Tanjung Puting National Park merupakan salah satu dari beberapa tempat di Indonesia di mana kita dapat bertemu langsung dengan Orangutan, salah satu hewan yang kini telah menjadi hewan langka dan dilindungi, apalagi kalau bukan karena "rumah" mereka yakni hutan hujan tropis yang makin menyempit karena banyak yang telah berubah menajdi perkebunan kelapa sawit. Selain itu katanya mereka kerap juga dianggap "hama" karena suka masuk ke lahan warga dan ada juga yang malah ditangkap karena "dipercaya" sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Apapun itulah, jumlah mereka kian sedikit dan oleh karena itulah, Tanjung Puting kini menjelma menjadi surga bagi Orang Utan tersebut. Hari Pertama: Pangkalan Bun – Kumai – Tanjung Harapan Gak mau ribet, saya pun mencoba ikutan Open Trip yang pertama kalinya yakni bersama Backpacker Borneo tanggal 25- 27 Maret 2016. Kebanyakan wisatawan pastinya menggunakan open trip agar biaya dapat ditekan dan memang satu-satunya cara ke Tanjung Puting ini yah pake speedboat atau klotok. Kalau speedboat meski ini dan wisatawan harus bermalam di atas sungai alias klotok agar bisa besoknya langsung melihat orangutan. Yah intinya menghemat energi dan waktu juga karena perjalanan kita sudah diatur oleh orang lokal yang tentunya paham tiap lekukan dari sungai dan hutan ini. Dari Jakarta, hanya butuh sejam sepuluh menit aja untuk nyampe di Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun. Bandaranya kecil mirip bandara Jambi dulunya. Dari sini, saya dan rombongan dijemput Ari, guide muda nan kocak lalu menggunakan taxi menuju ke pelabuhan yang berjarak kurang lebih 15 menit. Setelah pesertanya berkumpul dan siap, kami pun naik ke klotok, sebuah kapal kayu dua tingkat yang akan menjadi tempat kami menginap) dengan cara melewati beberapa kelotok lainnya. Maklum parkirnya di paling pojok. Perjalanan pun dimulai! Kami mengarungi sungai hingga masuk ke sepanjang Sungai Sekonyer yang warna airnya seperti teh dengan pohon nipah rimbun di sepanjang perjalanan. Daun nipah ini biasanya diambil warga untuk digunakan buat atap rumahnya.
Lalu Lintas Kelotok
Antrian masuk ke Tanjung Harapan
Sambil terkesima dengan sekeliling, kami mulai makan siang dan beristirahat sambil klotok terus menuju ke Camp Tanjung Harapan untuk pengalaman pertama berinteraksi langsung dengan Orangutan. Kami sempat agak telat menuju ke feeding time jam 3 sore. Begitu tiba, sudah tampak kerumunan orang melihat si mamalia cute yang sedang mengunyah tebu dan pisang di tempat yang disediakan maupun bergelantungan di pohon-pohon sekitarnya. Beberapa orangutan tampak tidak risih dengan jepretan kamera dan didekati manusia. Seorang bapak si pembawa pisang yang sudah puluhan tahun bertugas bisa dengan mudah mengenali yang mana satu Gundul, Chika, dll padahal bagi saya yang awam banget, semua orangutan terlihat sama. Malahan awalnya saya tidak tahu membedakan yang mana jantan dan betina. Barulah ketika di sana saya tahu kalau pejantan itu punya cheek pads (pipi lebar) dan kalau betina nggak punya biasa aja, tapi yang paling mudah lihat aja kalau betina biasanya kebanyakan gendong anak karena si anak biasanya ngemong sama ibunya dalam kurun waktu yang lama hingga ia mandiri. Si bapak pembawa pisang juga bertugas meng-absen si orangutan. Perkiraan ada 30-an orangutan yang berada di sini namun yang biasanya rajin dateng sekitar 29. Sisanya mungkin sudah dapat mencari makan secara mandiri sehingga tidak perlu datang lagi.
Meski airnya coklat tapi jernih banget
Feeding Time
Nom-Nom
Di sore Hari perjalanan dilanjutkan menyusuri sungai sambil mencari tempat melihat si Bekantan yang ada di pohon-pohon pinggir sungai. Mereka cenderung lebih berisik dan hidupnya bergerombol. Si jantan bekantan sangat mudah diidentifikasi karena cukup melihat hidupnya yang panjang. Lucu banget nih icon-nya si Dufan.
Bekantan di pohon
Matahari pun mulai terbenam dan kelotok kami mencari tempat parkir yang agak berjauhan dengan kelotok lain dan kami pun beristirahat. Hari Kedua: Pondok Tanggui – Camp Leakey
Perjalanan hari kedua dilanjutkan menuju Camp Pondok Tanggui, bertepatan dengan feeding time Orangutan pada pukul 9 pagi peserta akan berjalan menuju tempat feeding yang ditempuh sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Karena hujan semalemnya, jalanan trekking menjadi basah dan ada yang tergenang pula. Oleh karena itu kami disaranin menggunakan celana pendek dan sandal. kalaupun nggak ada, bisa pake celana panjang nanti digulung. Di Pondok Tanggui, saya merasa lebih leluasa mengamati dan memotret orangutan karena turisnya sudah tidak begitu ramai.
Siap Trekking di Pondok Tanggui
Si betina manis
Si Pejantan pasang Pose dulu
Sorenya perjalanan kembali dilanjutkan lagi menuju Camp Leakey. Di sini pemandangan sekitar sudah makin photogenic karena kami memasuki sungai air hitam yang jernih banget dan tampak seperti cermin dengan pantulan awan dan langit yang terlihat di air. Selain itu sungainya udah makin mepet karena makin lebatnya hutan. Ketika tiba di Camp Leakey, kami lanjut trekking lagi melihat orangutan dan terkadang berjumpa dengan babi hutan juga.
Orangutan di Camp Leakey
Ibu dan anak berjalan menuju feeding time
Di sini salah satu orangutan yang terkenal jahil dan dekat dengan manusia adalah Siswi namun sayangnya pas pulang dia adanya di atas pohon, jadi saya pun tidak berkesempatan selfie sama dia :) Sedangkan si jantan dominan yakni Tom juga tidak terlihat pipi besarnya. Seperti saya kurang beruntung kali ini. Ya udah balik ke kapal aja deh. Hari Ketiga: Taman Nasional Tanjung Puting – Kumai – Pangkalan Bun
Di hari terakhir kami langsung kembali ke Pangkalan Bun karena harus mengejar penerbangan pagi beberapa peserta tur. Selesai deh trip yang mengesankan ini bersama Backpacker Borneo.
Info Flight yang saya gunakan menuju dan dari Pangkalan bun:
Jakarta ke Pangkalan Bun: Trigana Air (09.15 – 10.20)
0 komentar:
Posting Komentar