Pembuatan Paspor di Jambi

Kamis, 25 Juni 2015 0 komentar

Saya panik.
1 bulan tepat sebelum pasporku akan expired, saya mendapatkan pekerjaan baru, sebut saja reporter jalan jalan di Jakarta. Mungkin saja kan nantinya saya diutus ke luar negeri?

Saya makin panik.
Waktu itu saya masih berdomisili di Jambi dan minggu depannya akan pindah ke Jakarta.

Pengalaman sebelum belumnya membuat & memperbaharui paspor meninggalkan kesan tidak enak. Ribet, bosan, antrian panjang dan calo yang selalu menyerobot membuat saya keburu jiper. Kayaknya lebih enak pake calo ya?

Tapi lagi lagi saya kembali panik.
Calo saya terdahulu sudah tiada dan saya tak punya kontak lainnya. Untungnya bulan lalu papa sempat memperpanjang paspornya dibantu oleh koko ipar. Jadi saya pun menghubunginya dan minta bantuannya memperpanjang paspor.

Ia mengiyakan dan kami janjian ketemu di kantor imigrasi Jambi pada hari senin. Sebelumnya saya menyiapkan terlebih dahulu syarat perpanjangan paspor :
1. KTP
2. Kartu Keluarga
3. Akta Lahir
4. Paspor Lama

Semuanya difotokopi satu rangkap dalam ukuran kertas besar (A4). Untuk paspor jangan lupa difotokopi halaman depan dan belakangnya yah. Semua dokumen asli tersebut beserta fotokopiannya harus dibawa.

Saya telah diingatkan datang sepagi mungkin untuk mengambil nomor antrian karena sehari cuma tersedia 50 kuota. Saya bangun sebelum jam 6 pagi, makan pagi, membawa banyak buku bacaan lalu cabut ke lokasi. Setibanya disana tepat pukul 7 pagi dan sudah terlihat beberapa orang menyemuti meja satpam di luar. Oh rupanya di sana mendaftarnya!

Setelah dilihat, alamak! sudah no 14 dan saya kedapatan no 15. Apa boleh buat!
Satpam lalu mencatat nama saya, memberikan formulir yang harus diisi sembari mengecek kelengkapan berkas. Sekitar pukul 7.30 WIB nomor antrian dibagi dan kami dipersilahkan masuk.

Semua ruangan masih tampak kosong. Barulah hampir ketika pukul 8.00 tampak para pegawai mulai berdatangan. Aktivitas dimulai dengan dipanggilnya kami satu persatu berdasar nomor urut.

Sepertinya hari itu saya lagi beruntung, mungkin karena puasa tidak banyak orang yang mendaftar. Selain itu proses pengecekan berlangsung mulus dan hampir setengah nomor urut di atasku belum hadir sehingga saya akhirnya naik ke peringkat 9 untuk pengecekan berkas. Dari pos inilah dilihat betul apakah semua nama sama persis, tanggal lahir hingga alamat di KTP harus sesusai dengan form yang kita isi. Jika ada yang salah dan kurang maka harus diulang / ditambah. Untungnya (lagi-lagi) saya lewat begitu saja yah wong semua berkas asli, lengkap dan diisi dengan baik. Saya pun dihadiahi antrian ke 5 untuk foto. Tak berapa lama menunggu, tiba giliran saya dan dua orang lainnya yang difoto bergantian. Sebelnya, si mas mas mengharuskan semua rambut saya dibelakang kuping dan poni harus dinaikkan which is gak bisa karena poni saya pendek dan jatuh terus, jadi harus diulang terus (sehingga rambut saya jadi berantakan dan hasil foto saya jelek deh!)

Setelah foto, berikutnya masih ada lagi wawancara tentang perihal untuk apa membuat paspor, nama ortu dan lain sebagainya. Setelah sesi tanya jawab kepo tersebut selesai, seluruh dokumen asliku dikembalikan dan dia memberikan tanda terima perintah untuk membayar ke bank BNI dan menjanjikan 3 hari masa kerja untuk penyelesaiannya. Yeay!

Untuk biaya pembuatan paspor, berikut rinciannya :
Biaya paspor : Rp.300.000
Biaya jasa TI Biometrik (sidik jari) : Rp.55.000
Biaya admin bank BNI : Rp.5.000
Total :Rp.360.000

Hari kamis berikutnya pukul 2 siang, saya datang lagi untuk mengambil paspor. Tidak perlu lagi mengambil nomor antrian. Langsung datang dan tampak beberapa folder telah berjajar rapi di meja dan langsung bisa mengambil paspor baru kita. Berhubung di paspor lama saya ada visa Australia dan USA yang berharga, saya pengen dong menyimpan buku lama saya tersebut. Seperti diinstruksikan saya membawa materai 6.000 dan memberikannya ke petugas dan ia pun memberikan paspor lama saya. Yeay!

Paspor Baru dan Lama

Kesimpulan :
Meski masih tampak ada aktivitas calo yang menyerobot antrian dan mendapat tempat khusus, namun kalau pelayanan kantor imigrasi bisa jujur dan profesional, kenapa pula harus menggunakan calo?

Salah satu yang paling saya ingat adalah abang satpamnya yang ramah (bahkan ingat nama saya!) dan sangat membantu dalam proses pengisian form, minjemin pena, bantuin ngoreksi form saya dan ditambah sifatnya yang humoris.

Beberapa petugas lainnya memang wajahnya masih kurang ramah namun kerjanya cukup cepat. Kantor imigrasi Jambi juga telah dilengkapi sistem yang bagus, mulai dari nge-print no antrian, pemanggilan dengan suara dan monitor, sehingga semua alurnya terlihat jelas. Kalaupun bingung, selalu ada satpam yang standby membantu.

Hanya dalam tempo waktu 3 jam saja, proses pembuatan paspor saya kelar. Buku yang saya bawapun tak sempat dibaca. Salut deh dengan pelayanan kantor imigrasi Jambi!

Tips & Trik membuat paspor sendiri
1. Datang sepagi mungkin untuk berebut nomor antrian. 6.30 WIB kalau bisa agar antrian yang pertama. Boleh kok diwakilkan orang lain untuk sekedar mengambil nomor, namun harus datang secepatnya juga yah.
2. Berpakaian rapi dan sopan. Tidak memakai sandal jepit, celana pendek dan kaos oblong. Rata rata orang menggunakan kemeja, celana panjang dan sepatu.
3. Selalu waspada jika nomor dipanggil. Terkadang petugas hanya memanggil max 2 kali, lebih dari itu langsung lanjut ke nomor berikutnya dan jika kelewat ng...harus sabar setelah itu!
4. Bawalah pena untuk mengisi form.
5. Bawa bacaan biar tidak bosan menunggu
6. Lengkapi berkas dengan baik. Pastikan mengisi dengan benar. Jika tidak tahu, bertanyalah. Jika salah, boleh di tipe-X tapi kalau banyak salah ulangi di form baru aja.
7. Bagi wanita bawalah penjepit rambut untuk poni karena sewaktu poto harus menampakkan keseluruhan dahi. Bagi yang berjilbab, gunakan model yang sesimpel mungkin.
8. Ucapkan terima kasih karena pelayanan mereka yang sudah sangat lebih baik dari sebelum belumnya

Ada yang punya pengalaman(menyenangkan) membuat paspor?

SKYE Bistro & Lounge Jakarta

Rabu, 17 Juni 2015 0 komentar

Ketika salah satu teman buleku berkunjung untuk pertama kalinya ke Indonesia, aku udah kepikiran sih ingin membawanya melihat pemandangan Jakarta dari atas. Secara aku juga lum pernah!

Jadilah di malam selasa itu, aku dan tiga temanku itu langsung go-show ke salah satu rooftop lounge yang mungkin tertinggi di Jakarta dan nge-hitz tentunya, SKYE.
Setelah dinner di Chili's ( Mexican Restaurant) di Sarinah kami menuju Menara BCA dalam waktu 15 menit saja mengingat hari udah mulai larut dan ini bukan weekend. Yippie!

Setelah dipersilahkan naik ke lantai 56 Menara BCA, si mbak penerima tamu tiba tiba menghadang saya masuk dikarenakan pakaian saya yang tak layak dengan kriteria mereka. Saat itu saya mengenakan sneaker, legging dan baju santai. Jlebbb! Sedangkan ketiga teman pria saya semua lolos inspeksi. Si mbak bilang kalau untuk restauran which is indoor, saya tetap bisa masuk. Tapi kan tapi kan kami mau ke lounge yang outdoor!

Akhirnya win-win solution, temen buleku masuk duluan untuk melihat apakah rooftop bar nya benar benar worth it dan it is! Aku pun pasrah mengalah dan balik ke hotel mengganti pakaian. Untungnya kami menginap di Artotel yang lokasinya masih di Thamin juga. Naik taxi cuma bayar 15rb coba! Malam itu jalanan jakarta memang sedang berbaik hati!.

Buru buru saya mengganti dengan high heels dan dress lalu cabut kembali ke Menara BCA. Ih jadi malu ama satpamnya nih :p

Tapi ya sudah deh biar semua senang dan bisa ngelihat pemandangan jakarta kayak gini :
View Jakarta dari SKYE

SKYE Rooftop Bar & Restaurant at Menara BCA Thamrin Jakarta
SKYE Rooftop Lounge at Menara BCA Thamrin Jakarta
Konsep yang diusung oleh SKYE adalah Bistro di siang hari dan Lounge di kala malam hari. Namun rasanya lebih seru aja kalau datang pada malam hari karena tujuannya memang melihat cahaya lampu Jakarta. Lokasi Lounge ada juga yang berada di dalam ruangan, namun kami memilih duduk di luar. Pengennya lagi sih duduk tepat di sofa depan kolam warna biru itu. Namun sudah di-reserved dan ada minimal order yakni IDR 1.200.000.

SKYE Rooftop Bar & Restaurant at Menara BCA Thamrin Jakarta
SKYE Rooftop Lounge at Menara BCA Thamrin Jakarta
Malam ini, saya memesan Bolivian Snow yang direkomendasikan si waitress dan diklaim manis dan untungnya beneran manis. Buat saya lebih mirip ice chocolate dengan topping whipped cream serta taburan Oreo. Slurp!

Dibanding dengan BART - Bar at The Roof Top - di Artotel, suasana di sini lebih nyaman. Tidak ada DJ, tidak ada musik yang bikin jantung berdetak lebih kencang, tidak ada lampu yang menyorot tajam, dan tidak ada nyamuk haha. Pengunjung juga rata rata usia dewasa dan tidak begitu banyak yang merokok.

Pelayanannya memuaskan dan para waitress berbaik hati mau mengambilkan kami foto bersama. Si teman buleku pun puas sekali dan bersyukur kami memilih SKYE. Sepertinya ini jadi malam malam perpisahan terbaik dengannya dan pastinya highlight perjalanannya di Jakarta.

---
SKYE
BCA Tower Lt. 56, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10350, Indonesia
Telp : 021 23586996

Price Range : Starts from IDR 50K
Dress code : No sandal / sneaker. No shorts for male. No T-shirts.

BART - Bar at The Roof Top - Artotel Jakarta

Selasa, 16 Juni 2015 0 komentar

Aku lagi duduk duduk cantik di lobby Artotel ketika melihat gerombolan anak anak muda kekinian hilir mudik. Wah kok rame banget? Ada apa sih? Ini kan udah mo tengah malem?

Ketika akan balik ke kamar, di lift saya menjumpai keterangan Level 7 : BART - Bar at The Roof Top.
Aha! darah muda pun bergejolak. Sayangnya temanku hari itu sudah kelelahan sehingga malam minggu ini kami tidak kemana mana. Sampa di kamar dan berusaha tidur, saya mendengar jerit jerit fans bola yang sedang menikmati nontong bareng Liga ntah apa itu. Hingga dini hari terkadang saya masih bisa dengar suara "Goooll!" atau suara suporter bola lainnya. Padahal ini lantai 3!

Akhirnya malam seninnya, dengan dress up seadanya (high heels + dress + clutch), aku dan si teman beranjak ke lantai 7. Kami langsung disambut dan ditanya mau duduk mana.

Dalam gelap malam diterangi bintang bintang tanpa bulan #eeeaaa
Ups ralat!
Dalam gelap yang hanya diterangi lampu lampu disko dari serta hingar bingar musik, sulit menentukan pilihan. Dan sulit juga mau berkomunikasi dengan teman karena harus sedikit menjerit biar gak kalah sama DJ. BART ini sebenarnya konsepnya semi outdoor. Meski ada pilihan duduk di sofa, namun tetep aja berasa di luar ruangan. Terlebih karena ada minimun payment untuk duduk di sofa, kami lebih memilih duduk di luar saja yakni duduk di kursi pojok layaknya standing bar sambil melihat pemandangan ibukota dari atas. Pilihan ini emang paling cocok karena lebih berasa udara segar tanpa asap rokok serta jauh dari si DJ.

BART Artotel Jakarta
BART Artotel Jakarta
Si teman memesan kesukaannya, vodka tonic sedangkan saya memilih "terserah" asalkan manis. Hingga dua minuman diorder nggak satupun mocktailnya yang saya habiskan haha. Makanan yang tersedia hanya snacks jadi disarankan makan kenyang dulu sebelum ke sini yah.

BART Artotel Jakarta
Suasana BART ketika masih kosong

Btw, hasil pengamatan di sana, rata rata pengunjung yang datang adalah anak muda mungkin karena tempat ini lagi ngeheitz banget. Saya dan kawan jadi berasa ketuaan nih!

Dari segi pemandangan, karena lokasinya kurang tinggi, viewnya agak terbatas dan menjadi kurang menarik.
Namun karena ada techno music sepanjang malam dan beberapa orang yang berjoget dan heboh sendiri, kami juga jadi terbawa suasana dan menikmati. Boleh deh bagi yang mau nongkrong nongkrong, toh tempatnya strategis juga kan di pusat kota.

Selesai hangover pukul 1 dini hari sebelum mereka tutup, kami langsung turun ke kamar dan tumbang. Zzzzz... Good Night!

**
BART - Bar at The Roof Top - Artotel
Jalan Sunda No.3, Jakarta Thamrin, 10350, Indonesia (persis di Belakang Sarinah)

Dresscode : tidak ada larangan namun kalau bisa tetap berdandan layaknya mau ke club (no sandal, no short for man, no t-shirt)

Artotel, Boutique Hotel strategis di Thamrin Jakarta

Senin, 15 Juni 2015 0 komentar

Mungkin ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Di tengah terik Jakarta, bangunan ini berdiri mentereng dengan tattonya yang berwarna ungu, penuh dengan gambar cumi cumi dan gambar abstrak lainnya. Katanya itu simbol dari kemacetan dan kesemrawutan ibukota dan dia bangga mendapatkannya dari Darbotz, seorang seniman yang mencintai tantangan hidup di Jakarta.

Lalu aku coba menghampirinya. Berkenalan dengannya. Artotel namanya, sebuah Boutique hotel yang menggabungkan konsep "Art" + "Hotel" ke dalamnya. Tak perlu banyak basa basi, aku dapat melihatnya sendiri dari aneka pilihan furnitur nyeleneh serta design unik sebagai pembuktiannya.

Artotel jakarta
Meski Artotel terbilang munggil, namun arsitektur lobby yang meninggi hingga ke lantai dua tempat galeri lukisan dipajang membuat kesan lega. Berada dekat dengannya, aku bisa mencium wewangian khasnya yang terpancar dari beberapa vas bunga hidup yang baunya bikin kangen ketika pulang / pergi dari hotel.

Lobby dan lantai dua Artotel Jakarta
Selama proses check-in, dia menyambutku cepat dan hangat. Saya bersyukur telah menelponnya jauh jauh hari karena yang PDKT denggannya cukup banyak loh. Dengan total hanya 107 kamar, Beberapa tamu yang datang harus kecewa karena sudah fully booked untuk beberapa hari ke depan.

Selesai proses check-in yang mulus, aku diberikan kunci kamar yang juga berfungsi sebagai kunci lift. Untung saja dapatnya di lantai 3 karena jauh dari lantai 7 dimana BART - Bar at The Roof Top - berada. Soalnya jika tidak, bagi yang susah tidur, bunyi musik hingga tengah malam bisa saja dirasa menggangu.

Kabarnya tiap lantai punya design yang berbeda. Untuk lantai 3, aku dapat melihat sisi Artotel yang lebih simple serta dominasi akan warna hitam dan putih di ruangan. Aku sempat terpana dengan goresan tangan Zaky Arifin, berupa gambar Beruang di atas tempat tidur. Namun begitu melihat dinding sampingnya, aku terkejut karena hanya berupa dinding semen biasa. Selidik punya selidik, si Artotel memang membiarkannya seperti itu, meninggalkan beberapa kesan natural dengan unfinished design. Begitu saya crosscheck dengan kamar teman, ternyata sama saja. Yang membedakan hanya kamar temanku dihias dengan gambar gajah. Namun selebihnya sama. Sama sama ada tulisan "Have a wild dream" di atas gambar.

Kamar tidur studio 03 Artotel Jakarta
Paginya, aku turun ke bawah dengan perut keroncongan. Waktu belum menunjukkan jam 6 pagi namun Artotel udah sigap melayani beberapa tamu. Berada di Restauran RoCA (Restaurant of Contemporary Art), aku bingung harus mulai darimana. Semua stand makanan / minuman serasa memanggil manggil. Siomay (ayam & udang), hashbrown, sosis ayam, bacon-nya tidak aku lewatkan. Oh satu lagi yang sayang dilewatkan adalah kehadiran mbok jamu berpakaian kebaya modern. Dengan gendongan kain, dia menawarkan pengunjung berbagai ramuan yang mempermudah hidup.
"Ini neng beras kencur untuk menambah nafsu makan."
Duh si mbok, saya emang kurus namun coba deh lihat aku sewaktu breakfast.
"Kalau ini jahe, buat masuk angin."
Ah si mbok, tahu aja AC kamar dinginnya mengigit.
Namun, akhirnya aku putuskan hanya minum one shot madu murni saja.

Seduh kopi sambil melihat lukisan abstrak
Bagi yang harus memulai harinya dengan racun rokok, bisa duduk di sebelah luar Restoran RoCA. Namun tidak perlu merasa terpojokkan, karena di luar design nya pun tetap ciamik.

Smoking Area di restoran Artotel Jakarta
Selesai mengisi perut berkali kali, aku dan kawanku langsung meminjam sepeda hotel (Rp.50.000 / 4 jam) dan mengayuhnya ke Car Free Day. Lokasi Artotel yang persis di tengah kota sungguh sangat nyaman!


Di hari hari terakhir bersama Artotel, badanku mulai mendambakan sensasi pijitan yang melonggarkan tulang tulang. Aku lalu menghubungi resepsionis untuk booking spa & massages.
"Baik ibu, therapist kami akan segera menuju kamar anda." jawab resepsionis.
15 menit kemudian...
Datanglah mbak mbak ayu berseragam pink dengan perlengkapannya. Karena keterbatasan ruang, spa & massagenya dilakukan di kamar masing masing. Si mbak ayu pun menggelar kain batik di atas tempat tidur, dan sesi Traditional Massage selama 60 menit pun berlangsung. I'm in heaven!

***
Baru kali ini saya mengenal sebuah hotel dengan begitu detail. Kalau biasanya di hotel cuma buat bobo dan WC, namun di sini beda. Hampir semua fasilitas aku coba. I've stayed for 5 days and it really feels Home. Selain itu hotel ini lagi nge-hitz di kalangan anak muda atau sosialita Jakarta. Satu satunya yang bisa saya keluhkan adalah hotel ini minus kolam renang dan di RoCA restaurant serta BART seringkali saya digigiti nyamuk. Other than that, you'll definitely see me here again!

Artotel Jakarta
Jalan Sunda No.3, Jakarta Thamrin, 10350, Indonesia (persis di Belakang Sarinah)
Telp : 021-31925888
Rate : Mulai dari Rp.800.000,- ( termasuk Breakfast)

Gentala Arasy Icon Baru Jambi

Selasa, 02 Juni 2015 0 komentar

Provinsi Jambi sempat punya beberapa icon yang melekat padanya. Sebut saja candi muara jambi, harimau sumatera yang terus terusan diburu hingga suku anak dalam yang telah diangkat kisah hidupnya dalam sebuah film layar lebar.

Namun, icon icon tersebut sayangnya berasal dari luar kota Jambi. Yah lebih banyak berada di pelosok kabupaten atau dalam hutan. Sebagai seorang anak jambi pun saya mengaku malu belum pernah bertemu suku anak dalam. Kalau melihat harimau sumatera yang dikurung sih masih ada di kebun binatang.

Jikalau ada wisatawan / teman bertandang ke kota jambi sendiri, lebih sering saya rekomendasikan untuk wisata kuliner. Murah, enak, sehat dan ada dimana mana.

Namun baru baru ini, pemerintah kota Jambi mengeluarkan terobosan mutakhir yakni sebuah icon baru yakni Jembatan pedestrian dan Museum Gentala Arasy pada 28 Maret 2015. Tidak tanggung tanggung Wapres Jusuf Kalla lah yang meresmikan landmark baru kota Jambi ini.

Jembatan Gentala Arasy yang bentuknya meliuk liuk seperti huruf S di atas sungai Batanghari ini hanya dikhususkan bagi pejalan kaki. Jadi tidak perlu takut kena serempet motor. Jembatan yang menghubungkan kota jambi dengan seberang jambi ini tidak hanya menjadi tempat wisata tetapi juga solusi bagi masyarakat di dua tempat ini untuk mencapai ke daerah seberangnya. Sebelum ada jembatan ini, mereka harus menaiki ketek (kapal kayu kecil dengan mesin yang bunyinya tek tek tek).

Panjang jembatan yang mencapai 503 meter dengan lebar 4,5 meter ini lumayanlah buat olahraga jalan kaki. Sayangnya jembatan yang bertahun tahun ditunggu hingga menelan dana 88,7 miliar (WOW!) ini malah tidak menyediakan tong sampah sehingga kadang kala tampak banyak sampah berserakan. Yang lebih parah banyak juga pengunjung yang langsung membuang sampah ke sungai batanghari yang telah coklat itu. Ckckkc!
Jembatan Gentala Arsy jambi
Nah di ujung jembatan ini, berdirilah bangunan setinggi 80 meter yang disebut juga Menara Gentala Arasy yang tidak lain adalah museum yang mempertontonkan sejarah serta barang barang peninggalan dari masa lampau. Luasnya tidak besar, cukup 15 menit untuk mengitarinya. Yang menarik perhatian saya justru adanya rombongan SD yang sedang tur wisata dan menonton film film khas jambi seperti suku anak dalam atau tentang perkembangan Islam di kota Jambi di bioskop mini yang terletak di lantai paling bawah.
Menara sekaligus Museum Gentala Arasy
Sayangnya pihak manajemen belum membuat jadwal film dan kapan tayangnya sehingga jika ingin menonton lebih baik menanyakan dulu jauh jauh hari atau mem-bookingnya untuk acara.

Di luar menara ini, terdapat tempat duduk yang telah diberi perlindungan agar tidak terlalu panas. Cocoklah bagi anak muda yang ingin nongkrong sore sore sambil menyeruput es tebu dan jagung bakar. Bagi yang membawa anak anak, tempat ini juga bikin betah karena ada penyewaan skuter dengan harga 15 menit / Rp.5.000. Murah yah? Pokoknya sesuai kantong rakyat banget deh.

Ps : Jembatan dan museum ini tidak dikenakan biaya. Kunjungilah selagi fasilitas masih memadai dan gratis.Tapi sewaktu libur nasional, saya berkunjung ke museumnya malahan tutup. Ealah! bukannya justru karena lagi libur yah kita baru sempat ke museum?

Lokasi :
Di depan Rumah Dinas Gubernur Jambi / Di samping mall WTC / lebih dikenal juga kawasan Ancol :)

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets