3 Pantai Unik di Nusa Tenggara Timur

Selasa, 29 Desember 2015 0 komentar

Indonesia bagian timur sudah tak diragukan lagi akan keindahan alamnya. Di Nusa Tenggara Timur sendiri karunia alamnya yang patut disyukuri adalah banyaknya deretan pantai yang seakan tak habis dijelajahi. Namun jika boleh dan harus memilih, jangan lewatkan yang 3 ini saja karena masing masing punya karakternya yang khusus. Lagian dalam satu hari bisa mengelilinginya dan dijamin bakal PUAS!
Pantai Tablolong
Sunset di Pantai Tablolong
1. Pantai Tablolong
Pantai Tablolong adalah pantai yang berada di paling selatan pulau Timor dan merupakan perwujudan dari pantai impian saya. Suasananya sepi asik buat mojok, pantainya bersih asik buat mojok, pasirnya putih dan halus enak buat mojok dan airnya pun tenang kayak orang yang lagi mojok. Ngg... untungnya pas saya dateng nggak ada yang beneran lagi mojok. Akhirnya saya yang memilih agak ke pojokan karena melihat ada sebuah keluarga kecil lagi kumpul bareng. Si ibu sedang menemani dua bocah laki lakinya yang sedang main pasir. Mereka guling gulingan sambil sesekali melempar pasir. Sesekali si ibu mengingatkan bocah tersebut bahwa pasir tersebut mengenai saya. 

Anjas dan Putra, begitu nama kedua bocah itu. Anjas anak paling gede dan cakep banget. Warna matanya itu loh yang membedakan dan bikin luluh hati saya. Selain itu, dia bukan tipikal anak malu malu yang menutupi mulut ketika disapa.

Tak lama, datanglah si bapak menggunakan perahu kecil kayu membawa hasil kerjanya hari ini, yakni rumput laut dari tengah laut. Dengan sigap si ibu langsung mengangkutnya ke dalam keranjang yang nantinya akan dikeringkan lagi di pinggir pantai. Begitu seterusnya hingga si rumput laut itu benar benar kering dan semua itu memakan waktu hingga berhari hari. Setelah itu, mereka tinggal menunggu pengepul yang akan datang membeli hasil jerih payah mereka yang cuma dihargai 3ribu / kilonya. Ya ampun... cari duit kok susah banget yah :(

Meski begitu, tak tampak sedikitpun hidup mereka susah. Si bapak dengan kondisi kakinya harus berjalan pincang tapi masih bisa punya waktu menikmati senja ditemani sebatang rokok dan tawa riang keluarganya. Si ibu meski tidak punya apa apa, senyumnya seolah tak pernah hilang dari wajahnya. Ia pun saban hari bisa selalu dekat dengan anak anak. Si anak? tentu saja merupakan bocah paling bahagia karena punya pantai sebagai tempat bermainnya yang terindah yang bisa dinikmati kapan saja.

Ternyata untuk bahagia itu tidak perlu banyak yah. Cukup bersyukur atas karunia yang ada dan momen saat ini.
Pantai Tablolong
Anjas & Putra

Pantai Tablolong
Si bapak petani rumput laut
2.Pantai Kolbano
Sepintas tidak ada yang istimewa di pantai ini kecuali semburat warna laut biru segar yang terpancar bahkan dari kejauhan. Katanya, pantai ini juga sudah sangat dekat dengan Australia. Kalau malam bisa loh kelihatan lampu lampu dari negara tetangga. Sayangnya saya datang di siang bolong jadi nggak keliatan apa apa.

Semakin mendekati garis pantai, saya disambut dengan banyaknya bebatuan kecil aneka warna dan bentuk yang berserakan di sepanjang pantai. Batu batu ini kabarnya dibawa dari laut ketika air pasang dan selalu tak pernah habis meski sudah banyak yang mengambil. Bagi kamu kamu yang punya kolam di rumah, coba cek mungkin saja batu batu indah yang mengisi kolom Anda berasal dari pantai ini. Soalnya memang batu batu ini sudah dijadikan komoditi ekspor untuk menghias taman atau kolam.

Pantai Kolbano
Batu di Pantai Kolbano
Ketika saya sampai di sini, saya langsung diikuti dua bocah SD yang masih punya hubungan keluarga yang menemani saya kemana mana. Karena mereka menawarkan barang jualan (sekantong batu akik dan batu batu cantik lainnya) dengan sopan, saya tak merasa harus "mengusir" mereka karena toh sayalah tamu mereka di daerah mereka. 

Lucunya, selama di sini saya merasa cukup nyaman berada bersama mereka. Sewaktu makan siang, saya memberikan mereka ayam, kerupuk, jeruk yang tidak saya makan ke mereka. Mereka tentu senang sekali karena sedari pagi paling hanya makan jagung bose (makanan tradisional di kupang). Lalu sewaktu saya mau membuang botol minum saya yang masih setengah isinya, si adik adik ini langsung bilang
"Kakak, mau airnya." katanya
Ups saya lupa bahwa tempat ini selalu kering dan minim fasilitas air. Saya jadi merasa malu. Langsung saja kuberikan botol air itu untuk mereka.
Daripada mubazir, akhirnya saya kasih juga anak anak itu kue kue basah yang saya bawa. Mereka sampai rebutan dan saya harus mengingatkan ke anak yang besar untuk mau berbagi sama anak yang kecil.

Cukup lama saya berada di pantai ini. Sempat juga manjat ke bukit batu yang kalau dari samping ini bentuknya sepertinya wajah monyet. Pemandangan dari atas lebih keren loh cuma harus hati hati yah!
Pantai Kolbano
Pantai Kolbano dan bukit batu mirip wajah monyet
Pantai Kolbano
Pantai Kolbano dari atas. Biruuuuu!
Berada di pantai ini, sepertinya tak susah mencari aktifitas. Saat itu saya sedang duduk ngadem dekat pohon, lalu datanglah anak-anak yang lain dan mereka pun ikut duduk bersama saya. Mereka tertarik dengan apa yang ada di tangan saya yakni brosur dan cd pariwisata tentang kupang dan daerahnya. Saking excited-nya mereka, saya duga mereka bahkan belum pernah melihat brosur tersebut. Padahal di salah satu booklet, pantai kolbano ini dijadikan covernya. Mereka berbicara dalam bahasa mereka menduga duga siapakah orang yang kebetulan tertangkap kamera di kamera itu.

Saya juga sempat bertanya beberapa tempat wisata yang ada di daerah ini, dan kebanyakan tidak tahu tempat tersebut. Yang mereka tahu palingan pantau oetune yang juga dekat dari sini. Miris! Oleh karena itu saya kasih saja sebuah cd pariwisata tersebut ke anak anak tersebut agar mereka paham tentang daerah mereka sendiri. Sempat ada ibu ibu yang juga mau cd tersebut. Mungkin buat hiburan tontonan nanti malamnya. Ya udah gantian nonton yah tar?

Lalu anak anak yang lain yang masih mengerubungi saya, saya tes untuk membaca. Wah rata rata di luar dugaan mereka sangat mahir membaca meskipun akses timur mereka yang kental kadang membuat saya tersenyum. Saking saya merasa sudah dekatnya, saya melakukan satu hal yang tak saya duga saya lakukan yakni meminjamkan seorang anak remaja tersebut kamera saya dan membiarkan dia mengambilkan saya gambar berkali kali. Awalnya saya lihat dia sangat tertarik sama kamera putih saya. Saya juga sempat mengambil fotonya. Lalu saya pikir kenapa tidak kasih pinjam ke dia? sempat ragu sih namun karena saya bersama banyak teman dan ditemani orang lokal di sana, saya pikir tidak bakalan kenapa napa. Toh memang akhirnya dia girang sekali. Ketika akhirnya saya minta kembali kamera saya, ada sih terlihat dia masih pengen menggunakannya tapi setelah itu dia ikhlas mengembalikannya. :)

Semua itu tentu tak akan terjadi kalau anak anak di sini tidak sopan sopan dan baik. Nah sewaktu saya mau pulang, ada sih beberapa anak anak yang mencoba peruntungannya yang terakhir untuk menjual batu atau "minta" duit namun saya tolak dengan halus dan sepertinya mereka bisa merelakan kepergian saya.

Nah gitu dong dek. Jangan pernah menjual senyum manismu itu demi beberapa lembar rupiah yah :)

3.       Pantai Oetune
Tidak begitu jauh dari pantai kolbano, mampirlah sebentar ke Pantai Oetune yang masih sama sama berada di wilayah kabupaten Timor Tengah Selatan ini. Pantai ini memiliki ciri khas unik yakni pantai yang diselimuti dengan gundukan pasir layaknya di gurun. Beberapa gumuk pasir yang membentuk bukit kecil nampak sangat indah dipadukan dengan garis pantai yang landai memberikan efek tidak biasa di mata. 
Pantai Oetune
Pantai Oetune
Memang begitu masuk kawasan pantai, gumuk gumuk pasit ini tidak langsung kelihatan. Yang ada hanya pantai coklat lempeng dengan beberapa pendopo dan pohon kelapa di mana mana. Saya dan teman teman harus ke arah kiri di tempat yang lebih sepi orangnya sehingga alur alur ombak pasir kayak gambar ini berlum dipijaki manusia untuk mengambil gambar yang bagus. Pasir pasir ini juga karena disinari matahari kupang yang luar biasa terik bisa jadi panas banget kalau anda ingin jalan jalan dengan kaki telanjang, pikir - pikir dulu deh. 
Pantai Oetune
Udah mirip gumuk pasir di Jogja belom?
Yang paling segar yang bisa dilakukan di sini adalah membeli sebuah kelapa muda segar hasil panjatan anak anak lokal dan langsung dipotong ketika dipesan. What can be better than this? 

Pantai Oetune
Menyesap kelapa di Pantai Oetune

Jernihnya air di Goa Kristal Kupang

Minggu, 27 Desember 2015 0 komentar

Kupang boleh jadi punya wisata paket lengkap. Ada air terjun, pantai (gak diragukan lagi!), budaya, seni dan lain lain termasuk goa. Goa yang dimaksud adalah goa kristal yang kesohor karena airnya yang bening.

Pada kali pertama saya dan teman teman datang, hari baru menunjukkan sekitar jam 2 siang, masih panas dan terik. Begitu masuk ke daerah sekitar goa yang rupanya adalah bukit kapur, tiba tiba saja entah dari mana muncul anak anak yang langsung mengerubungi ketika mobil sudah diparkir.

Rupanya anak anak inilah si juru kunci goa. Menurut orang lokal, pantang bahwasanya tidak ada anak anak ini yang menemani. Anak anak yang berkeliaran ini rupanya sudah hapal betul lokasi sekitar. Mereka berfungsi layaknya guide, menunjukkan jalan karena wilayah ini luas dan bisa bikin nyasar. Lagian kalau tidak dipandu, harus hati hati karena banyak lobang lobang.

Setelah dipandu dan berjalan 10 menit, kamipun tiba di mulut gua.
"Kok nggak ada apa-apa?" pikir saya.
"Mana airnya dek?" tanya saya celingak celinguk melihat ke dalam bibir gua yang gelap.
Si adik hanya menunjuk ke arah bawah. Bawahnya itu masih ada 20 meter dan saya nyaris tidak melihat apa apa.

Posisi air yang benar benar di bawah goa membuatnya hanya kelihatan jika ada sinar matahari yang masuk yakni sebelum jam 12. Oh begitu jadi kami telat nih ceritanya. Beberapa teman saya pun sempat turun buat ngecek langsung dan membenarkan hal ini. Akhirnya kami di wanti wanti datang pagian besoknya. Baiklah!

Kali ini karena sudah pintar, kami datang sekitar jam 9..jam 10 lah karena mampir dulu beli lilin. Benda kecil ini sangat penting buat lighting. Yah gini deh kalau jalan sama fotografer beneran. Hal sekecil ini mah sudah diperhatikan. Kalau saya sebagai modelnya cukuplah bawa baju renang saja.

Begitu tiba di sana, (lagi-lagi) kami dikerubungi oleh anak-anak ini. Tempat ini sudah kayak playground buat mereka. Lokasi ini mereka ketahui dari turun temurun. Mereka seneng juga banyak wisatawan yang datang yang berarti teman bermain mereka makin banyak. Untunglah anak ini semua masih manis manis. Nggak ada satupun yang nawarin jualan, minta duit, atau lain lain. Mereka malah lebih semangat ngajakin kami turun ke bawah.

Yah..pelan pelan yah dek. Kaki kakak gemetaran nih.

Kali ini tanpa ba-bi-bu lagi semua langsung turun dengan semangatnya walau tetep harus hati hati karena batu batu ini cukup terjal dan beberapa licin. Disarankan sih pake sepatu karena kalau cuma sandal jepit saja masih terasa nancepnya di kaki.

Awalnya saya memilih melihat dari atas dulu. Pikir saya kali aja kalau siangan airnya bakal terlihat lebih cantik lagi. Namun tunggu punya tunggu, udah setengah jam saya mulai keringetan karena di dalam goa cukup lembab. Akhirnya saya putuskan turun dan ikutan mandi. Byur!!
Goa kristal dari atas bikin nggak tahan buat nyebur
(Credit : Muh. Syafa'at)
Airnya ternyata segar banget dan tidak asin. Cukup dalam juga jadi bagi yang ga bisa renang hati hati yah. Kolam airnya sih tidak luas palingan cuma 10 meter gitu, karena disarankan tidak sampai ke ujungnya karena langsung tembus ke laut. Untuk di pinggir pinggir ada batu batu yang bisa buat kita berdiri atau duduk namun kadang lagi berenang menepi, saya suka kejedut atau tergores batu di sekitarnya.

Kami pun mulai menyalakan lilih lalu ngepet dan mulai menjalankan misi kami yaitu pemotretan. Anak anak di sekitar kami juga sangat kooperatif. Untuk menghasilkan gambar seperti di bawah ini kami perlu air yang sangat tenang jadi untuk beberapa saat kami larang mereka berenang dulu. Selain itu jumlah kami ada ber-10 sehingga harus saling ngalah biar dapet gambar sendiri sendiri yang bagus kayak gini neh. Lumayan kan?

Goa kristal kupang
Lihat beningnya dasar kolam di Goa Kristal
(Credit : Valentino Luis)
Goa kristal kupang
Pemotretan di dalam Goa Kristal Kupang
(Credit : Valentino Luis)
Usai foto - foto, anak-anak itu sepertinya senang banget karena mereka bisa loncat-loncatan dari ketinggian atau manjat manjat tebing kembali. Ayo kita orang berenang lagi.

Sebelum saya benar benar lelah, saya memutuskan balik karena pas mau naik, baru deh terasa ini dengkul sepert mau copot karena naik menanjaknya bikin ngos-ngosan. Sewaktu pulang, saya ketemu rombongan turis berikutnya, satu keluarga besar bermobil mobil. Masalahnya mereka bawa lansia dan beberapa anak kecil. Duh?!? dikiranya ini goa mendatar kayak yang banyak di Jawa kali yah....

Tips :
1. Ke WC lah terlebih dahulu karena tidak ada toilet. Mau pipis di pohon? susah! lagian batu karang semua.
2. Baju renang / bikini langsung di pakai dari rumah.
3. Tidak perlu sunblock, kan di dalem gua.
4. Bawa makanan kecil / minuman secukupnya karena asli nggak ada warung di sekitar. Tapi tolong sampahnya dibuang. Kasihan kan kalo anak anak ini yang harus memungutnya?
5. Jangan mandi di goa. Saya tau airnya jernih tapi yah gak gitu juga kali. Soalnya sempat menemukan bungkus sampo di sekitar lokasi.
6. Jaga barang bawaan masing masing. Adik adik ini gak ada yang nyolong tapi karena kondisi gua berbatu batu dan kalau sempat ada yang jatuh / tercecer akan sulit dicari terlebih minim cahaya.
7. Jangan bawa orang lanjut usia / anak kecil. Medannya tidak cocok. Kasian nanti mereka nggak bisa lihat apa apa dan cuma jagaiin barang.
8. Bawa kacamata renang. Airnya jernih bisa keliatan sampai dasar.
9. Berikan tip secukupnya kepada anak anak di sini. Mereka baik dan ramah loh. Ketika salah satu teman saya kakinya berdarah kena goresan batu, si anak tanpa diminta langsung mengambil daun yang ada di sekitar lalu disobek sobek hingga ada airnya lalu ditempelkan ke kaki temen saya. Biar cepet kering. Gitu katanya. Duhh dek.. kalau buat luka hati ampuh gak?
10. HAVE FUN!

Menyapa Negeriku di Ujung Indonesia

0 komentar

#MenyapaNegeriku adalah sebuah program dari Kementerian Ristek dan Dikti Indonesia dimana masyarakat umum dapat berpartisipasi untuk merasakan menjadi tenaga pendidik di pulau pulau terluar di Indonesia. Keren kan? mana ada lagi program jalan jalan gratis yang dibiayai di mana kita dapat berkontribusi nyata bagi pendidikan dan masyarakat sekitar. Tak heran kalau akhirnya pendaftar program ini membludak hingga 47.500 orang hanya dalam beberapa minggu saja.

Setelah melewati beberapa proses, terpilihlah 44 peserta lintas agama, budaya, daerah, profesi yang berasal dari timur hingga barat Indonesia yang digabung dalam 11 tim yang tersebar di 11 kabupaten mulai dari aceh hingga Papua.

Di timku sendiri ada kak Tedi (pendongeng), iqbal (penyair dan pembuat komik), afi (cinematographer), mbak aida (peninjau / perawat), pak samto (peninjau / kemendikbud), miss erni (pembimbing / alumni SM3T) dan mas malvin (Kemristedikti). Kami berdelapan ditempatkan di Berau, Kalimantan Timur. Saya sangat beruntung karena tim kami sangat kompak dan juga asyik dijadikan teman jalan selama di program.

Beberapa hal yang sempat kami lakukan selama di Berau (1-6 Desember 2015) antara lain :
1. Mendongeng
Ini memang jadi porsi paling besar karena paling digemari dan tanpa perlu persiapan apa apa, kak tedy bisa tampil di mana saja dan kapan saja. Bisa di kala waktu senggang sehabis sholat jumat, bisa habis makan malam diundang bunda PAUD, atau tinggal diculik saja maka kak tedy pasti akan mengiyakan. Selain dongeng, kak tedi ini juga motivator ulung yang membuat banyak anak SMPN 6 Berau berlinang air mata. Hiks! Semoga kata kata kak tedi yang begitu mendalam membakar semangat mereka untuk terus menggapai cita cita yah.
Menyapa Negeriku
Main ke PAUD dulu
2. Belajar Menulis
Materi ini sempat aku bawakan di kelas khusus di SMPN 6 Berau. Lokasinya sengaja saya pilih di perpustakaan dan siswanya pun dikumpulkan yang memang berniat dengan menulis saja kalau nggak nanti dia tidur pula ketika saya menjelaskan hehehe Namun tak disangka anak anak nya sangat aktif dan bersemangat. Saya sempat mengawali dengan bermain games, ice breaking biar mereka tidak selalu berfikir bahwa menulis itu adalah proses yang membosankan. Saya ajak dulu mereka memilih buku yang disuka lalu menjelaksan apa yang mereka suka dari buku itu. Saya ajak juga main kursi goyang biar suasana jadi ceria. Saya ajak juga games tebak tebakan nama tempat/daerah/negara untuk melihat seberapa tahu mereka tentang daerah di luar. Setelah itu, barulah saya minta mereka membuat surat cinta untuk pak menteri (ristekdikti) yang nanti akan berkunjung ke Maratua. Beberapa surat membuat saya trenyuh dengan kepolosan dan kejujuran mereka menaggapi persoalan hidup. 

Sedangkan di SDN 004 maratua saya hanya menuntun dua orang siswa - siswi untuk membuat surat pendek yang dibacakan di depan pak dirjen yang akan berkunjung siangnya. Terbukti meski anak - anak ini berada di lokasi yang katanya tertinggal, namun semangat mereka belajar malah lebih kencang dari anak kota pada umumnya. Ambil contoh saja adik saya di Jambi. Kalau sudah libur aja senengnya bukan main. Tapi kalau anak-anak di sini, pengennya tiap hari ada guru yang mengajarkan mereka. Mereka justru sedih kalau tidak ada aktivitas belajar. Bahkan hingga kegiatan sore pun mereka sangat semangat menjalaninya meskipun itu hanya sekedar merias kelas, teater atau bermain main saja. Mungkin sebenarnya yang paling mereka butuhkan hanyalah orang orang yang memperhatikan mereka. Untunglah sosok guru SM3T itu adalah seorang penyanyang. Mudah mudahan anak - anak ini tidak akan kesepian lagi.

Menyapa Negeriku
Salah satu siswi dengan suratnya

Menyapa Negeriku
Menulis bisa di mana saja.. lantai juga asik kok
3. Belajar Puisi dan Komik
Nah ini jatahnya iqbal sebagai seorang penyair. Hampir sama tujuannya dengan menulis, hasil karya dari kelasnya si iqbal juga akan diserahkan kepada pak menteri. Di SMPN 6 Maratua, si iqbal mengajarkan membuat komik sedangkan untuk SDN 004 Maratua, dia juga membimbing dua anak yang nantinya membawakan puisi ketika kunjungan Dirjen.
Menyapa Negeriku
Belajar baca puisi
4. Belajar kelistrikan
Materi ini dibawakan oleh afi di SMPN 6. Cukup ironi karena di tanjung batu listrik hanya menyala mulai dari jam 6 malam hingga jam 6 pagi. Namun sewaktu malam pertama kami tiba, kami disambut mati lampu semalaman. Tentunya anak anak pasti bakalan bertanya ke afi kenapa fasilitas listrik di tempat mereka sangat terbatas. Padahal di Maratua ( di Kampung Teluk Alulu yang lebih terpencil saja) masyarakatnya sudah lebih keren dikit dengan mengandalkan tenaga surya meskipun hidupnya juga cuma malam - pagi saja.

5. Donasi buku
Setelah tahu saya terpilih, saya woro-wiri di socmed untuk membuka donasi buku / uang untuk disumbangkan ke sekolah sekolah yang dituju. Syukurlah, responnya sangat baik sehingga saya bisa membawa cukup banyak buku. Kisaran bagasi saya 18kg, 3/4 isinya buku semua, alhasil saya cuma bawa baju ganti dua. Harap maklum kalau di foto saya selalu terlihat memakai celana hitam panjang mulu hahaha. Total ada 3 sekolah yang bisa saya sumbangkan buku yakni SMPN 6 Berau dan SDN 001 & 004 Maratua. Yang SD mendapat kesempatan langka karena pak Dirjen langsunglah yang menyerahkannya.
Menyapa Negeriku
Sumbangan buku diserahkan langsung oleh pak Dirjen
6. Inspeksi UKS dan mengajarkan hidup sehat
Berhubung di tim kami ada perawat, maka selagi kami berbagi inspirasi, mbak aida biasanya jalan jalan ke UKS dan melakukan riset sesuai dengan keahliannya. Ketika di SDN 004 Maratua, sewaktu yang lain sedang sholat jumat, mbak aida mengumpulkan anak anak dan mengajarkan cara hidup sehat seperti cuci tangan dan gosok gigi yang benar.
Menyapa Negeriku
Cuci tangan yang benar yah anak anak
7. Talkshow dengan pak samto dari kemendikbud
Karena kebanyakan lokasi kegiatan berada di sekolah, maka mendengarkan keluh kesah dari para tenaga pengajar ini sudah menjadi prioritas dari pak samto.

8. Bermain, berinteraksi dan belajar dari masyarakat sekitar.
Dengan waktu yang terbatas, kami selalu berusaha agar kehadiran kami senantiasa bermanfaat bagi masyrakat sekitar. Saya suka di kala waktu sengang mendengar masyarakat bercerita, mengajak anak anak bermain atau hanya mengamati pemandangan sekitar and be inspired of it. Satu hal yang saya yakini dan nikmati betul adalah bahwa saya sebetulnya hampir tidak perlu harus memegang gadget. Selama perjalanan, saya hanya melakukan aktivitas (minimal) di gadget dan nol aktivitas terkait pekerjaan (tapi kerjaan udah selesai dulu sebelum berangkat) sehingga saya bener bener bisa santai ketika di Berau. Dan itu rasanya nikmat sekali loh! Setidaknya itu yang saya pelajari. Bahwa hidup tanpa teknologi tidak senestapa kelihatannya. Sekali kali boleh dong lepas dari budak teknologi :)

9. Hari terakhir saatnya jalan jalan. Yeay!

Untuk lebih menarik, lihat video kami ini yah :



Mungkin ada yang bingung kenapa di video banyak sekali cerita mengenai guru SM-3T (Sarjana mengabdi untuk daerah terdepan, tertinggal dan terluar)?
Itu sengaja karena emang sejatinya program #MenyapaNegeriku ini ingin menyoroti pentingnya kehadiran guru guru muda nan luhur di pelosok Indonesia ini.

Bagi yang memang punya passion menjadi tenaga pengajar, cobaiin deh ikutan SM-3T. Tapi kalau nggak sanggup mengemban tugas mulia menjadi guru, tetapi ingin berkontribusi atau ambil andil dalam memajukan pendidikan di daerah tertinggal, boleh loh cek web yayasan alumni SM-3T berikut ini dan berikan sumbangsihmu untuk tanah air :
Masyarakat SM-3T Institute

Buat yang ingin ikutan #MenyapaNegeriku, doakan saja tahun depan masih ada lagi yah :D

Derawan, Maratua, Kakaban & Sangalaki – 4 Primadona Kalimantan Timur

Kamis, 24 Desember 2015 0 komentar

Kabupaten Berau yang terletak di Kalimantan Timur sangat beruntung mempunyai empat pulau primadona yang pamornya sudah terdengar hingga manca negara antara lain Derawan, Maratua, Kakaban & Sangalaki.
Keempat pulau ini dapat diakses dari Tanjung Batu (3 jam naik mobil dari Tanjung Redeb, ibu kota Berau) denggan menggunakan speed boat. Di hari terakhir perjalanan tim #MenyapaNegeriku #Berau, kami sudah tidak sabar lagi untuk melihat karunia yang Tuhan berikan untuk Berau ini. Meskipun harus melalui insiden speed boat bocor lalu berganti kapal, hal ini semakin meyakinkan saya bahwa tidak ada jalan mulus menuju sesuatu yang menakjubkan. Toh bersama kami ada pelangi yang tiba tiba muncul mewarnai pagi hari yang indah ini. Mari menemukan sepenggal surga yang jatuh di Berau, Kalimantan Timur.

Maratua
Luas : 2.375,5 ha
Pulau Maratua boleh jadi pulau terbesar diantara keempat pulau ini dengan bentuknya yang khas yakni huruf U terbalik. Ketika tiba di pulau ini, speed boat kami tidak merapat ke dermaga Maratua Paradise Resort karena kami tidak mau membayar entrance fee Rp.25.000. Jadinya kami turun agak jauh di pantai sebelahnya dan mengambil foto sambil menikmati pasir putih dengan laut yang tenang. Bak sebuah kolam renang raksasa yang indah!
Maratua
Di Maratua Paradise Resort
Kakaban
Luas : 774,2 ha
Salah satu alasan saya HARUS membawa GoPro adalah karena saya ingin selfie dengan ubur ubur tanpa sengat di pulau ini. Lihat keseruannya di sini yah
Kakaban
Narsis bareng ubur ubur di Kakaban
Sangalaki
Luas : 15,9 ha
Pulau Sangalaki merupakan tempat pelestarian Penyu Hijau serta jika beruntung anda dapat bertemu dengan anak anak penyu yang masih dipelihara sebelum dilepas ke laut. Jika sedang melintas di perairan sekitar pulau sangalaki, cobalah awas mata siapa tahu anda sedang beruntung dan dapat menjumpai Manta (ikan pari). Sayangnya sih saya gak berjodoh dengan spesies ini.
Tiket masuk : Rp.5.000
Sangalaki
Sangalaki yang adem
Derawan
Luas : 44,6 ha
Derawan merupakan pulau berpenghuni (selain Maratua) yang paling lengkap dengan fasilitas seperti penginapan, rumah makan, toko souvenir hingga sarana rekreasi. Di sini pulalah saya dan teman teman kebanyakan mencoba pertama kali Discovery Scuba Diving, sebuah kelas bagi pemula yang belum pernah mencoba menyelam. Dengan merogoh kocek masing – masing sebesar Rp.500.000, kami berkumpul di Derawan Beach Club untuk bersiap siap sebelumnya mendengarkan pelatihan dari trainerkami. Setelah itu satu per satu memasang alat dan bergantian turun ke air sedalam 4-5 meter dan selama sejam kami selalu didampingi oleh 3 scuba master yang mengajarkan kami praktek langsung di bawah air dengan isyarat tangan. Sungguh pengalaman pertama menjadi manusia air yang tak terlupakan. Lebih lagi tak terlupakan bagi saya karena tidak seperti teman yang lain yang berhasil lulus kelas ini, saya masih merasa takut takut dan bolak balik harus mengganti kacamata saya. Saya rasa saya diberikan alasan lagi untuk kembali ke Derawan untuk menyelesaikan unfinished business. I will surely come back again next time!
Derawan
Cantiknya bawah laut derawan. Harus bisa diving nih!
**
Cek video perjalanan saya dan teman teman :

 **
Tur yang saya pakai dan rekomendasikan :
PT. Wahana Karya Wisata (Bapak Dauri)
Hp : 082159579803 & 081350452654
BB : 752A21BA
Alamat : Pulau Derawan RT.1
 

Berenang tanpa takut sengat ubur ubur di Danau Kakaban

Kamis, 17 Desember 2015 0 komentar

Kakaban merupakan salah satu pulau yang saya tunggu tunggu ketika bakal hopping islands #MenyapaNegeriku di Berau - Kaltim. Pulau seluas 774,2 ha ini boleh dibilang unik karena di sinilah terdapat salah satu spesies ubur ubur yang tanpa sengat sehingga saya bisa berenang dengan mereka tanpa rasa cemas. Keajaiban ini hanya ada dua di dunia yakni di Palau – Kepulauan Micronesia dan satunya lagi yah di Indonesia. Eh sama satu lagi kabarny ada di Raja Ampat.

Di Kakaban hal ini terjadi karena adanya pergesekan atol dari bawah laut sehingga terciptalah sebuah danau air tawar yang kemudian bercampur dengan air hujan menciptakan danau air tawar – meski rasanya tetap asin di lidah saya -. Spesies laut yang di dalamnya pun mau tak mau harus beradapatasi dengan lingkungan hidupnya yang baru tersebut dan si ubur ubur pun kehilangan kemampuan menyengatnya karena sudah tidak ada predator yang mengincarnya. So why not let's say Hi to this cute creature?


Kakaban
Ubur Ubur tanpa sengat di Kakaban
Satu satunya cara sampai ke pulau kakaban yang tak berpenghuni ini adalah dengan speed boat. Begitu nyampai di dermaga kayunya, saya rasanya sudah pengen nyebur ke pantai yang airnya jernih banget. Namun saya tahan karena ubur ubur pasti sudah tidak sabar bertemu saya.

Kakaban
Dermaga kayu dan pintu masuk pulau Kakaban
Seusai membayar tiket masuk (Rp.25.000) saya dan teman teman langsung masuk ke dalam hutan dan trekking menanjak sedikit (10 menit). Selama di dalam hutan jangan lupa liat liat pohon di sekitar yah karena udah dikasih nama juga loh buat menambah pengetahuan. Tak lama berjalan, dari kejauhan tampaklah si danau yang luasnya lebih dari setengah pulau kakaban. Lucu yah ada air di atas air.

Kakaban
Danau Kakaban
Di pinggir danau inilah saya langsung meletakkan tas dan barang bawaan, buka baju dan celana (bikini sudah dipake di dalam karena tidak ada tempat ganti), pake pelampung (bawa sendiri), pasang alat snorkeling dan langsung nyebur! 

Ups! Glek glek glek..
Dari atas airnya cukup bening tapi begitu saya melompat rupanya lumayan dalam. Sempat kaget dan keminum airnya. Duh mata langsung perih. :/

Ketika masih berenang berenang di pinggir sambil membiasakan diri, saya melihat banyak juga ubur ubur yang suka nongkrong di akar pohon bakau di sekitar pinggir jembatan kayu. Dengan mata telanjang pun, ubur ubur ini bisa keliatan dari atas loh karena airnya juga jernih, hijau hijau gitu.

Lalu tiba tiba datanglah rombongan turis berikutnya dan seorang ibu ibu dengan masih gaun panjang lengkap hanya duduk di tangga kayu dermaga dan mengambil seekor ubur ubur naik. Saya spontan kaget.
"Bu, itu ubur uburnya nggak boleh diambil kayak gitu. Nanti mati." kata saya cemas.
"Ohya?" si ibu masih lempeng aja sementara tangannya tetap tidak bereaksi apa apa.
"Iya itu ubur ubur harus di dalam air." jawab saya saya makin cemas melihat air yang tentu saja di telapak tangan si ibu sudah kering dan ubur uburnya mengempes.

Barulah setelah sesi foto foto (tetap dengan si ubur ubur di tangan) selesai, si ibu mengembalikan lagi ubur ubur tersebut ke habitatnya. Saya lihat si ubur ubur seperti tergopoh gopoh berenang kembali. Kasian.....

Sejatinya yah si ubur ubur ini sama seperti makhluk air lainnya (ikan misalnya) yang memang hidup di air sehingga kalau mau foto pun letakanlah si ubur ubur di telapak tangan namun masih di bawah air, bukan di atas kayak si ibu yang setelah itu melengos pergi. Memang sebaiknya ada petugas yang menjaga agar turis yang tahu sadar akan hal ini. Untungnya saya ditemani oleh guide yang sudah wanti wantihal tersebut dan bahkan mengatakan bahwa ketika berenang tidak diperbolehkan juga memakai sepatu katak karena hempasannya dalam air dapat mengoyak ubur ubur yang notabane sangat halus, lembut dan kenyal ini. Ouch!

Kakaban
Narsis dengan ubur ubur di danau Kakaban
Di danau ini, guide saya selalu mengajak berenang makin ketengah karena makin rame ubur uburnya. Kalau diitung itung ada kali yah jumlahnya ribuan ekor. Para ubur ubur ini terbagi lagi menurut beberapa jenis loh. Jenis yang paling mudah dijumpai yakni yang berwana kuning (bahasa ilmiahnya Mastigias Papua) atau yang seperti gambar saya di atas. Spesies yang lebih sulit ditemukan lainnya yakni ubur ubur berwarna bening ( Aurelia Aurita) yang saya hanya jumpai sekali dua kali. Terakhir, kabarnya ada satu lagi spesies langka lainnya namun tidak berhasil saya jumpai. 

Kakaban
Jangan lupa pakai sunblock yah. Mataharinya kencang uy!
Selain ubur ubur, banyak juga terlihat ikan-ikan bersliweran. Namun karena hari sudah makin siang dan mata saya sudah tidak tahan menahan pedihnya air danau ini (yang tetap saja asin) maka saya harus mengakhiri perjumpaan saya dengan hewan langka ini. Makin siang juga makin kerasa ada arus yang mulai bikin saya ngos-ngosan. Sampai ketemu lagi ubur ubur~~

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets