

Ps: Di saat yang lain demam batu akik, saya mutiara aja dong!

Enaknya Solo Traveling

Minggu, 12 April 2015 0 komentar

Traveling mempunyai banyak bentuk dan cara. Ada yang ikut tur ke singapura, backpacking ke Lombok atau pergi manjat gunung Bromo. Apapun itu, biasanya kita cenderung mencari teman untuk diajak jalan. Bukankah the more the merrier? Bukankah makan gak makan yang penting ngumpul? Memang itulah salah satu nilai budaya kita. Kebersamaan.

Tapi dalam Traveling, ada kalanya hal ini susah diterapkan. Ada saatnya kita terpaksa pergi sendiri, ntah itu dalam rangka bussiness trip, balik kampung atau emang mau menyendiri. Setelah dipikir pikir Solo Traveling justru bisa sangat menyenangkan, hanya butuh merubah cara pandang.

Beberapa enaknya melakukan perjalanan sendiri bagi saya antara lain :
1. Menikmati suatu tempat dengan cara sendiri
Tiap orang punya kesukaan dan style masing masing. Jika pergi bersama teman, walau anda sama sama pecinta museum, tapi apakah anda akan menghabiskan waktu yang sama untuk satu museum? Tentu kemungkinannya tidak. Mungkin anda sukanya masuk ke suatu museum di kota tua, terus setelah itu nongkrong dulu di Cafe Batavia-nya sedangkan teman anda sukanya langsung go show ke museum berikutnya tanpa jeda. Nah dengan jalan jalan sendiri, anda tak perlu berdiskusi lagi dan kompromi lagi. Lakukan apapun yang anda suka karena ini perjalanan anda. Saya ingat waktu itu jalan jalan bareng kakakku ke Palembang bersama temannya. Menurut saya, grup kami ini sangat lambat dan terlalu banyak menghabiskan waktu di situ situ saja. Saya pun bosan lalu keliling keliling sendiri. EH nggak tahunya kakak saya marah karena saya ngeloyor sendiri. Duh sakitnya di sini. Menurut saya, walau perginya bareng tak selalu kok harus jalannya bareng. Ada kalanya saya mau sendiri terlebih ketika saya tak merasa ada teman jalan yang cocok. Daripada ujungnya nggak enak, lebih baik sendirian saja. Jika ada apa apa kan tinggal memberi kabar dan menentukan titik temu kembali.

2. Makan lebih sehat
Ketika pergi bersama teman atau grup, makanan cenderung disesuaikan secara general atau yang praktis saja. Bagi yang punya preferensi dalam makanan, entah itu lagi diet, alergi, pantangan, nggak doyan tentu agak gimana gitu. Kalau ditolak ribet, kalau ikut saja yah makan ati sendiri. Kalau saya cenderung juga pemilih yakni menghindari cabe(pedas), gorengan, perbanyak sayur, harus makan buah dan perutnya Asia banget. Nah ketika di USA kemarin, sewaktu traveling dalam grup terkadang kami ada stop di restoran Junk Food, namun bisa saya tolerir karena memang sepanjang jalan dan daerah tersebut hanya tersedia itu dan saya pun tidak masalah memesannya walau dalam batas tertentu. Lain waktu, ketika ada acara lagi, saya tahu bahwa makan siang yang tersedia hanya burger. Memang sih banyak sayur dan lumayan sehat, namun karena saya perut Indonesia tulen, bagi saya burger hanyalah snack namun saya mengerti kultur di sini. Dengan sadar diri saya pun menyiapkan bekal saya sendiri (ntah itu nasi / mi). Pertamanya koordinator dan teman saya geleng geleng kepala, namun saya jelaskan baik baik bahwa saya bukannya tidak menghargai usahanya menyiapkan makanan dan syukurnya dia pun mengerti. Wong saya tetep makan burgernya juga kok hihhi Jadi begitulah saya merasa sih kalau jalan sendiri saya lebih bisa memilih makanan sehat dengan bijak tanpa harus sering nggak enak menolak tawaran pizza teman.

3. Berlama lama di Kamar Mandi
Nah tak semua orang seperti saya. Kalau saya sejak di USA, suka banget menjadi penyanyi kamar mandi. Nggak cuma Hp yang saya bawa masuk bahkan juga laptop seringkali menemani aktivitas saya di dalam soalnya kan WC kering. Bagi saya, kamar mandi itu sudah menjadi tempat Me-time. Tak heran jika pergi rame rame, kadang saya suka kehilangan momen ini. Jadinya kalau antrian kamar mandi, biasanya saya kasih ke temen sekamar duluan karena saya tahu bakal keluar setengah jam lagi dan tak ingin membuat mereka menunggu.

4. Tidur lebih malam
Mau dugem ampe subuh nggak perlu takut merusak rencana grup keeseokan harinya. Nggak perlu takut juga teman sekamar berurusan dengan kita yang hangover. Atau mau begadang nonton TV show, Mau skype date tengah malam juga sah sah aja. Ups kecuali yang numpang tinggal di rumah orang atau hostel yah.

5. Bangun telat
Setelah aktivitas semalam suntuk, nggak ada yang merecoki kita untuk bangun karena sudah ditungguin dari tadi. Nggak ada juga yang ketokin pintu kamar mandi karena bus udah mau berangkat. Pokoknya tidur saja terus sampai kita merasa sudah saatnya bangun. Asik kan sekali kali alarm bisa cuti.

6. Bisa merubah rencana sekenanya
Rencananya mau ke wisata kulineran aja. Rencananya mau beli oleh oleh habis ini. Rencananya pulang besok. Ah itu kan hanya rencana, yang pastinya suka suka karena nggak ada yang nungguin dan bakal ngambek.

7. Bisa nggak ngapa - ngapaiin
Liburan kok nggak ngapa-ngapaiin? Iya bener. Liburan itu nggak harus punya itenary full seharian kok. Liburan kan ada yang buat leyeh leyeh. Jadi staycation di hotel seharian nggak dosa kok. Atau melipir ke toko buku dan baca buku gratisan sampai kaki pegel juga kerap saya lakukan. Kalau jalan bareng teman / keluarga, pastilah paling tidak harus ada yang kita lakukan.

Solo Traveling.. Menyenangkan

Nah.. Tidak buruk juga kan. Perjalanan itu dapat dinikmati sendiri maupun bersama sama tergantung kita memandangnya. Alone doesnt mean lonely right?

The Trawangan Resort - Gili Trawangan

Jumat, 10 April 2015 0 komentar

Gili Trawangan adalah salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Macam macam kegiatan yang dapat dilakukan, yang penting sih gak bakal jauh jauh dari pasir dan pantai. Untuk akomodasinya, Pulau yang dijuluki "Party Island" ini punya semua mulai dari kelas home stay ampe yang mewah.

Untuk menyiasati tidur di malam hari yang berkualitas, tentunya nggak mau dong yang terlalu dekat di Sentral (sebutan untuk pusat keramaian di Gili Trawangan), tapi nggak mau juga yang terlalu jauh. Capek euy jalan kaki secara nggak ada ojek. Terus maunya juga jangan guest house tapi kantong nggak cukup nyewa villa sendiri. Ya elah jadi gimana nih?

Solusinya mudah saja karena ada The Trawangan Resort. Pertama nyampe di pulau, saya dan temen temen dipandu oleh guide langsung nyosor ke sebuah hotel, ups setelah dicek kami salah masuk.
"Ini Gili T pak" begitu kata mereka.
Setelah dipandu kami berjalan lagi ke arah satunya dan disitulah kami baru menemukan penginapan ini. Menurut manajernya, karena tempat ini sudah terkenal banyak penginapan baru yang agak agak menggunakan nama seperti mereka sehingga kadang turis salah kaprah. Oooh!

Namun saya bersyukur kami salah tempat, karena penginapan ini jauuuh lebih keren dari penginapan sebelumnya. Belum lagi ketika nyampai, langsung disuguhi air mineral dingin dan handuk mini untuk mengusap keringat. Ademmm!
Lobby utama..konsepnya terbuka gini. Nyaman buat duduk duduk baca buku dan majalah gratis
Di depan lobby, ada restorannya langsung merangkap cafe tepi pantai. Sempurna!
Setelah proses check-in kami langsung dipersilahkan menuju ke kamar masing masing. Lewatnya di sini nih.

Menuju kamar, natural banget
Setelah mendapat nomor kamarnya, saya pun bergegas membuka pintu kayu. Wihh di dalamnya ada semacam taman dengan kursi dan meja yang menyambut. Ada juga tempat jemuran serta payung yang tersedia.

Selamat datang di The Gili Trawangan Resort
Untuk masuk ke kamar tidur, saya membuka pintu kacanya. Atap kamar ini tinggi dan terbuat dari jerami sepertinya. Terus lantainya semua kayu dan luas kamarnya minimalis. Fasilitas lengkap dengan kipas angin di atas dan AC. Ada TV dengan saluran luar negeri. Bahkan ada DVD Player jarang jarang kan ada hotel yang punya. Terus ada mini bar, kulkas, safe box, serta gratis air mineral lagi.

Kamar The Trawangan Resort
Lalu di ujung kamar ini, ada lagi sebuah pintu. Ah pasti menuju kamar mandi nih. Dan..rupanya Outdoor!

Shower dulu

Asik banget yah saya jadi teringat sensasi mandi di alam dan takut diintipin secara tembok penghalangnya paling cuma 3 meter saja. Maunya kalau bener bener natural, pakai WC jongkok aja nih. hehe.

Mumpung masih siang, yuk nyemplung ke kolam mungilnya dulu sebelum keliling keliling.

Bikini-an di The Trawangan Resort
Pas malemnya, suasana dekat hotel cenderung gelap namun ketika lampunya nyala, Ah jadi romantis banget!
The Trawangan Resort bersimbah cahaya
Tapi pas balik kamar dan mau ke WC, jantung saya jadi berdebar debar. Cuma ada lampu remang remang dan bunyi bunyi alam seperti suara hewan dan angin. Iiiihhhh takut.

Lalu di pagi harinya, saya sengaja bangun awal biar bisa menikmati sunrise di depan restoran sendiri. Bener bener sudah berasa yang punya pantai ini. Damai banget hingga mampirlah sejoli yang melakukan Prewed Photoshoot. Err!

Ohya lalu berikutnya adalah makan pagi. Karena saya check out awal, ternyata bisa loh booking breakfastnya dari semalam. Kami tinggal melihat menunya di kamar lalu memesan. Mantap! Pilihan saya (yang paling mahal dan porsi jumbo) yakni English Breakfast Style sukses menggoyang lidah. Mau lagi!

Makan pagi ditemani ombak dan pasir
Untuk lebih jelas mampir ke website mereka di sini
Ohya untuk harga per kamar, yah samalah dengan biaya PP Jambi - Lombok (tergantung kamar) namun sekali kali boleh lah, soalnya puas banget!

Makanan Halal Khas Lombok

Kamis, 09 April 2015 1 komentar

Indonesia sedang berbangga hati karena baru saja memenangkan Best Halal Award Destination 2015 yang salah satu destinasinya adalah Lombok. Tentu saja penghargaan ini sangat dipengaruhi dari aspek ke-halal-an yang ada di pulau indah tersebut salah satunya dari segi kuliner.

Lombok, NTB itu makanannya identik dengan lombok (arti  : pedas).
Rupanya sambal dan cabe di Lombok ini memang sangat terkenal lain daripada yang lain. Rata rata makanan khas Lombok itu meskipun pedas tapi dijamin enak. Berikut 4 makanan khas Lombok halal yang saya rekomendasikan untuk anda yang beragama Islam.

 1. Ayam Taliwang
Sewaktu tahu akan ke Lombok saya udah kepengin banget makan salah satu makanan khasnya yang paling kesohor yakni Ayam Taliwang. Konon, asal muasal nama Taliwang berasal dari sebuah nama kampung(karang) yakni Karang Taliwang di kecamatan Cakranegara, Mataram - Lombok. Jadi bukan berasal dari nama daerah yang berada di Sumbawa. Cara pembuatannya yakni daging ayam dibakar dengan berbagai bahan yakni cabai merah, kunyit, bawang merah dan putih, tomat, dan lain lain hingga menghasilkan daging yang aduhai.

Awalnya mau request yang nggak pedes kok rasanya nggak pas yah? Benar saja begitu tersaji, air liur saya terbit. Sekali suap daging ayamnya sangat lembut di lidah dan bumbunya itu loh, lombok! Saya pun hanya sanggup makan ayamnya yang kulit serta bumbunya telah dimusnahkan biar nggak kepedasan.


Ayam Taliwang

2. Plecing Kangkung
Hidangan satu ini biasanya selalu nyempil dalam berbagai kali acara santap makan. Sudah seperti salad bagi orang bule deh. Porsinya yang mini emang cocok buat makanan pembuka. Plecing kangkung ini agak unik karena menggunakan kangkung Lombok yang lebih besar, gurih dan lebar. Tak heran karena tanah di Lombok dan sungainya subur dan segar segar. Selain ada kangkung, ada tauge, kacang goreng, serta sambal nyiuh (itu yang warna oranye adalah kelapa yang diparut lalu diparut) serta tentunya cabai merahnya yang lombok. Oh karena cabainya tidak "menodai" seluruh makanan, paling nggak saya masih bisa comot taugenya. Lah jadi nggak plecing kangkung dong namanya?
 
Plecing Kangkung

3. Beberuk
Beberuk ini bukan ayam yang tersaji dalam gambar yah, melainkan potongan timun, cabe, sayur yang menjadi pelengkap hidangan utama. Yah jadinya semacam lalapan khas Lombok gitu. Biasanya beberuk asli itu pakai terong dan kacang panjang, namun beberuk resto ini, nggak terlihat ada terongnya. Rasanya? Lombok banget karena sekali gigitan cabe rawitnya berasa banget di lidah. Saya nyerah!

Beberuk

4. Ares
Ares adalah makanan berupa batang pisang muda yang belum berbuah. Disajikan berkuah dan kadang bisa dicampur dengan daging. Rasanya manis dan gurih. Awal mulanya, konono ketika di pulau Lombok terjadi musim kering yang sangat panjang yang mengakibatkan tanaman sulit tumbuh, kecuali pohon pisang. Pohon pisang ini lah kemudian menjadi pengganti rumput bagi hewan ternak. Suatu hari ada seorang pemuda bernama Loq Ares yang melihat sapi sapinya lahap mengunyah pelepah pisang. Dia pun terinsiprasi sehingga membawa beberapa pelepah pisang muda tersebut pulang dan oleh ibunya diolah dengan bumbu ala kadarnya dan ternyata hasilnya enak. Sejak itu makanan ini menjadi populer dan biasanya disajikan setelah prosesi perkawinan suku sasak, namun sekarang makanan ini dapat dijumpai di mana mana.
Ares

--
Lalu ada juga satu lagi hidangan yang saya gemar banget yakni tahu, tempe dan telor yang dilumuri bumbu kuning (semacam dari jahe/kunyit) dan rasanya seger gitu, nggak pedas pula. Sayang saking enaknya saya makan, lupa deh memotretnya. Dan saya tak tahu pula namanya apa. Adakah teman teman yang tahu?

Belajar tenun di Sukarara Lombok

Rabu, 08 April 2015 0 komentar

Sukarara adalah nama sebuah sentra penjual kain tenun dan hasil kerajinan ukiran serta oleh oleh yang ada di Lombok. Terletak lima kilometer dari Praya, biasanya anda akan melewatinya jika menuju pantai Kuta di bagian selatan. Begitu sampai di halaman sukarara yang luas mirip lapangan, akan tampak beberapa bale bale (gazebo) dimana para wanita sedang memperagakan menenun kain songket.

Wanita ini rata rata telah belajar menenun sejak usia 8 atau 9 tahun.
"Iya biar bisa cepet kawin" begitu jawabnya ketika aku mengutarakan kekagumanku.
Maklum, budaya sasak dimana wanita diharuskan dapat menenun terlebih dahulu baru berumah tangga.
Dalam sehari, 8 jam mereka menghasilkan hanya sekitar 12 cm. Coba bayangkan bagaimana satu buah sarung / kain dibuat? butuh berbulan bulan tentunya.


Diajakin oleh mbaknya, aku pun mencoba. Pertama tama, harus duduk selonjor dulu lalu pasang tali alat tenun di pinggang. Motif kain tersebut kurang lebih sudah ada dihapal si mbak sehingga aku tinggal mengikuti intruksinya untuk memasukkan benang sesuai tempatnya. Setelah itu pukul kayu tersebut penanda satu baris telah terselesaikan. Fiuh!

Setelah selesai, si mbak menunjuk nunjuk sebuah kotak plastik dimana tertera selembar uang Rp.10.000. Aku pun paham dan merogoh kocek. Ilmu itu mahal teman :)
Tapi yang lebih mahal itu tentunya adalah kreatifitas mereka mengolah motif. Makin rumit, kompleks dan berwarna, kain tersebut memang akan lebih menarik perhatian namun juga berarti kerja keras yang lebih.
Belajar menenun
Harga tenun di sini sangat bervariasi mulai dari ratusan ribun hingga jutaan. Terbuat dari berbagai jenis dan bahkan ada yang sutra juga. Salah satu motif khas Lombok adalah Subhanale yang berarti Subhanalah. Motif yang cenderung berbentuk jajar genjang ini adalah dimaknai saking indahnya sehingga begitu melihatnya, orang orang akan memujinya seperti itu.

Namun untuk sekarang, motif modern seperti Rangrang yang kaya warna dan bentuk sedang naik daun. Biasanya pembuatannya juga lebih mudah dan terjual lebih cepat. Buktinya temen saya langsung bisa mengenali motif itu. Kalau saya justru paling saya suka motif tradisional yang bentuknya primitif seperti cicak, rumah adat lombok yang justru menarik ditenun di kain putih polos ini. Kayak kain kain dari zaman dahulu yah.

Motif tenun Lombok. Suka motif cicaknya!
Ohya mungkin ada yang penasaran kenapa gak pernah lihat penenun cowok?
Soalnya emang nggak ada karena dipercaya kalau cowok yang menenun bakal mandul.
Oooh mungkin karena kelamaan duduk nggak bagus buat anu kali #soktau

Dikejar Penjual Barang / Jasa

Senin, 06 April 2015 0 komentar

Di tengah siang bolong di pantai Mawun - Lombok lewatlah sepasang bule dengan kelapa muda masih ditangannya.
Dia hendak pulang ketika melewati gubuk kayu penjual makanan dan minuman.
Dengan sopan ia melemparakn senyum ke seorang ibu penjual bersarung kain itu yang sedang duduk.
Tiba tiba si ibu memanggilnya.
"Hey sir, you said no but you go shopping there" teriak si ibu menunjuk ke gubuk saingan.
Sepasang bule itu berhenti dan mengeryitkan dahihanya. Argumentasi tak terelakkan.
"What?No. I didn't promise you anything" jawab si bule
Percakapan terus terjadi. Miskomunikasi mungkin penyebabnya namun solusi tak tampak ujungnya. Akhirnya sepasang bule itu memilih berlalu sebagai penyelesaian terbaik


Saya yang duduk di bale bale dekat si ibu penjual menyaksikannya dengan miris.
Miris dengan si bule karena pengalamannya ternoda. Miris dengan si ibu yang telah merusak kesan indah pengunjung dan kok segitunya yah "memaksa"?

Memang harus diakui, salah satu kekurangan dari pariwisata di Indonesia adalah banyaknya pedagang ilegal yang menawarkan barang dan jasa. Hm sebenarnya lebih terdengar memaksa. Alih alih bertujuan untuk menyediakan jasa / kebutuhan turis, keberadaan mereka terkadang justru mengusik para pengunjung. Saya mengerti jikalau mereka butuh uang namun saya benci jika diikuti kemana mana sambil mereka berusaha merayu dan memelas melas agar saya membeli / menggunakan jasanya. Maunya yah mereka buat aja gubuk kecil dan semua oleh oleh dijual di satu titik. Percaya deh tiap turis pasti juga mau beli gantungan kunci, makanan lokal, kaos, dll namun tidak dalam keadaan terpaksa. Kalau gini kan turis gak nyaman dan impasnya dia enggan datang lagi sehingga objek wisata tersebut pun bisa saja menjadi sepi.

Belajar dari pengalaman, ada beberapa tips yang saya lakukan jika mengeleng-gelengkan kepala dan berkata "Maaf" sudah tak ampuh untuk lepas dari kejaran :

1. Jangan pernah menyentuh barang yang dijual jika tidak ingin membeli.
Sekali memegang, mereka mengartikannya anda tertarik dan akan terus merayu.
2. Jangan bertanya jika tidak ingin membeli
Mungkin anda penasaran terbuat dari apakah kerajinan ini, lalu bagaimana cara pembuatannya. Namun hal ini malah membuat mereka berpikir anda tertarik membeli.
3. Jangan pernah memberi harapan
Kalau nggak mau yah bilang tidak dengan tegas. Jangan katakan nanti, tunggu orang tua atau semacamnya yang bikin mereka berulang kali akan kembali menanyakan.
4. Jangan memberi uang untuk membuat mereka menjauh.
Mungkin anda kasihan melihat sesosok anak kumal dengan rambut acak acakan. Anda tak berniat membeli jualannya namun hati anda iba. Lalu sejurus kemudian, anda menyerahkan uang receh ala kadarnya. Si anak pergi, anda lega. Namun hal berikutnya yang anda jumpai adalah makin banyak gerombolan anak kumal yang mendekat iri dengan teman senasibnya. Hayo mau gimana kalau sudah begini?
5. Pasang muka paling nyebelin dan tidak berkata kata. Kejam sih sebenarnya mencuekkan mereka tapi apa boleh buat.
6. Menjauh dari gerombolan mereka. Bisa masuk ke resto / minimarket.

Kini tanpa sengaja saya menemukan cara baru membungkam para penjual oleh oleh ini.
Masih ingat ibu ibu penjual di atas yang ngotot kepada si bule? Sebelumnya pun si ibu ibu ini juga telah berulang kali menawarkan barangnya yakni kain tenun khas lombok kepada saya namun selalu saya tolak.
"Kak, kainnya. Lima puluh ribu saja" rayu si ibu pantang menyerah.
Duh sejak kapan kita bersaudara?
"Saya juga bawa kain tenun dari Jambi bu. Bagus loh. Mau nggak? Lima puluh ribu aja deh buat ibu" jawab saja.
Dia kaget.
Aku tersenyum simpul.
Dia membuang muka.
Aku menang.
Si ibu memang tidak pergi menjauh namun tak sekalipun dia menawarkan lagi jualannya ke saya. Saya pun bebas bermain air hingga sore tanpa gangguan.
Penjual barang yang mengejar hingga ke parkiran mobil
Ada satu lagi nih..
Waktu itu sedang di Pantai Mandalika - Lombok, tidak ada seorang pengunjung pun namun tak membuat pantai ini bebas penjual. Baru saja saya tiba, seorang remaja dan anak kecil langsung menghampiri.
"Tante, gelang tante. Cuma lima ribu kok" sapanya mengekor.
"Nggak dek." jawab saya.
"Beli lah tante. Habis ini yah. Habis tante foto foto." rayunya si anak lagi
Lah kenapa dia pula yang ngatur ngatur sekarang??
"Kamu kok gak sekolah sih? Tante kasih buku saja mau?" tanya saya berhenti.
Dia pun diam melongos dan ngeloyor pergi.
Aku menang lagi.

---
Ada ide cerdas lainnya kawan?

Packing List 3 Hari

Kamis, 02 April 2015 0 komentar

Wohoo! Long weekend minggu nih. Ada yang sudah punya rencana untuk 3/4 hari ini? Kemana? Atau lagi bingung packing?

Prinsip saya dalam packing adalah HANYA membawa sesuatu yang pasti dipakai. Kalau hanya "mungkin" lebih baik tidak dibawa dan kemungkinan selama masih di Indonesia bisa dibeli dimana mana. Apalagi sebisa mungkin pengennya tak mau sampai ada koper di bagasi sehingga sebisa mungkin tas dan backpack harus dimaksimalkan sebaik mungkin agar irit dan hemat tempat.

Seperti ceritanya minggu lalu saya ke Lombok nih, 3 hari 4 malam dari Jambi.
Karena kegiatannya kebanyakan berurusan sama matahari, pasir dan air, bawaan saya makin ringan karena minim bahan. *lirik bikini*

Selain itu saya tidak perlu bawa handuk, sabun dan shampoo karena sudah tersedia di hotel. Jadi makin ringkas deh tas. Jadi apa saja yang saya siapkan? Apa aja yang ada di tas saya? Intip yuk!
Bawaan 3 hari. RIngkas!

Koper Dorong
Aslinya koper ini gratisan dari tour & travel orang tuaku dulu. Karena mereka nggak pakai lagi, maka saya manfaatkan. Bentuknya seperti tas biasa dengan ukuran yang tentunya bisa masuk kopartemen pesawat. Lalu di salah satu ujungnya bisa ditarik lalu buat didorong. Bisa juga ditegakkan. Asik banget nih jadi nggak perlu angkat-angkat. Di dalam tas ini saya bagi lagi menjadi 5 tempat yakni :

1 Tas dorong untuk semua keperluan.

Tempat Baju
Tempat baju ini ehm adalah kantong laundry hotel. Buat pemisah aja agar pakaian tetep bersih. Ohya beberapa orang mengatakan untuk menggulung pakaian daripada dilipat biasa. Saya sih kebiasaan melipat biasa lagi ruang koper masih lega. Untuk trip ini, saya sudah pikirkan setiap harinya memakai baju apa sehingga cuma membawa
1 Jumpsuit
1 Celana pendek
1 Rok hitam
1 Crop Top lengan panjang
3 atasan
1 Legging

1 baju renang.
Hasilnya : Kebanyakan karena ada 1 pasang yang gak kepakai

Tas mungil khusus pakaian dalam + bikini
Tas mungil bulet itu pemberian hostfam saya di USA. Sebenarnya itu kantong buat nyuci BH sewaktu diletakkan di mesin cuci(biar gak rusak) tapi dasar saya kreatif, saya lebih banyak manfaatkan buat tarok pakaian dalam + bikini.

Tas Kamera
Berisi prentilan kamera. Termasuk casan laptop, dan HP. Pokoknya segala kabel dan kawan kawan digabung di sini biar gak berantakan. Akhirnya dimasukkan ke koper dorong karena tempat masih lega tetapi kameranya sendiri diletakkan di ransel.

Tas Toiletries
Terbuat dari plastik jadi gak takut basah. Yang saya bawa yakni krim wajah, lotion, sunblock, pasta gigi, sikat gigi, Pembersih wajah dan lotion tolak nyamuk.

Kantong plastik
1 Kantong plastik ini berisi sepatu pantai yang khusus saya pakai buat di Gili Trawangan. Nyaman!

Ransel
Alasan utama saya selalu menggunakan ransel karena kemanapun saya selalu bawa laptop. Dan akhirnya ransel ini juga sebagai tas jalan saya. Di ransel inilah semua harta paling berharga disimpan. Dompet, HP, tiket, Laptop dan segala printilan yang harus selalu dalam jangkauan seperti:
-Headset
-Air minum
-Camilan sehat
-Notebook + pensil
-Kacamata
-Jaket hitam

Kira kira teman teman packing listnya sama gak? Apa aja yang teman tambahkan? Share yuk!

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets