Hamparan Sawah Hijau Jatiluwih Bali

Kamis, 14 April 2016 1 komentar

Jatiluwih adalah kawasan persawahan yang menggunakan metode khas untuk menanam padi khas dari Bali atau yang lebih dikenal dengan Subak. Metode ini bahkan telah ditetapkan masuk ke dalam salah satu UNESCO World Heritage list pada tanggal 6 Juli 2012 karena keunikannya. Jelas saja. Hayo coba pikir gimana caranya mengairi berhektar hektar sawah dengan air yang memadai namun biar bisa padinya subur? Jawabnya saya tidak tahu. Mungkin hanya orang Bali saja yang tahu. Nah di sinilah kehebatannya. Katanya setiap desa ini mereka memiliki semacam organisasi dimana para petani diajarkan kapan harus membuka / tutup air sehingga semua sawah mendapat giliran dan semua dapat menanam dengan riang gembira.

Sebagai bukti, lihat saja sawah mereka yang bak permadani hijau yang menutupi perbukitan di area Tabanan - Bali ini. Jatiluwih yang terdiri 5 kawasan persawahan dengan luas hampir 20 hektar ini bagaikan permadani alami dari alam. Untuk menuju ke "surga ini", dari Ubud saya memakan waktu kurang lebih 2 jam. Cukup jauh apalagi dengan beberapa jalan kecil, berliku dan tidak mulus. Namun pemandangan yang sebentar lagi akan tersuguhkan nantinya adalah penyemangat saya.

Saat itu saya datang setelah habis hujan sehingga awan gelap masih menggantung dan suasana lumayan adem menggigit dan kelabu. Saya sempat berhenti di sebuah lahan kosong kecil untuk melihat pemandangan sekitar karena kalau berhenti tengah jalan tidak etislah bikin macet cuy!
Jatiluwih
View Point Jatiluwih Bali
Nah setelah melihat sekilas, tentu saya makin penasaran pengen langsung lompat main lumpur ke sawahnya. Dari View Point ini cukup mengikuti jalan raya lurus, nanti akan bertemu sebuah pos dimana di sanalah titik mulai bagi yang ingin tracking dan bisa melihat langsung sawah-sawah subak ini. Ada jalur trekking yakni satu yang susah karena mengitari semua kawasan mungkin sekitar 1,5 jam-an dan yang berikut yang saya saranin yakni rutenya setengah lebih pendek karena di tengah-tengah akan ada jalur untuk turun ke sawah dan memotong untuk naik ke pinggir jalan, tepat di pinggir jalan dimana terdapat UNESCO monument.
Masuk untuk mulai trekking
Jatiluwih
Trekking rute jalur kedua yang pendek
Sepanjang perjalanan bakal keringetan nih secara lembab pula ditambah karena daerah persawahan pasti becek, ada bau bau kotoran hewan, dll jadi siapkan pakaian buat kotor dan sepatu yah. Rutenya tidak susah bagi yang doyan jalan palingan cuma sekitar 30 menit saja. Karena saya cuma pake sandal jepit dan licin, saya membatalkan niat untuk tracking :/

Mungkin nanti deh. Untuk sementara saya puas kok bisa mampir ke sini dan melihat pemandangan adem kayak gini. Apalagi sewaktu berjalan-jalan entah kenapa saya jadi teringat gambar pemandangan pas TK/SD dulu. Dua gunung. Sawah-sawah. Ada yang merasa juga gak? Atau ini hanya fantasi saya belaka?
Jatiluwih
Kayak gambar TK/SD dulu yah. Dua gunung dan sawah sawah
Jatiluwih
View Trekking
Jatiluwih
Cepet tumbuh yah padi
Di sekitar Jatiluwih juga ada beberapa homestay dan cafe tepat di depan Jatiluwih. Ngejual banget deh viewnya. Berminat?

Tiket masuk :
WNI : Rp.15.000 | WNA : Rp.20.000

Keliling Bandung sambil wisata kuliner di Street Gourmet

Senin, 11 April 2016 0 komentar

Sudah berkali kali mengunjungi kota Bandung, sejujurnya saya sendiri belum sempat terlalu keliling-keliling di kotanya. Palingan sambil lewat aja kalau ke suatu tempat. Atau biasanya ke bandung pun mainnya ke luar Bandung karena kalau di kota (terutama weekend) suka macet. Namun sekarang sudah ada solusi menyenangkan nih buat keliling bandung (meski macet) dan dijamin gak bakalan BT yaitu coba aja naik Street Gourmet.
Street Gourmet
Bus Street Gourmet Hitam nan berkelas
Street Gourmet merupakan bus kuliner pertama di Indonesia yang di dalamnya menyediakan 8 meja dimana terdapat 4 meja berkapasitas 4 tempat duduk dan 4 meja dengan 2 tempat duduk sehingga total dapat menampung 24 orang. Total bus ini depannya saja yang dipake buat penumpang sisa setengahnya di belakang dijadikan dapur.

Jauh-jauh hari saya sudah mem-booking Street Gourmet pada hari sabtu jam 3 sore. Saya pun datang lebih pagi ke Mister Komot cafe yang sepertinya satu owner dan di situlah starting pointnya. Sebelum naik kita dapat memilih menu makanan yang diinginkan terlebih dahulu. Mereka menyediakan 3 set menu yang terdiri dari appetizer, soup, main course dan dessert dengan 3 pilihan makanan yakni 2 Western dan Indonesia. Saya sudah pasti memilih set menu Indonesia dong #perutkampung

Setelah mendekati jam 3 saya dan tamu lainnya dipersilahkan ke bus hitam yang sudah parkir dari tadi di depan cafe. Rupanya tempat duduk sudah disiapkan oleh mereka. Karena saya hanya sendiri #jomblo saya pun kebagian duduk di meja untuk dua orang sedangkan yang keluarga duduk di meja berempat. Tapi ada juga sih yang pasangan dapet di meja berempat.

Kesan yang pertama didapat adalah "wah mewah banget bus ini."
Lantainya dikasih karpet merah dan tempat duduknya empuk banget. Selain itu, bus ini kekinian banget dengan menyediakan colokan listrik di bawah meja sayangnya belum ada Wifi aja :p

Tepat jam 3 bus pun mulai jalan dan para penumpang langsung dipandu dengan berbagai cerita seputar kota Bandung manakala bus melewati beberapa tempat iconic Kota Bandung seperti Gedung Sate, Kantor Walikota, Dago, Alun-Alun, Jalan Braga dan lain-lain. Selama di jalan, saya lihat masih banyak yang belum begitu ngeh tentang bus ini karena tatapan mereka agak-agak bingung gitu. Apalagi karena kacanya transparan maka yang di jalan pun dapat melihat ke dalam bus dan mereka terheran heran melihat kita lagi makan dengan garpu dan minum dari gelas kaca. Iih berasa artis deh diliatin. Gak jarang ada anak-anak yang melambai-lambaikan tangan juga :)
Street Gourmet
Bus Street Gourmet
Street Gourmet
Pemandu di Street Gourmet dan layar TV yang bisa dipake Karaoke
Tanpa perlu menunggu, sambil melihat-lihat ke jalan, mbak-mbak pramusaji pun mulai menghidangkan makanan satu persatu yakni semangkok pempek palembang dengan cuko dan timun. Maknyoss! Sebelumnya kami juga telah diminta menggunakan apron biar baju gak kotor jika terkena makanan. Untuk tempat gelas udah dipersiapkan tempat khusus jadi gak bakal tumpah selama di jalan. Tapi sebenarnya tak perlu khawatir karena selama perjalanan bus akan melaju pelan sekitar 30 km/jam sehingga kita dapat menikmati makanan dengan santai. 
Street Gourmet
Appetizer - Mpek Mpek Maknyoss
Street Gourmet
Gedung sate dari bus
Menu berikutnya yang keluar adalah sup daging yang segar untuk menemani perjalanan dalam bus AC ini. Yang paling ditunggu-tunggu adalah tentunya main course yaitu paket nasi remes dengan ayam, telur, tempe orek, sambal dan kerupuk. Walaupun bagi saya ayamnya cenderung kurang rasa, tapi overall makanannya saya suka terutama mpek-mpek karena kebetulan saya juga lagi ngidam itu. Yang berikutnya saya suka yaitu jus buah naganya yang segar dan dessertnya yang kecil tapi sesuai porsi. Saya sempat melirik ke meja sebelah menu western nya kurang lebih terdiri dari pasta atau steak gitu deh. Porsinya cukup jumbo untuk seorang aja. Terutama kalau bawa anak-anak kan tidak ada kids menu terpaksa si orang tuanya yang akan bantu menghabiskan. Dijamin kenyang deh! Malah keasikan makan jadi lupa menyimak info dari guide dan lihat ke jalan.

Street Gourmet
Set menu Indonesia
Street Gourmet
Sup di Street Gourmet
Street Gourmet
Fine Dining di Street Gourmet
Street Gourmet
Dessert Street Gourmet. Yummy!
Setelah dijamu dengan baik hampir sekitar 2 jam lamanya (tergantung traffic), akhirnya bus pun kembali ke Mister Komot Cafe dan perjalanan ini pun berakhir. Hemat waktu banget nih! Sambil belajar beraneka info tentang Bandung, perut juga terus diisi. Happy!

Untuk yang tertarik mengikuti bus kuliner ini, jangan lupa mem-booking terlebih dahulu biar tidak kehabisan tempat.Don’t miss the chance to explore Bandung city while dine in!

Tips :
1. Ke WC dulu sebelum jalan karena tidak tersedia WC di dalam bus.
2. Sepanjang perjalanan, penumpang dilarang berdiri apalagi berjalan-jalan di bus. Selain karena cuma bisa dilalui satu orang, hal ini akan menghambat si pramusaji yang sedang melayani kita. Jika butuh untuk difoto (pastinya!) bisa minta tolong guide atau pramusaji.
3. Tidak disarankan membawa anak yang terlalu kecil yang belum bisa duduk manis karena tentunya bakal menggangu penumpang yang lain juga jika anaknya nanggis / lari lari dalam bus.
4. Tak jarang bus ini dapat digunakan untuk acara-acara seperti reunian, grup, atau bagi yang mau proposed pacarnya. monggo loh!

**

Harga: Dewasa : Rp. 173.250 || Anak-anak : Rp.115.500

Jadwal : Setiap hari 09.00-12.00 & 15.00-18.00 WIB 

Alamat : Jl. Cilaki no. 45 Bandung (Mister Komot Cafe)

Telp : 081703267777

Instagram : streetgourmet_bdg

Hotel yang dekat dari lokasi ini ---> Ivory Bandung

The Sanctoo Villa, Vila mewah berkonsep alam di Bali

Jumat, 08 April 2016 0 komentar

Embracing Nature. Embracing Culture.
Begitu motto yang diangkat oleh The Sanctoo Villa. Awal mulanya saya melihat postingan teman saya terkait villa ini. Di situlah saya jatuh hati. Villa dengan dominan warna coklat ini tampak begitu photogenic di Instagram.

Barulah ketika saya berkunjung ke Bali, saya berkesempatan untuk tinggal 3 hari 2 malam di sini. Ketika tiba saya sudah dimanja dengan kemewahannya yakni dijemput khusus dengan mobil villa yang tak lain adalah Toyota Alphard. Wiihh! Mana saya sendiri pula. Di dalam mobil sudah tersedia mineral water dan soft drink serta handuk dingin untuk menyeka keringat dari teriknya Bali. Perjalanan sekitar 1 jam menuju villa pun menjadi tidak berasa dengan duduk di kursi empuk mobil ini :)
Tiba tiba udah nyampe di lobby 
Sampai di Villa, proses check-in berjalan mulus banget. Tanpa perlu pake KTP lagi, seorang staffnya langsung mengantarkan saya menuju villa saya di no 1. Si mbak-mbaknya kemudian menjelaskan secara umum tentang villa lalu pamit diri meninggalkan saya yang masih terpesona dengan villanya yang benar-benar luas dan sekelas hotel bintang lima ini.

Saya mendapat villa dengan tipe Garden View. Villa seluas 300sqm ini terdiri dari ruang tidur di tengah, bathroom di sisinya lalu ada ruang wardrobe, vanity dan mini bar yang nyempil di belakang kasur dan lokasinya yang nyempil dan tersembunyi terlihat seperti ruang terpisah sehingga bisa letakin semua barang di sana sehingga kalau foto2 keliatannya kamar gak berantakan dan tetep rapi.
The Sanctoo Villa
Kamar Tidur The Sanctoo Villa
The Sanctoo Villa
View dari kasur bikin tak mau beranjak lagi
Saya juga seneng banget sewaktu melihat ada kartu ucapan selamat datang yang ditulis tangan oleh GMnya. Biasanya kan diketik komputer, tapi kalo tulis tangan kan butuh usaha ekstra. Selain itu, tepat di atas kasur ada satu buah kotak hitam berupa sarung hijau Bali lagi sebagai surprise. Pas ngecek-ngecek kamar terus ketemu lagi sandal hotel dari jerami, tas jerami sampai kipas jadul dari jerami gitu. Ih lucu banget, langsung deh dimasukin ke koper.
The Sanctoo Villa
Dapet kartu ucapan selamat datang dan hadiah :)
Sambil minum welcome drink dan ngemil buah-buahan yang tersedia di kamar, saya pun ngecek bathroomnya di sisi kanan tempat tidur. Gede banget hampir seukuran ruang tempat tidur. Di tengah ada bathub gede, lalu kursi santai dengan aneka majalah yang diletakin di sudut. Belum lagi seluruh ruangan ini menggunakan marmer dan dikelilingi cermin bisa buat narsis terus. Kalau begini saya bisa seharian di toilet nih.
The Sanctoo Villa
Kamar Mandinya bikin selalu pengen ngaca
The Sanctoo Villa
Mandi kembang dulu
Hari pertama akhirnya saya habiskan hanya untuk leha-leha dan dinner di restorannya. Esoknya ketika bangun pagi, dari kasur udah bisa liat pemandangan hijau dari balik villa. Maklum seluruh villa menggunakan kaca jadi kalau malas keluar tapi pengen liat view keren, tinggal geser gorden aja.
Karena saya terlalu pemalas, dari malam sebelumnya saya sudah memesan breakfast agar diantar ke villa dan dengan baik hati staffnya men-setup breakfast saya di gazebo di depan pool.
The Sanctoo Villa
Pemandangan pagi hari
The Sanctoo Villa


The Sanctoo Villa
Breakfast yuk
Karena ketagihan dimanjain gitu, Lunch pun saya tetep maunya makan dalam villa aja. Dasar manja! Salah satu highlight Lunchnya yang saya suka adalah sambal udang (gede) pake pete. OMG!

The Sanctoo Villa
Lunch sambil ngadem dalam villa
The Sanctoo Villa
Padahal dinner di Restorannya juga asik
Hari kedua, saya memaksakan diri keluar dari kenyamanan villa ini dan jalan-jalan ke sebelah yakni Bali Zoo. Di sana saya berkesempatan keliling kebun binatang, selfie sama mereka, lalu mencoba naik gajah. Sempat sih cemas karena katanya itu kan salah satu bentuk penyiksaan kepada binatang tapi perlu diklarifikasi, si pawang mengatakan itu tergantung dari kacamata yang melihat. Yang perlu diketahui juga bahwa binatang2 di sini tidak ada yang dipaksa kerja rodi. Jika sudah lelah, mereka akan dibiarkan nyantai dan istirahat sehingga semua masih dalam porsinya. ok Baiklah!

Saya menaiki Adele, gajah betina yang terkenal paling lambat kalo jalan. Meski memang jalannya pelan banget tapi ketika jalan menurun agak-agak ngeri juga loh karena jadi miring. Treknya juga hanya sebentar, paling setengah jam saja. Karena sudah saya tunggangi, saya pun berani deket-deketin si Adele buat diajak foto. Cheers!
Bali Zoo
Hello - Adele
Siangnya, saya makan di restoran Bali Zoo dimana saya bisa melihat gajah lewat yang sedang minum air di kolam atau membasuh dirinya biar tidak kepanasan. Selain itu, bisa juga ngantri berfoto ama buaya, bayi harimau dan orang utan bagi yang berminat.
Bali Zoo
Itu Adele bukan yah?
Setelah meng-explore Bali Zoo, saya balik lagi ke Villa, diantar-jemput pake buggy dan langsung ke Spa!! Lumayan banget nih habis pegel-pegel dan keringatan saya langsung memilih paket Javanese Lulur Massage selama 90 menit. Pijitan asoy mbaknya beserta ruang kayu terbuka dengan view air sungai Ayung bikin saya lelap Zzzzzzz...... hingga akhirnya dibangunin buat mandi kembang di bathtubnya sambil minum teh jahe. Slurrp!

The Sanctoo Villa
Spa Treatment at The Sanctoo Villa
Hidup tetiba jadi indah banget kalo tinggal lama-lama di sini. Gak sia-sia namanya Sanctoo (artinya private atau sacred place). Villanya yang hanya 12 buah membuatnya benar-benar tenang, gak berisik. Banyak juga yang sengaja datang untuk Honeymoon dan kebanyakan wisatawan luar negeri. Iseng, di hari kedua saya juga pengen punya kamar yang di-setup ala ala pengantin baru dan saya minta ke staf yang bersihin villa (ada tiga orang rupanya!) untuk disiapin romantic / honeymoon setup. Pas baliknya, kamar saya jadi begini :
Bebeknya bikin cemburu deh
Gak tega ngerusak bathtub-nya
Meski villa ini termasuk baru (Grand Openingnya akhir Maret lalu) namun tingkat huniannya selalu baik. Berarti memang kualitas dan kenyamanannya sudah terbukti. Komen saya selama menginap di sinipun cuma satu yaitu : kurang lama staynya :p #ngelunjak

Biar makin pengen simak videonya ini yah :


**
Villa Service :
Mini Library (bisa dipinjem bawa ke villa), Buggy Car (buat nganter-nganter ke restoran, Bali Zoo, spa, etc tinggal minta tolong staffnya telp), Free WiFi, In room daily fruit bowl, Airport Pick-up, Spa.

Harga : mulai dari Rp.2.4juta / villa / malam
The Sanctoo Villa
Alamat : Jalan Raya Singapadu, Banjar Seseh, Gianyar, Bali (sebelahan dengan Bali Zoo)
Telp : 0361-4711222

3D2N Open Trip Orangutan Tanjung Puting Jouney

Rabu, 06 April 2016 0 komentar

Tanjung Puting National Park merupakan salah satu dari beberapa tempat di Indonesia di mana kita dapat bertemu langsung dengan Orangutan, salah satu hewan yang kini telah menjadi hewan langka dan dilindungi, apalagi kalau bukan karena "rumah" mereka yakni hutan hujan tropis yang makin menyempit karena banyak yang telah berubah menajdi perkebunan kelapa sawit. Selain itu katanya mereka kerap juga dianggap "hama" karena suka masuk ke lahan warga dan ada juga yang malah ditangkap karena "dipercaya" sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Apapun itulah, jumlah mereka kian sedikit dan oleh karena itulah, Tanjung Puting kini menjelma menjadi surga bagi Orang Utan tersebut.

Hari Pertama: Pangkalan Bun – Kumai – Tanjung Harapan
Gak mau ribet, saya pun mencoba ikutan Open Trip yang pertama kalinya yakni bersama Backpacker Borneo tanggal 25- 27 Maret 2016. Kebanyakan wisatawan pastinya menggunakan open trip agar biaya dapat ditekan dan memang satu-satunya cara ke Tanjung Puting ini yah pake speedboat atau klotok. Kalau speedboat meski  ini dan wisatawan harus bermalam di atas sungai alias klotok agar bisa besoknya langsung melihat orangutan. Yah intinya menghemat energi dan waktu juga karena perjalanan kita sudah diatur oleh orang lokal yang tentunya paham tiap lekukan dari sungai dan hutan ini.

Dari Jakarta, hanya butuh sejam sepuluh menit aja untuk nyampe di Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun. Bandaranya kecil mirip bandara Jambi dulunya. Dari sini, saya dan rombongan dijemput Ari, guide muda nan kocak lalu menggunakan taxi menuju ke pelabuhan yang berjarak kurang lebih 15 menit.

Setelah pesertanya berkumpul dan siap, kami pun naik ke klotok, sebuah kapal kayu dua tingkat yang akan menjadi tempat kami menginap) dengan cara melewati beberapa kelotok lainnya. Maklum parkirnya di paling pojok. 

Perjalanan pun dimulai! Kami mengarungi sungai hingga masuk ke sepanjang Sungai Sekonyer yang warna airnya seperti teh dengan pohon nipah rimbun di sepanjang perjalanan. Daun nipah ini biasanya diambil warga untuk digunakan buat atap rumahnya.
Tanjung Puting
Lalu Lintas Kelotok
Tanjung Puting
Antrian masuk ke Tanjung Harapan 

Sambil terkesima dengan sekeliling, kami mulai makan siang dan beristirahat sambil klotok terus menuju ke Camp Tanjung Harapan untuk pengalaman pertama berinteraksi langsung dengan Orangutan. Kami sempat agak telat menuju ke feeding time jam 3 sore. Begitu tiba, sudah tampak kerumunan orang melihat si mamalia cute yang sedang mengunyah tebu dan pisang di tempat yang disediakan maupun bergelantungan di pohon-pohon sekitarnya. Beberapa orangutan tampak tidak risih dengan jepretan kamera dan didekati manusia.

Seorang bapak si pembawa pisang yang sudah puluhan tahun bertugas bisa dengan mudah mengenali yang mana satu Gundul, Chika, dll padahal bagi saya yang awam banget, semua orangutan terlihat sama. Malahan awalnya saya tidak tahu membedakan yang mana jantan dan betina. Barulah ketika di sana saya tahu kalau pejantan itu punya cheek pads (pipi lebar) dan kalau betina nggak punya biasa aja, tapi yang paling mudah lihat aja kalau betina biasanya kebanyakan gendong anak karena si anak biasanya ngemong sama ibunya dalam kurun waktu yang lama hingga ia mandiri. Si bapak pembawa pisang juga bertugas meng-absen si orangutan. Perkiraan ada 30-an orangutan yang berada di sini namun yang biasanya rajin dateng sekitar 29. Sisanya mungkin sudah dapat mencari makan secara mandiri sehingga tidak perlu datang lagi.
Tanjung Puting
Meski airnya coklat tapi jernih banget 
Tanjung Puting
Feeding Time
Tanjung Puting
Nom-Nom
Di sore Hari perjalanan dilanjutkan menyusuri sungai sambil mencari tempat melihat si Bekantan yang ada di pohon-pohon pinggir sungai. Mereka cenderung lebih berisik dan hidupnya bergerombol. Si jantan bekantan sangat mudah diidentifikasi karena cukup melihat hidupnya yang panjang. Lucu banget nih icon-nya si Dufan. 
Tanjung Puting
Bekantan di pohon
Matahari pun mulai terbenam dan kelotok kami mencari tempat parkir yang agak berjauhan dengan kelotok lain dan kami pun beristirahat. 

Hari Kedua: Pondok Tanggui – Camp Leakey
Perjalanan hari kedua dilanjutkan menuju Camp Pondok Tanggui, bertepatan dengan feeding time Orangutan pada pukul 9 pagi peserta akan berjalan menuju tempat feeding yang ditempuh sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Karena hujan semalemnya, jalanan trekking menjadi basah dan ada yang tergenang pula. Oleh karena itu kami disaranin menggunakan celana pendek dan sandal. kalaupun nggak ada, bisa pake celana panjang nanti digulung. Di Pondok Tanggui, saya merasa lebih leluasa mengamati dan memotret orangutan karena turisnya sudah tidak begitu ramai.
Tanjung Puting
Siap Trekking di Pondok Tanggui
Tanjung Puting
Si betina manis
Tanjung Puting
Si Pejantan pasang Pose dulu
Sorenya perjalanan kembali dilanjutkan lagi menuju Camp Leakey. Di sini pemandangan sekitar sudah makin photogenic karena kami memasuki sungai air hitam yang jernih banget dan tampak seperti cermin dengan pantulan awan dan langit yang terlihat di air. Selain itu sungainya udah makin mepet karena makin lebatnya hutan. Ketika tiba di Camp Leakey, kami lanjut trekking lagi melihat orangutan dan terkadang berjumpa dengan babi hutan juga.
Tanjung Puting
Orangutan di Camp Leakey
Tanjung Puting
Ibu dan anak berjalan menuju feeding time
Di sini salah satu orangutan yang terkenal jahil dan dekat dengan manusia adalah Siswi namun sayangnya pas pulang dia adanya di atas pohon, jadi saya pun tidak berkesempatan selfie sama dia :) Sedangkan si jantan dominan yakni Tom juga tidak terlihat pipi besarnya. Seperti saya kurang beruntung kali ini. Ya udah balik ke kapal aja deh.

Hari Ketiga: Taman Nasional Tanjung Puting – Kumai – Pangkalan Bun
Di hari terakhir kami langsung kembali ke Pangkalan Bun karena harus mengejar penerbangan pagi beberapa peserta tur. Selesai deh trip yang mengesankan ini bersama Backpacker Borneo.
Info Flight yang saya gunakan menuju dan dari Pangkalan bun:

  •         Jakarta ke Pangkalan Bun: Trigana Air (09.15 – 10.20)
  •         Pangkalanbun ke Jakarta: Kalstar (12.15 – 14.00)
Video Perjalanan Tanjung Puting (by Arif Mushi) :

Ivory by Ayola Hotel Bintang Tiga Plus

Selasa, 29 Maret 2016 0 komentar

Mencari hotel di Bandung terbilang gampang-gampang-susah. Meski hotel di kota kembang ini sudah banyak bertebaran, namun mencari sesuai hati (dan kantong) tentu tak gampang hingga saya diperkenalkan dengan Hotel Ivory by Ayola yang di-managed oleh Topotels.

Terletak di jalan Bahureksa, tidak sulit untuk mencapainya karena dekat dengan Ambulans Bahureksa yang terkenal mistis itu. Kalau masih tidak tahu juga, cukup arahkan menuju Jalan Riau yang terkenal dengan restoran maupun Factory Outlet di Bandung.

Begitu tiba di hotelnya, saya langsung disambut lobby yang ramah. Buang semua kesan mewah dan formal, yang ada hanya kesan ruang tamu di rumah dengan petugas yang siap membantu kebutuhan anda. Spot yang paling saya suka adalah rak buku yang lengkap dengan berbagai bacaan berbahasa indonesia dan inggris untuk anak-anak hingga dewasa. Mulai dari komik hingga ensiklopedia semua tersedia. Kabar gembiranya, buku ini dapat dibawa ke kamar. Asikk bener ah! Asal jangan dibawa pulang yah :p
Ivory by Ayola Hotel Bandung
Ruangan santai di lobby

Naik ke atas, kamar Deluxe City View pun telah menanti tubuh lelah ini dengan bantal berbulu angsanya yang maha lembut. Saya pun memutuskan tak perlu keluar ke mana-mana lagi hingga sore menjelang. Zzz!

Ivory by Ayola Hotel Bandung
Room City View di Ivory by Ayola

Ivory by Ayola Hotel Bandung
Bathroom Ivory by Ayola
Meski hanya bintang 3, kamar ini memiliki hampir semua yang saya butuhkan. Free Wifi, pembuat kopi dan teh, sandal jepit, majalah, dan ketika di kamar mandi semua toiletries hingga hair dryer pun lengkap. Cukup bawa diri aja deh kalau menginap di sini!

Esok paginya, saya sudah tak sabar mencoba breakfast di restoran sekaligus coffee shopnya, yakni Ever Joy. Tempat ini cukup hits dikarenakan banyaknya gambar imut dan mural dengan nuansa Old Vintage gitu. Di satu dindingnya yang masih lengkap dengan batu bata, ada banyak gambar gambar yang suka membawa saya mengingat masa lalu seperti Cable Car San Fransisco, koper koper besi tua di pojokan persis seperti di rumah dulu saya di Jambi hingga aneka pajangan Golden Route 66 di Amerika yang terkenal itu. Ah jadi galau!
Tempat Breakfast
Saya sempat mencoba Thai Tea nya di siang hari bolong yang panas. Es krim vanillanya yang langsung lumer di mulut ditambah es teh Thailand yang manis ini menjadi pendamping sempurna meski saya hanya sendirian.
Thai Ice Tea. Slurp!
Karena tempat makan paginya juga berada di coffee shop, ada satu keunggulan dari hotel ini yang mungkin tidak dimiliki hotel lain yakni kopi yang disajikan dibuat khusus dan diracik dengan mesin kopi khusus seperti di cafe-cafe lainnya. Jadi setiap kamar selain mendapatkan kupon breakfast, ada kupon kopi juga loh. Cuma karena dibikin khusus satu-satu, nunggunya musti bersabar yah!

Everyjoy Cafe Outdoor
Sarapan Sereal sambil liat orang minum kopi
Selama 3 hari dua malam menginap di sini, saya sempat keliling di Bandung dan cukup puas karena lokasi hotel cukup strategis di tengah kota sehingga bikin mudah mau jalan-jalan kemanapun. Selain itu, dekat banget juga dengan stasiun kereta api. Pokoknya puas deh menginap di Ivory by Ayola Hotel ini!

**
Ivory by Ayola 
Jl. Bahureksa No.3 Bandung, West Java, 40115, Indonesia
Phone: +6222 – 4203999

Widya Batik Workshop in Ubud Bali

Kamis, 10 Maret 2016 0 komentar

Batik is one of Indonesia's heritage that are famous world-wide already and no doubt the fabric charms bring along many tourists to come to Indonesia just want to learn how to make their own batik. My host mom from France is one of them. She still remembered that she said when we were in USA that If she ever come to Indonesia, she would like to make batik together with me. So here we are, on our first trip together in Bali-Indonesia, our dreams come true. Together with other friends, one friday morning we were picked up by Widya Batik Workshop. This workshop is a family business so the workshop itself will be in the back of family compound. The place are simple and semi-outdoor accompanied by the sound of chicken or duck coming from the backyard.
Widya Batik Ubud Bali
Widya Batik Workshop in Ubud - Bali
When we arrived, they already prepared the stuff for batik painting. One of the man are ready to explain how to make a batik :
1. Choose your own design
Before we went to this place, me and our host family did a little bit research about what kind of picture / pattern that we are going to draw. I'm a little bit worried because I'm not good at art or drawing but luckily here, they provided many pictures drawn on A5 sheet paper and we just need to trace it down. After choosing among so many beautiful design, I chose Koi fish.
Widya Batik Ubud Bali

2. Trace it down
After choosing the paper, put the paper below the thin cotton fabric that already prepared in the long table. Start tracing down lightly so if you have mistakes, it will removed easily.
Widya Batik Ubud Bali

3. Learn how to draw with canting
Canting is a special tool to draw the design with the wax. After we are finished tracing it down, the staff will hand a small cotton with our design as sample and to be used to learn how to draw batik with canting. First, take wax with canting, just a little bit (less than half of the canting's capacity) and start drawing the line based on what we already trace. Replace the wax in 10 seconds or less and repeat again. We must start always from left top and use canting in 45 degrees so the wax will not spill in the picture or if it's too high it will drop on your hand (caution : it was HOT! i dropped some in my hand). It's really took focus, patience to do the whole thing for hours. Sometimes if I get bored, I became not careful and the line will looks terribly. I also drop wax  in the cotton and trying to simplify my drawing so I can finish faster. In the end, the staff on the workshop also helped me to do the back of the fabric because it have to be bold enough and appears on both sides.


4. Starts coloring
Still with the sample cotton, the staff explained the technique of coloring. Some color will only changed if we put it under the sun or after washing process. Even though it looks easy, it takes quite times after i get used to with small/big brush and start coloring my batik.

5. Let's try on real thing
After lunch, we continued the batik process and now the staff let me use my real cotton fabric and start to do the canting and coloring process. I'm anxious I will ruined everything but the staff always encouraged me everything will be okay. Even the mistakes can be fixed later on. The staff also so helpful and never seems disturb whenever I ask questions or advice on what color should I put. The owner also gives hand and put a shading colour on my picture and draws some more of batik pattern for the background. I feel a little bit more confident now that my batik are with such a great professional people.

6. Make a batik stamp
For the side of batik, choose batik stamp. It's easier because we only need to heat the copper stamp with wax and stamp on the cotton. I chose the one that looks like barong pattern.

7. Dry on the sun
After finish, put outside in the sun to seal the colour.

8. Washing
Even after you already put on the sun, you basically can still draw something, add something or put more color before washing. But once its already washed, you can't changed your batik anymore. And here's my final version of batik with the owner's help. I'm so happy and satisfied with the result!
Widya Batik Ubud Bali
My Batik
Tips :
1. Booking is a must. Sometimes they wont accept walk-in-customer because basically they need to prepare the stuff and equipment the day before.
2. Wear casual clothes that you're not afraid when it gets dirty and also wear comfortable shoes / flip flops because mostly the activity will be done by standing.
3. The best time to do batik workshop is summer season because there are plenty of sun so the drying process is quick. In our case, the staff need to dry it using hair dryer because it's raining all day.

Facility :
1. Starts from 10.00 AM - Afternoon ( 4-5 PM)
2. Free pick up in ubud area
3. 1 free mineral water
4. Lunch available (The price starts from Rp.20.000 and i do love the cap cay menu)
5. Clean sit toilet
6. In one day, there are 3 staffs handling about 10 people in one day. They are so kind and put a lot of attention for us.

Widya Batik
Address : Jl.Sriwedari No.61.Br.Tegallantang Ubud,Gianyar, Ubud, Bali 80571
Price : Rp. 450.000

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets