Hotel Transit di Bandara Soekarno Hatta Jakarta

Senin, 30 Maret 2015 2 komentar

Bandara Soekarno Hatta Jakarta merupakan bandara tersibuk di Indonesia yang menghubungkan antar provinsi. Berhubung saya tinggal dari Jambi, saya sering naik connecting flight yang waktu transitnya semalaman atau harus naik pesawat di jam paling pagi / malam sekalian.

Untuk mengisi waktu biasanya saya memilih menginap di bandara. Namun pengen juga dong ah mengistirahatkan badan sebelum dan sesudah penerbangan panjang karena setelah nyampai di daerah tujuan langsung beraktifitas. Kalau nge-gembel lagi, bisa bisa saya tewas kecapekan. Lagian demi keamanan dan mengingat umur, bolehlah sekali kali memanjakan diri dengan menginap di hotel.

Karena cuma buat bobo kurang dari setengah hari, saya maunya hotel yang murah tapi gak murahan. Yang aman serta bersih. Yang ada gratis jemput dan antar gratis (shuttle) ke bandara. Yang ada wifi (online tetap harus jalan). Yang ada makan pagi, lebih baik lagi walaupun saya tahu karena flight saya subuh kemungkinan saya nggak bakal sempat nungguin koki hotel masak. Ugh!

Dan...
Pilihan saya jatuh ke hotel berikut ini. Simak Reviewnya :

Pop Hotel Bandara
Alamat : Jalan Raya Bandara no. 106, Rawa Bokor, Benda | Tangerang, Jakarta 15125, Indonesia  
No Telp : (021) 29405678

Harga : Rp.448.000 (26 Maret 2015)

Reservation : Entah kenapa, tiap kali saya buka website hotel ini, selalu nge-hang dan muncul unresponsive script yang terpaksa harus saya tutup. Padahal tampilannya ciamik dan berwarna, atau mungkin itukah penyebabnya? Untungnya saya dapat no telp hotel ini dari Tripadvisor dan langsung saya telp. Begitu telp saya jadi bingung lagi mendengar suara bahasa inggris mbaknya dan untuk reservasi kita harus balik pencet ext yang njelimet akhirnya saya pencety aja 1 baru tar direfer ke resepsionis. Dengan cara beginilah saya baru bisa book kamar. Setelah itu saya diminta mentransfer biayanya dan mengirimkan scan-nya ke email info-pop-airportjakarta@tauzia.com.

Shuttle Bus : Saya sempat berkali kali telpon sebelum ke Jakarta perihal Shuttle bus. Saya bilang saya kira kira tiba di Jakarta jam 19.00. Resepsionisnya bilang jadwal shuttle yang menjemput di bandara ada tiap jam dan saya bisa ikut pukul 19.30, 20.30 dan seterusnya. Nyatanya, saya baru tiba sekitar pukul 19.15 lalu ambil bagasi, ke toilet dan langsung menuju hokben (karena Garuda keluarnya di Terminal 2) sesuai intruksi resepsionis. Pas itu udah 19.45 jadi saya pikir yah udah saya tunggu yang shuttle pukul 20.30. Saya mencoba menelpon resepsionis dan diberikan no Hp si driver (081299144296). Saya pun menelponnya dan dijanjikan 15 menit lagi akan datang. Tunggu punya tunggu nggak datang juga, lalu saya pun telpon lagi. Si mas drivernya beralasan bahwa di Terminal 1 sudah penuh jadi dia belum bisa menjemput saya dan saya dijanjikan kembali untuk dijemput setengah jam berikutnya. Kaki mulai pegel, kesabaran menipis, perut belum diisi, dan sendirian merupakan paket komplit mengutuk si driver yang baru datang pukul 9.30. Begitu melihat mobil ijo Pop Hotel, sontak saya langsung komplain. Si mas driver yang udah kerja dari jam 2 siang itu hanya bisa minta maaf dan manggut manggut. Di dalam mobil sudah ada seorang bapak yang bahkan ud tiba di sore hari namun baru dijemput sekarang. Jadi mikir, jarak dari bandara ke hotel hanya selemparan kancut tapi kami baru tiba lebih dari 2 jam kemudian. Is it worth it? Pop hotel hanya punya 2 armada untuk melayani penjemputan & pengantaran ratusan tamu. Harusnya mereka bisa menambah load dong. Oh tak sampai disitu saja. Ketika saya check-in dan request shuttle paling pagi esok harinya ternyata sudah full hingga pukul 7. No surprise! Saya pun kepaksa pakai taxi.

Waktu Tempuh : Dari bandara ke hotel 15 menit sewaktu pukul 10 malam. Kalau lebih macet mungkin bisa lebih lama lagi. Dari hotel ke bandara cukup 10 menit karena saya berangkat subuh jalanan masih sepi. Cihuy!

Check-in : Karena begitu shuttle tiba, kami harus antri satu satu buat check-in yang cuma punya satu resepsionis. Untungnya, setelahnya ada satu lagi resepsionis yang membantu biar cepat prosesnya.

WiFi : Kencang dan berjalan baik.

Kamar : Mungil, minimalis dan saya suka tempat shower sekaligus WC-nya yang berada di tengah ruangan. Namun WC-nya setelah saya cermati, dudukan toiletnya kurang bersih. Di dalam kamar sudah ada fasilitas memadai yakni handuk, sabun dan sampo, TV, safe deposit, selimut tambahan (karena satu kamar boleh bertiga) namun sayangnya nggak ada telpon jadi kalau ada perlu apa apa harus ke lobby langsung.

Fasilitas : Mungkin kebetulan sedang promo, saya mendapatkan voucher makan malam dan 30 menit refloxology yang harus digunakan malam itu juga sebelum 23.00 WIB. Lah saya aja nyampe hotel jam 10.10 langsunglah saya buru buru pesan makanan-nya dan yang tersedia tinggal bakso dan mie ayam. Saya pilih mi ayam dan porsinya cukup banyak dengan rasa standar keasinan. Saya buru buru makan biar sempat reflexology namun tidak sempat lagi karena semua terapisnya udah fully booked hingga tengah malam.Yang bikin agak adem ketika saya melihat di ruang makan ada setumpuk majalah dan buku gratis untuk dibaca.

Breakfast : Mulai pukul 7 pagi. Ada coffee break seperti sereal, roti bakar, kopi dan teh mulai jam 4 pagi.
Kamar Pop Hotel
Kesimpulan : Hotelnya asik dan sesuai harapan, tapi shuttlenya tidak bisa diandalkan. Mending bayar taxi saja.
Amaris Hotel Bandara
Alamat : Jl. Husein Sastranegara No. 1 Benda, Kec. Tgr, Banten 15125, Indonesia
No Telp : (021) 54365333

Harga : Rp.550.000 (29 Maret 2015)

Reservation : Melalui Telp. Tidak perlu bayar dulu.

Shuttle Bus : Memuaskan. TIdak perlu menunggu. Begitu tiba di Terminal 3 bandara saya langsung menghubungi supirnya (081282980032). Selang 15 menit mobil Amaris berwarna putih ini pun sudah langsung terlihat di jalur 3 (Line Damri). Di dalam mobil sudah ada satu orang tamu lainnya dan tanpa perlu menunggu lagi kami langsung menuju hotel. Untuk shuttle bus paginya menuju bandara tersedia shuttle bus mulai dari jam 3 pagi.

Waktu Tempuh : Dari bandara ke hotel 15 menit sewaktu pukul 10 malam. Kalau lebih macet mungkin bisa lebih lama lagi. Dari hotel ke bandara cukup 10 menit karena saya berangkat subuh jalanan masih sepi. Cihuy!

Check-in : Proses cepat karena ada 2 orang resepsionis yang standby. Jangan lupa minta password wifi ama mereka juga dan memesan shuttle bus untuk besok sekalian wake-up call.

WiFi : Kencang dan berjalan baik

Kamar : Mungil, minimalis dan di dalam kamar sudah ada fasilitas memadai yakni gratis air minum mineral, handuk, sabun dan sampo, TV, safe deposit, sandal kamar dan telepon.

Fasilitas :Ada dispenser air minum di tiap lantai. Di lobby terdapat juga koran dan majalah buat dibaca. Yang paling saya suka di samping hotel ada restoran padang yang buka hingga tengah malam. Harga perbungkusnya termasuk murah (nasi + ikan tongkol hanya kurang dari Rp.25.000)

Breakfast : Ada coffee break seperti kue, teh dan kopi mulai jam 4 pagi. Selebihnya makan pagi di jam 6/7 yang tentu saya tak sempat lagi mencicipinya.

Kamar Hotel Amaris
Kesimpulan : Sejauh ini hotel Amaris manapun berhasil membuat saya nyaman dan selalu bisa saya rekomendasikan terlebih lagi shuttle busnya juga dapat diandalkan. Bayar lebih sedikit namun puas!

Ibis Budget Jakarta Airport
Alamat : Jl Raya Bandara Soekarno Hatta Kp Rawa Bokor 15125 - TANGERANG
No Telp : (021)29327777

Harga : Rp.375.000 (15 Juli 2015)

Reservation : Melalui Telp. Tidak perlu bayar dulu. Tiap kali telpon biasanya nyambungnya ke Ibis Styles dulu yang lokasinya memang berada di depan hotel, tapi setelah itu minta disambungkan ke Ibis Budget saja.

Shuttle Bus : Awalnya saya diberikan no supir shuttle bus (085319492839). Saya telepon namun terputus, berkali kali nyoba tapi tidak aktif kembali. Untunglah saya ada dikasih nomor yang kedua yakni (085319492893) dan langsung diangkat oleh mas teguh. Sayangnya saat itu dia sudah pulang dari bandara dan baru bisa menjemput saya jam 9 malam sesuai dengan trayek berikutnya. Mau nggak mau saya menunggu. Selang 15 menit mas teguh sudah menelpon kembali dan bilang dia udah di depan meeting point kami (hokben T2). Wiih rupanya dia sengaja balik demi saya karena saat itu jalanan jakarta langgeng banget sehingga dia bisa. Terharu! sepanjang jalan saya mengobrol dengannya. Mas nya berwawasan luas, ramah dan baik. Syukurlah ibis punya dia! Untuk shuttle bus paginya menuju bandara tersedia shuttle bus mulai dari jam 3 pagi lalu saya memilih naik jam 4.15 karena cuma ada tiap 1 jam 15 menit hingga pukul 12 malam.

Waktu Tempuh : Dari bandara ke hotel 15 menit sewaktu pukul 8 malam. Kalau lebih macet mungkin bisa lebih lama lagi. Dari hotel ke bandara cukup 10 menit karena saya berangkat subuh jalanan masih sepi.Dari hotel menuju ke bandaranya termasuk yang paling cepat diantara yang lain karena nggak muter lagi. Lurus aja udah nyampai. 5 menit deh!

Check-in : Proses cepat karena walau hanya ada 1 orang resepsionis yang standby.

WiFi : Kencang dan berjalan baik

Kamar : Sepanjang lorong lantainya berkarpet, namun ketika nyampai kamar hanya ada lantai kayu buatan gitu tapi nggak masalah secara ini kan budget. Ruangan saya bertema hijau namun terasa cukup luas. Hebatnya ini kamar canggih karena beberapa fasilitas seperti menghidupkan lampu cermin dan lampu baca pake layar sentuh gitu. Keren yah! Lalu untuk kamar mandi menggunakan pod layaknya di Pop hotel namun untuk WC terpisah. Di dalam kamar sudah ada fasilitas memadai yakni gratis air minum mineral, handuk, sabun dan sampo, TV, serta colokan listrik yang banyak. Penting nih!

Ibis Bandara
Kamar Hotel Ibis Bandara
Breakfast : Berhubung bulan puasa dan juga saya ngejar flight pagi, saya ikutan sahur. Makanannya terdiri dari buah, roti, bubur kajang ijo, nasi. sayur, sosis dan telur. Enak semua!

Kesimpulan : Jujur awalnya saya tidak mau nginep karena mikir sayang duitnya. Namun iseng iseng tanya lah harganya murah banget dan harusnya kalau saya check in awal seperti jam 6-7 malem katanya saya dapat menu buka puasa. Sigh! Namun karena sempat bisa makan sahur, saya tergoda juga ke hotel ini dan alamak ini hotel favorit saya di bandara. Harganya paling murah untuk hotel berkelas seperti ini dengan fasilitas yang lengkap serta staff yang ramah. Hanya satu kekurangannya yakni banyak nyamuk di restoran. Di kamar sempat ada 2 juga sih.Hm meskipun begitu... Lain kali pasti ke sini lagi sih!

Zest Hotel
Alamat : Airport Hub Jl. Husein Sastranegara Kav. 1 Bandara Soekarno - Hatta
No Telp : (021)22523030

Harga : Rp.150.000 (19 November 2015) btw ini harga promo yah.. normalnya sekitar 300rb-an

Reservation : Awalnya saya mengecek website mereka dan menemukan promo Rp.150.000 net/room/day lalu langsung saya telpon ke hotelnya. Rupanya promo khusus bulan November ini hanya dapat didapatkan kalo book dari website dan menggunakan credit card. Demi harga murah saya pake credit card temen dan dapat deh. Karena kuota setiap harinya terbatas hanya 3 kamar saja, disarankan book-nya pagi hari yah. Setelah udah selesai, nanti dapat email konfirmasi buat kita tunjukin ke front office nanti.

Shuttle Bus : Untuk ke hotelnya, saya menggunakan taxi dan kerena terletak di Airport Hub (komplek bandara baru), hotel ini sangat mudah ditemukan. Lalu paginya saya naik shuttle bus-nya jam 4 dini hari dan lumayan penuh. Shuttle bus-nya beroperasi tiap jam loh jadi gak usah cemas.

Waktu Tempuh : Dari hotel ke bandara cukup 5 menit karena saya berangkat subuh jalanan masih sepi. Dari hotel menuju ke bandaranya termasuk yang paling cepat diantara yang lain karena nggak muter lagi. Lurus aja udah nyampai.

Check-in : Proses cepat. Lobby lega. Ada internet dan komputer gratis serta koran buat nunggu.

WiFi : Kencang dan berjalan baik

Kamar : Ruangan saya bertema hijau namun terasa cukup luas. Lucunya pas saya lagi menurunkan tirai jendela, bruak! tirai tersebut copot dan jatuh. Untungnya di di bawahnya sofa jadi nggak menimbulkan suara gaduh. Saya langsung telp resepsionis dan orang teknisinya langsung dateng. Tapi karena lama dan sudah mau bobo, saya sarankan di bawa aja itu tirai tanpa perlu dipasang lagi toh saya matiin lampu kamar dan di sekitar tidak ada bangunan tinggi buat ngintip. Di dalam kamar sudah ada fasilitas memadai yakni gratis air minum mineral, handuk, sabun dan sampo, TV, serta colokan listrik. 

Breakfast : Bukanya jam 6 pagi jadi saya tidak sempat mencoba.

Kesimpulan : karena saya cuma bayar Rp.150.000 hotel ini worth it banget. Termasuk paling baru dan juga berada di Airport Hub banyak tempat nongkrong dan restoran jadi berasa kayak di mall. Nyari makan pun gak susah. Selain itu, juga deket banget ke bandara. Pelayanan semua maksimal. Rekomendasi banget nih.



Allium Hotel Tangerang
Alamat : Jalan Benteng Betawi No. 88 Tangerang
No Telp : 021 - 2920 5555

Harga : Mulai dari Rp. 600.000 (Akhir September 2015)

Reservasi : Saya melakukan reservasi by email dan responnya cepat. Mereka juga langsung menanyakan mau dijemput dimana, jam berapa, pake flight apa etc.

Shuttle Bus : Sayangnya saya pakai mobil menuju hotel ini jadi tidak sempat mencoba free pickup mereka. Jarak dari hotel ke bandara agak jauh karena lokasinya terletak di belakang bandara dan kira2 bakal memakan waktu 30 menit. Namun rupanya shuttle yang tersedia tidak hanya ke bandara namun juga bisa ke IKEA & Mall Alam sutera (weekends) serta Mall Tangerang City & Balekota (Weekday) namun terlebih dahulu konsultasi ama resepsionis untuk waktunya yah karena gak tiap jam.

Check-in : Saya datang cukup awal jam 11 sudah disana sedangkan check-in sehingga kamar yang harusnya untuk saya masih lagi dibersihkan. Oleh mbak resepsionisnya saya dipindahkan kamar agar saya tidak perlu menunggu. Proses cepat karena ada 2 orang standby. Mereka juga sangat ramah dan tak pelit info mengenai apa yang bisa dilihat di sekitar lokasi hotel

Wifi : berjalan mulus. Satu kali login bisa mencapai ke semua ruangan hotel

Kamar : Kebetulan saya menempati kamar tipe suite jadi luas banget. Yah 3x luas kamar kosku sehingga berasanya nyaman banget. Ada TV di tengah yang bisa diputar. Jadi saya bisa milih nonton dari sofa atau tempat tidur. Kamar mandinya juga lega banget dengan bathub dan shower. Namun sayang toiletriesnya agak kurang seperti tidak ada sisir, sanitary bag, lotion dan alat cukur. Satu lagi yang agak membingungkan adalah AC-nya. Awalnya ketika masuk kamar emang sudah panas. Maklum yah karena Tangerang emang panas kali. Tunggu menunggu AC-nya nggak dingin juga lalu temanku menelpon baru setelah itu AC-nya dingin pol. Namun ketika kami matikan gitu lagi deh. Mungkin dia pakai sistem yang mendeteksi biar nggak terlalu dingin sehingga susah diotak atik.

Breakfast : Yang paling enak dari breakfastnya adalah soto padang! Kalau bubur ayam, bakso kan sudah mainstream namun kalau soto padang jarang jarang bisa ditemui dan syukurnya enak! Tempat makannya luas sehingga tetap damai makan pagi. Bagi yang perlu mengejar flight pagi, tersedia breakfast yang bisa ditake away loh. Mantap!
Allium Hotel Tangerang
Allium Hotel Tangerang

Kesimpulan : Tidak seperti hotel hotel yang saya review di atas, hotel Allium ini adalah 4-star hotel yang lebih banyak membidik business traveler di sekitar kawasan industri ini. Tak heran tamunya pun kebanyakan orang luar atau yang sedang mengadakan acara di hotel. Bangunan bertingkat 10 ini cukup unik dan ternyata didesain oleh Ridwan Kamil dengan bentuk membesar ke atas dan dominan dengan warna putih. Ohya rupanya Allium itu adalah nama sebuah bunga turki loh yang kemudian menjadi logo hotel ini. Di hotel ini tersedia banyak majalah dan beberapa buku yang gratis dapat dibaca para tamu bahkan beberapa dapet dipinjam dibawa ke kamar karena kalau malem banyak nyamuk di cafenya. Bagi yang lagi staycation bisa berenang dan nge-gym dulu sore sore biar gak bosan. Saya sempat lunch & dinner di cafenya yakni Paris Lyson Cafe dan minumannya seger seger semua dengan menu kesukaan saya Indonesian Delight yakni Nasi Tjampoer Allium. Cabenya nendang loh! kalau untuk minuman jangan lupa pesan jus alpukat yakni Green Lava. Slurp! Recommended deh bagi yang mau nginep nggak jauh dari bandara tapi bukan tinggal di budget hotel!

Udah ada yang pernah nyoba hotel di sekitar Bandara Soekarno Hatta?

Pertanyaan pertanyaan yang terlintas ketika akan Packing

Rabu, 25 Maret 2015 0 komentar

Packing adalah salah satu kegiatan sebelum jalan jalan yang saya nikmati. Saya menikmatinya sambil membayangkan mengeksplorasi tempat baru yang indah indah. Namun bagi sebagian orang, mungkin saja packing jadi hal yang menyebalkan terlebih lagi jika tidak paham bagaimana packing yang baik agar tidak kelebihan bagasi dan tidak merepotkan. Prinsip saya packinglah barang barang yang benar benar dibutuhkan. Selain itu perlu diketahui juga destinasi wisata yang tuju, keadaan cuaca serta apa saja yang akan dilakukan nantinya agar pertanyaan pertanyaan yang sering kali muncul seperti di bawah ini dapat terpecahkan :

Pakai Koper atau Ransel?
Saya hanya membawa koper jika membawa banyak barang atau bepergian lebih dari 3 hari. Jika hanya 2-3 hari saya biasa membawa tas dorong atau koper kecil yang nantinya bisa dibawa masuk ke kabin. Kalau hanya satu atau dua hari, lebih mending pakai ransel saja. Selain barang bawaan, perlu diperhatikan juga kemana akan pergi? Kalau selama perjalanan anda menggunakan porter hingga bellboy di hotel yah nggak masalah nenteng koper karena anda tidak akan terbebani. Tetapi jika di perjalanan nanti lebih banyak pindah dari pesawat ke bus ke kapal lalu naik ojek lebih baik pakai ransel saja.  Ransel juga berguna buat tas jalan ketika saya udah sampai di daerah tujuan. Atau jika tidak, saya bawa satu lagi tas mungil untuk berjalan jalan. Selain itu makin ke sini, rasanya memang lebih nyaman bawa ransel tanpa perlu khawatir bagasi diobok obok. Dengan cuma bawa ransel juga jadi lebih cepat karena setelah landing, tidak perlu menunggu bagasi keluar.

Pack Light, Bawa Ransel aja cukup
Bawa Baju Apa? Berapa banyak?
Lamanya bepergian menentukan jumlah pakaian yang dibawa. Namun hitungnya bukan satu hari satu stel baju karena kan bisa mix and match pakaian. Untuk menghemat, beberapa pakaian bisa dipakai hingga beberapa kali seperti jaket, syal, celana panjang atau kaos yang hanya dipakai sebentar selama masih bersih. Setelah lamanya bepergian, perhatikan juga keadaan cuaca. Kalau dingin, berarti harus menyiapkan pakaian lengan panjang / hangat atau jaket khusus. Belum lagi kalo ketempat bersalju, wiih lebih banyak lagi peralatan menangkal dingin yang harus disiapkan. Yang terakhir adalah keadaan budaya / agama di suatu tempat juga sering saya amati. Jikalau akan berkunjung ke tempat beribadah atau mengunjungi desa adat, saya berusaha menggunakan pakaian tertutup untuk menghormatinya.

Bawa Toiletries nggak?
Kalau nginap di hostel atau hotel tak berbintang, bawalah toiletries sendiri. Jika tidak, maka nggak usah. Kecuali anda maunya cuma dengan merk tertentu atau punya alergi. Kalau saya hanya membawa sikat gigi, odol dan pembersih muka sendiri karena saya suka pakai merk tersebut.

Bawa obat-obatan nggak?
Dalam jangka waktu lama, bawa. Jika tidak, nggak usah. Toh selama di Indonesia, obat obatan tersedia hampir dimana saja kecuali obat cina untuk sakit perut saya :p

Bawa sepatu / sandal? Yang mana? Berapa banyak?
Yah sebagai wanita, alas kaki bukan sekedar penutup kaki semata tetapi sudah menjadi fashion item. Saya selalu menyesuaikan dengan agenda kegiatan nantinya. Pernah bawa High heels, boots, sandal jepit, sepatu air. Tapi rata rata yang selalu saya bawa adalah sandal jepit / flat shoes untuk kenyamanan selama jalan jalan. Bawalah hanya dua maksimal untuk pemakaian sehari hari. Kalau rusak dan putus kan bisa ada alasan buat shopping lagi :p

Bawa oleh oleh nggak yah?
Nah oleh oleh ini masih kerap menjadi budaya di Indonesia dimana kita akan merasa segan jika berkunjung ke suatu tempat / habis pulang jalan jalan tanpa memberikan sesuatu. kalau di Luar Negeri, gak pernah tuh dimintai sama orang orang sana. Yang mereka harapkan kita kembali dengan selamat saja. Selain itu, nenurut pengalaman saya, justru oleh oleh ini sejatinya yang paling bikin urusan packing ribet karena 1) Kadang jumlahnya banyak dan makan tempat 2) Perlu tempat & penanganan khusus contohnya jika saya bawa mpek mpek atau suvenir kaca. Nah oleh karena itu, saya biasanya lebih tebal muka dalam urusan menolak membawakan oleh oleh. kalaupun beli, saya bawa yang praktis, kecil dan yang berguna serta khusus untuk orang orang yang spesial. Kalau kamu apa masih menerima request oleh oleh?

Belanja Oleh Oleh boleh, tapi ingat bagasi
Happy Packing!

Buku Antalogi Cerpen Travel N Love

Senin, 23 Maret 2015 0 komentar

Berawal dari mencoba keberuntungan ikutan lomba cerpen dari sebuah majalah jalan jalan baru yakni Padmagz, akhirnya mimpi saya untuk menerbitkan buku pun terwujud sudah.

Awalnya ragu juga mau ikutan karena biasanya yang saya tulis adalah tulisan non fiksi jalan jalan. Itupun masih jarang yang memasukkan unsur personal ke dalamnya. Tapi lomba ini bikin penasaran sekaligus menantang juga. Aplagi setelah dilihat hadiahnya jalan jalan ke Lombok. Wuiih! Ok coba saja. You never know!

Proses pembuatan cerpen saya yang berjudul "Jodoh Tak Sampai" ini mengambil lokasi di Wakatobi. Sengaja, karena saya ingin mengangkat unsur budaya Wakatobi yang masih kental. Harapannya yang baca nggak hanya menanggis membaca cerita karangan saya, namun juga jadi lebih tahu bahwa Wakatobi lebih dari sekedar pantai yang indah. Ohya ini cerpen bikinnya di sela sela jam kerja loh *ups*

Berikut penampakan bukunya :

Buku Travel N Love

Di dalam buku ini, selain ada saya, ada 14 cerpen terpilih lainnya juga loh yang berhasil mengalhkan 821 peserta lainnya. Wuihh! Boleh lah yah sedikit berbangga :p
Rencananya, buku ini akan dimasukkan juga ke Gramedia namun sembari menunggu, yang udah penasaran baca bisa loh pesen sama saya. Harganya Rp.50.000 + ongkir.

[GIVEAWAY]
Bagi yang nggak mau beli tapi pengen baca, silahkan ikutan kuiz yang saya buat ini yah. Caranya:

Ceritakan di kolom komen dibawah ini sebuah destinasi / tempat yang mengingatkanmu akan kenangan dengan orang tercinta. Tak harus pacar kok bisa orang tua, sahabat atau bahkan anjing kesayangan anda. Cerita harus nyata. Tidak ada batasan bahasa / jumlah kata.Sertakan juga nama dan alamat email agar dapat saya hubungi jika menang.

Jangan lupa tolong Like / follow social media saya yah
FB : https://www.facebook.com/lendiary
Twitter : @Lenny_Indonesia
IG : Lenny.Diary

Akan diambil 3 pemenang yang beruntung masing masing mendapatkan buku Travel N Love beserta oleh oleh dari saya :)
Deadline : 3 April 2015
Pengumuman pemenang : 4 April 2015

[Info PEMENANG]
Sekali lagi saya sangat berterima kasih pada teman teman yang telah meluangkan waktu berbagi ceritanya. Sayangnya saya hanya bisa mengambil 3 pemenang yakni :
1. Arie Okta
2. Fadila TR
3. Susan

Para pemenang silahkan mengirimkan alamat dan no hp ke email saya yah agar hadiahnya dapat dikirim hari senin. Bagi teman yang belum beruntung, jika ingin tetap mendapatkan bukunya dengan harga miring, email ke saya yah (stoknya terbatas).

Terima kasih semuanya!
Doakan buku ini akan segera beredar di toko buku terdekat yah :)

Camilan Sehat di Perjalanan

Jumat, 13 Maret 2015 0 komentar


Tahun ini saya punya resolusi untuk hidup lebih sehat dengan cara mengubah (sedikit demi sedikit) pola makan saya. Hal ini seyogyanya akan sukses ketika saya berada di rumah. Kalau pas lagi jalan jalan tentu lebih susah karena pilihan makanan akan lebih terbatas. Namun, paling tidak saya bisa menyiapkan camilan / makanan ringan yang mudah dibawa dan sehat. Soalnya, saya termasuk gampang lapar. Selain itu, biasanya kalau tidak ada kerjaan misalnya seperti lagi menunggu pesawat atau berada di bus, seringkali jadi ingin ngemil dan lumayan bisa buat ganjal perut juga. Oleh karena itu, camilan camilan ini sebaiknya menyehatkan jika tidak lebih baik tidak dikonsumsi saja.

Berikut camilan sehat saya di perjalanan :
1. Kacang-kacangan
Sejak tinggal di USA kemarin, saya mulai tertarik dengan beberapa jenis kacang kacangan di sana yakni Almond dan Pistachio. Kebetulan di sana harganya termasuk murah dan kualitasnya bagus. Sekali dicoba, rasanya bikin nagih terus loh. Kacang kacangan ini baik sebagai tambahan serat buat tubuh dan banyak mengandung vitamin lainnya. 

2. Snack Bar
Ada beberapa merk Snack Bar yang ada di pasaran seperti Soyjoy, Oat8 dan Fitbar. Namun yang paling saya suka adalah Fitbar yang rasa Chocolate dan oat rasa Almond. Mantap!
 
3. Buah
Minimal dalam satu hari saya harus makan buah 1 macam (lebih baik lagi dua). Oleh karena itu, saya rela relaiin bawa kotak makan berisi buah untuk dinikmati di jalan. Kalau di Indonesia, untungnya jus mudah didapatkan dimana mana. Jika tidak mau begitu ribet bawa saja buah kering yang mudah didapatkan dan dimakan seperti jeruk atau pisang. Segar, sehat dan bikin kenyang pastinya!

4. Vitamin C
Vitamin C banyak ditemukan di dalam buah seperti jeruk atau mangga. Tapi karena gak selalu bisa makan buah ini, saya biasanya bawa tablet kunyah Vit C.Vit C ini ibarat sebagai senjata biar nggak down dalam perjalanan.

5. Madu.
Semenjak tahun ini, saya selalu minum madu asli setiap hari sebelum tidur. Untuk perjalanan, saya bisa bawa madu botol kecil atau yang dalam sachet kecil sesuai lamanya perjalanan.

6. Roti
Roti termasuk camilan yang bisa mengenyangkan. Sebisa mungkin cari yang roti gandum dan tidak terlalu manis. Bisa juga bawa kue basah atau kering jika tidak ada roti yang tersedia.

7. Susu Kotak
Susu kotak/botol sangat mudah dijumpai di pasaran dan seharusnya selalu ada di dalam tas anda.

8. Coklat (dalam jumlah kecil)
Coklat sejatinya sehat jika dikonsumsi secukupnya (sedikit saja). Saya suka bawa aneka coklat dari merk Top, Fullo dan hanya bawa satu dan ukuran yang kecil aja.

9. Cereal 
Camilan ini sangat bermanfaat kalau anda nginep di hostel yang nggak memberikan makan pagi. Daripada mengonsumsi mi instan, cereal instan banyak dijumpai dalam kemasan kecil bisa dijadikan pilihan tepat. Saya suka juga loh makan cereal gitu aja kering kering nggak dikasih susu

10. Permen
Permen yang saya bawa biasanya untuk pelega tenggorokan. Sering juga buat saya kunyah kunyah di dalam pesawat agar telinga saya gak mampet.

PS : Beberapa camilan di atas memang lebih mahal dari rata rata camilan yang tersedia, tapi nggak apa apa deh. Daripada makan angin doang, mending makan yang berguna. Sehat itu mahal. Tapi kalao sakit, lebih mahal lagi kakak.

Taco, praktis buat dibekalin, sehat dan enak!

Kalau kamu bawa camilan apa di jalan?

Hidup di Luar Negeri

Rabu, 11 Maret 2015 0 komentar

Luar negeri..oh Luar Negeri.
Membayangkannya saja sudah menyenangkan apalagi bisa mengunjunginya.
Emang yah taman tetangga itu pasti kelihatannya lebih hijau. Seperti saya (kita) yang melihat luar negeri begitu eksotis. Begitupun bagi orang asing yang berfikir Bali begitu wah-nya padahal mungkin bagi orang lokal yang telah mendiami di sana merasa biasa biasa saja.

Tapi bagaimana jika suatu saat kita diberikan izin untuk menjelajahi taman tetangga tersebut? Bermukim di sana dan langsung merasakan rumput hijau di taman tersebut? Apakah luar negeri itu akan sama seperti bayangan kita sebelumnya ketika hanya mengintip dari lobang pagar?

Beruntung saya sudah diberikan kesempatan tinggal di 2 benua, 2 negara yang merupakan impian banyak orang. Yang pertama di Queensland, Australia (2 bulan) dan berikutnya Arizona, USA (10 bulan). Saya suka ditanya mana yang lebih enak diantara kedua negara tersebut? Rasanya sama saja terutama mungkin karena sama sama english-speaking country dan budaya masih tak jauh beda.


Lalu bagaimana kalau dibandingkan dengan Indonesia? Enak mana?
Jawabnya enak di Luar Negeri asalkan ....

Aman
Biasanya di negara maju tingkat kriminalitas lebih rendah serta minim gonjang ganjing politik sehingga masyarakat pun merasa aman dan nyaman. Paling tidak berdasar pengalaman saya tinggal di USA dan Australia, sekalipun jalan jalan sendiri di malam hari dan mengenakan pakaian sesuka hati, saya tak merasa takut. Cukup standby dengan Hp dan 911 akan sigap menolong dalam hitungan menit. Namun, yang namanya bahaya memang bisa mengintai dimana saja jadi tetap harus waspada.


Bisa Mandiri
Negara maju biasanya membiasakan masyarakatnya apa apa bisa sendiri . Soalnya biaya meng-hire karyawan untuk melayani customer itu mahal jendral. Selain itu, mereka cenderung bersikap jujur. Misal isi bensin, bayar sendiri masukin sendiri bensinnya. Beli barang di supermarket, bayar di kasir dalam barangnya ambil sendiri di luar. Makan di restoran cepat saji, habis makan juga buang sampah sendiri karena nggak kayak di Indonesia yang bakalan ada pelayan sigap bersihin meja. Bagi yang terbiasa manja atau dilayani, tentu lebih enak tinggal di Indonesia ada pembantu di rumah. Di Luar Negeri mana mungkin bisa kecuali tajirnya sekelas selebritis.  

Jelas statusnya
Luar Negeri memang jadi impian banyak orang. Pokoknya tinggal di sana adalah mutlak sehingga ada saja segelintir orang yang bersedia hidup di sana tanpa dokumen resmi atau menjadi ilegal. Saya ada menjumpai beberapa orang yang seperti ini, tetapi saya tak ingin men-judge mereka dari keputusan yang mereka ambil. Saya justru merasa kasihan dengan mereka karena kerap kali illegal immigrant ini hanya bisa kerja serabutan dan jika diperlakukan semena mena oleh bosnya tentu tidak bisa mengadu ke polisi. Oleh karena itu, jika ingin tinggal di luar negeri, haruslah punya status yang jelas agar tidak dihantui kecemasan. Kalau tidak yah enakan di Indonesia saja.

Berkecukupan
Luar Negeri itu mahal apalagi jika rupiah terus melorot. Kalau punya penghasilan atau dapat tunjangan dari pemerintah sana, tentu tidak masalah. Namun jika membiayai hidup dari kantong kita sendiri yang berasal dari Rupiah, wah harus pinter pinter berhemat dan punya alasan kuat kenapa ingin tinggal di Luar Negeri. Jika tidak, sebaiknya mempertimbangkan untuk tinggal di tanah air saja. Biar pas pasan, biaya hidup di Indonesia masih tergolong rendah. Sedangkan di luar negeri, ambil contoh di USA rata rata mahasiswa di sini harus sudah bekerja paruh waktu untuk memghidupi dirinya. Belum lagi sebagian besar mereka mengutang ke negara untuk bisa kuliah. Jadi meskipun udah tamat, mereka tetap harus nyicil utang tersebut sewaktu mereka kerja dan begitu seterusnya. Saya juga pernah baca buku tentang jurnalis yang pura pura menjadi orang miskin di USA dan kisahnya miris. Ternyata, USA sebagai salah satu negara terkaya di dunia tetap punya homeless, peminta minta gelandangan, dan orang miskin yang bekerja mati matian untuk mencukupi kebutuhannya. Pokoknya jauhlah dari glamornya Hollywood. Orang orang miskin ini bekerja serabutan seperti menjadi tukang bersih rumah, cleaning service, pelayan, di swalayan dan setiap harinya harus kerja lebih dari satu macam untuk menghidupi dirinya sendiri. Jika punya suami dan anak? wah kebayang dong repotnya. Belum lagi kalau mereka sakit, jika tak punya asuransi maka bisa bikin bangkrut dan jadi masuk ke jurang kemiskinan yang lebih dalam. Duh!


Tahan akan perubahan cuaca
Tidak seperti di Indonesia yang cuacanya hanya dua yakni panas atau panas sekali. Eh salah hujan dan panas ehehe. Di luar negeri beberapa tempat punya empat musim. Sebagai manusia berdarah panas, saya bisa tahan panas ketimbang tahan dingin. Jadi musim dingin is not my favorite things. Sekali dua kali saja berkenal dengan salju sudah cukup. 

Bisa Jauh dari keluarga
Bagi banyak orang ini adalah pertimbangan utama jika ingin hidup di luar. Percayalah skype dan whatsapp belum bisa menggantikan menatap keluarga langsung. Lagian perbedaan waktu akan membuat komunikasi lebih terkendala. Giliran mau curhat, keluarga di kampung lagi tidur pulas dan begitu sebaliknya. Gosip dan news dari rumah pun bisa telat nyampai ke telinga kita.

Open-minded
Berada di negara baru kita akan bertemu dengan orang orang baru yang tidak dibesarkan seperti kita. Perbedaan mulai dari budaya, cara hidup, bersosialisasi serta pandangan pandangannya akan mungkin sekali tidak sama. Bila ingin kerasan, berusalah menjadi orang yang open-minded. Anda tak harus mengubah pandangan anda untuk bisa bergaul dengan mereka. Pahami dan hormatilah. Seperti juga anda ingin mereka mengerti kenapa tinggal serumah dengan pacar bukan pilihan atau kenapa anda tidak makan bacon.


Bisa Bahasa Negara Tersebut
Bahasa penting sebagai alat komunikasi. Kalau nggak capek juga kan beli barang hanya bisa nunjuk nunjuk atau pake kalkulator? Sebisa mungkin pahami bahasa dasar negera tersebut. Dengan mencoba belajar, paling nggak si penjual bakal kasih disko khusus mungkin karena kita sudah mencoba menggunakan bahasa mereka. Yah sama halnya kita akan bangga kalau ada bule fasih bahasa indonesia. Ya nggak?

Mau Kerja Keras
Nggak ada ojek, cuci baju sendiri, kerja adalah sekelumit kisah para pendatang yang hidup di luar negeri yang jika ditekuni terus niscaya akan membawanya pada kesuksesan.

Siapa lagi yang udah ngerasaiin hidup di Luar Negeri? Tambahin dong!
PS : Di manapun tinggal, selalu ada yang enak maupun tidak. Selalu ada sesuatu yang dikorbankan untuk meraih sesuatu. Tidak ada tempat yang sempurna. Bijaklah memilih dan nikmati. Oleh karena itu ikutilah kata hatimu :)

Peduli Lingkungan di Hotel

Selasa, 10 Maret 2015 0 komentar

Anda tak salah baca judul di atas. Iya bisa kok teman.
Dengan semakin banyaknya orang yang jalan jalan, semoga kita tetap ingat menjaga alam lingkungan dengan cara paling sederhana yakni tidak membuang sampah sembarangan. Pada prakteknya untuk menjadi Responsible Traveler dimana aja bisa kok termasuk di penginapan. Tenang saja tips tips yang telah saya praktekkan ini simpel namun jika dibiasakan akan banyak bermanfaat terutama bagi lingkungan.

Hotel di Bintan

Hemat Kertas
1. Mengambil brosur / peta / pamflet seperlunya
Jika hanya ingin liat liat saja atau kasihan sama mbak SPGnya cantiknya, itu tandanya anda tak peru mengambilnya kecuali jika benar benar dipakai. Misalnya kalau saya akan membutuhkan info dalam brosur tersebut sebagai referensi menulis. Namun kadang kala brosur / pamflet yang saya temui minim info atau ternyata data yang saya butuhkan hanya ada segelintir saja. Kalau sudah begini mending saya foto saja ketimbang mengambil brosur / pamflet / peta tersebut dan akhirnya hanya menuh menuhin tas dan berakhir di tong sampah. Jika hanya penasaran, bisa langsung lihat / baca di tempat dan mengembalikannya lagi.

2. Mengeliminasi penggunaan kertas receipt / bon.
Saya pribadi tidak pernah membuat pembukuan uang masuk dan keluar sewaktu jalan jalan sehingga tidak butuh receipt / bon. Kalaupun perlu, lebih praktis langsung saya catat di buku. Memang kebanyakan toko / mall / restoran pasti selalu memberi kertas receipt untuk tiap transaksi. Kalau di USA, sudah ada pilihan apakah ingin mencetak receipt transaksi atau bagi yang butuh untuk rekap bisa diemailkan, keren kan. Untuk di Indonesia, paling tidak ketika kita memesan tiket pesawat / kamar hotel cukuplah meng-print tiketnya saja tanpa mencetak invoice-nya. Oh anda kumpulin karena lagi dinas / business trip buat di-reimburse nanti? Baiklah kalau itu pengecualian.

3. Membawa notebook bekas.
Suka menulis ketika jalan jalan? Bawa notepad lama bekas trip sebelumnya bisa kok. Nggak perlu beli baru. Aku jadi inget dulunya ketika naik kelas, selalu menggunakan buku tulis kelas sebelumnya dengan lebih dulu membuang kertas yang telah terisi. Hingga sekarang kebiasaan ini masih melekat. Biasanya notepad saya selalu dari kertas bekas. Bahkan jika ada kertas yang ada sedikit kosongnya, suka saya gunting dan kumpulin untuk kertas coret coret.


Hemat air
1. Menggunakan handuk seperlunya.
Salah satu fasilitas hotel yang sangat dibutuhkan adalah handuk. Semakin tinggi bintang hotel tersebut, semakin banyak pula handuk yang disediakan. Mulai dari baju handuk, handuk besar, handuk kecil untuk kepala hingga handuk untuk lap tangan. Jumlahnya pun kadang rangkap dua. Jadi dari sebanyak handuk itu, rasanya tidak perlu lagi kita mengorder handuk baru setiap harinya. Wong kalau di rumah saja belum tentu seminggu sekali saya ganti handuk. Biasanya hotel hotel sekarang sudah mulai kampanye hemat air dengan memberikan informasi berapa banyak air yang dibutuhkan untuk mencuci handuk tersebut serta himbauan bahwa handuk tidak dicuci tiap hari kecuali diletakkan misalnya di lantai / bathub. Great Idea!
2. Menutup keran air ketika gosok gigi.
Lebih baik menampungnya di gelas yang tersedia. Oh kalau saya malah suka gosok gigi pas showeran. Eh malah lebih gak hemat ga yah?
3. Mandi secukupnya
Nah ini sebenarnya dilema. Cukup bagi orang tentu beda beda. Ada yang mandi sekali atau dua kali dalam sehari. Ada yang mau pakai bathbub yang tentunya lebih goros air. Tapi ada juga yang suka shower dan lama. Kalau saya memang lebih suka berdiri lama lama di shower, tapi karena sadar saya kecilin airnya biar hemat. Kalau untuk berendam mendingan di jacuzzi atau sekalian berenang. 

Hemat Energi
1. Menggunakan lampu dan perlatan listrik lainnya seperlunya
Meskipun sudah bayar mahal nginap di hotel, tetaplah bijak. Matikan segala peralatan ketika akan keluar atau tidak perlu menghidupkan TV semalaman ketika tidur.
2. Membuka gorden kamar agar sinar matahari masuk daripada harus menghidupkan lampu. Ssst kecuali menginginkan full privacy ketika sedang melakukan sesuatu. Ehem..
3. Lampu lampu yang sejatinya hanya  untuk meperindah ruangan juga bisa dimatikan seperti di mini bar, sebelah tempat tidur, koridor, meja lampu dan jangan lupa kamar mandi.
4. Jika saya hanya butuh menginap dua malam dan seorang diri, biasanya hari kedua saya nggak minta kamar dibersihin. Selain saya lebih nyaman tidak ada orang yang masuk ke kamar, saya juga ngerasa hari kedua kamar tak akan kotor karena kebanyakan hanya untuk tidur dan ke WC. Jadi saya berbaik hati biarlah cleaning service-nya dapat bonus satu kamar yang dapat dilewati. Toh pas check-out mereka juga pasti bersihin semuanya lagi untuk tamu berikutnya. Hemat yah saya??

Hemat Botol
1.Biasanya toiletries menggunakan botol botol kecil yang imut dan biasanya selalu saya bawa pulang sebagai oleh oleh dan untuk perjalanan saya berikutnya. Tetapi saat ini sudah ada beberapa hotel yang meletakkan sabun dan sampoo cair dalam wadah khusus yang ditempel di dinding untuk menghemat pengunaan botol plastik ini.
2. Saya suka sekali ketika menginap di Amris Bandung Cihampelas karena mereka menyediakan dispenser air minum di tiap lantai. Dengan begini, pengunjung dapat mengisi ulang air minumnya ke botol mereka masing masing atau menggunakan kembali botol air minum mineral yang tersedia gratis untuk isi ulang. Hitung hitung hemat uang beli air nih.

Dispenser Hotel Amaris Cihampelas
Sepeda untuk transportasi jarak dekat
Kalau hanya sekitaran hotel, jalan kaki saja itung itung olahraga. Pilihan lainnya naik sepeda aja untuk membantu mengurangi polusi. Paling nggak fasilitas penyewaan sepeda ini sudah saya jumpai di Santika Bengkulu.

Hijau hijau gini damai yah - Hotel Novotel Solo

Saran bagi hotel :
1. Menyediakan tempat sampah recycle. Dengan adanya hal ini bisa juga menjadi imbauan juga bagi pengunjung untuk sadar lingkungan.
2. Menyediakan lebih banyak taman dan tanaman di seluruh hotel. Kalau perlu hotelnya ketutup rumput gitu bagus juga yah. Tapi jangan sampai banyak nyamuk juga.
3. Biasanya ssaya suka liat toilet duduk itu pencetan flushnya ada dua. Kecil untuk buang air kecil sehingga air yang dikucur lebih sedikit dan besar tentu saja untuk BAB. Bagus juga nih idenya untuk diterapkan. Lalu untuk kertas toiletnya ada tuh biasanya kertas dari hasil daur ulang untuk keperluan di toilet saja. Daripada habis habisin hutan Indonesia.

----
Rasanya kalau dapat melakukan sesuatu yang kecil untuk bumi kita, seneng deh. Paling nggak jika kita tidak dapat menyelamatkan bumi dari kehancuran lingkungan, paling tidak jangan ikut andil besar merusaknya. Setuju?

Cap Go Meh di Jambi

Kamis, 05 Maret 2015 0 komentar

Sudah tradisi bagi keluarga kami untuk mengunjungi kelenteng Hok Kheng Tong di malam Cap Go Meh. Jam menunjukkan pukul 18.30 dan Papa sudah senewen karena kami telat berangkat dari rumah. Jalanan menuju kelenteng merayap pelan karena penuh tumpukan kendaraan dan pedagang kecil yang berebut tempat. Untung kami terselamatkan ketika menemukan spot parkir yang strategis. Namun kembali senewen setelah tahu si tukang parkir mematok harga parkir Rp.10.000. Sungguh Cap Go Meh yang membawa berkah bagi mereka.

Kami baru akan masuk ke area pelataran kelenteng ketika Rombongan pawai Cap Go Meh yang terdiri dari barongsai, naga, umbul umbul dan patung dewa juga datang.
"Minggir..Minggir"
"Kasih jalan oi"
Teriakan para panitia tersebut memaksa pengunjung merapat ke tepi jika tidak ingin tersundul liukan naga.

Meski begitu, bagai tersihir, kami dan para pengunjung tetap antusias dan mengekor kemana rombongan tersebut pergi dari belakang. Namun karena suasana kelenteng yang bagaikan lautan manusia itu, kami menyerah dan memilih menepi ke sisi kelenteng. Aku dan keluargaku sejenak beristirahat sambil berusaha mencari oksigen di tengah pekat asap Hio (dupa).
Altar Sembahyang menghadap ke luar
Tiba tiba si mama langsung mencengkeram lenganku.
"Itu lihat dewanya udah masuk" bisik mama.
Dari jarak sekitar 5 meter nampak seorang lelaki kurus tinggi melompat lompat sambil mengayunkan tangannya ke atas dan masuk ke kelenteng. Sudah pasti ini bukan karena pengaruh euforia Cap Go Meh.
Aku yang sudah menantikan momen ini langsung menyiapkan kamera dan siap memburu si lelaki.

Di dalam kelenteng, suasana tak kalah sesak. Susah sekali rasanya bergerak nyaman. Beda sekali dengan si lelaki yang terus bertingkah mencolok. Orang orang sekitar paham akan keadannya dan langsung memberikan ruang lega untuknya bergerak. Si lelaki bergerak dari tengah kelenteng, menuju depan altar sembahyang dan akhirnya memilih keluar melebur dengan lautan manusia. Sayang saya tak berhasil mengabadikan momennya.

Namun perhatian saya kembali terengut oleh empat lelaki lainnya yang sudah dimasuki dewa jauh sebelum si lelaki kurus kering tersebut. Konon, sewaktu perayaan Cap Go Meh pihak kelenteng memang memanggil para dewa turun ke bumi untuk memberkati tahun baru di bumi agar senantiasa aman, sehat dan terhindar dari segala yang berbau negatif. Sebagai medianya, beberapa orang terpilih ini lah yang akan dihinggapi si dewa.

Empat dewa tersebut bertelanjang dada namun dipakaikan sebuah kain spesial mirip celemek di dapur. Beberapa pria punya tato di bagian tubuhnya. Namun yang paling menarik dari mereka adalah sebuah besi tipis yang tertancap di pipinya melewati daerah di antara bibir dan hidung dan tembus hingga ke bagian pipi satunya lagi. Ouch! Namun nyatanya karena mereka sudah tidak memiliki kontrol atas tubuhnya sendiri, besi itu mungkin ibarat aksesoris saja. Di ujung besi tersebut ditancapkan juga kertas sembahyang serta beberapa buah seperti jeruk atau pir. Dengan kondsisi begini, tak heran jika rasanya aku nyaris tak pernah melihat para dewa ini berbicara. Mereka hanya mengerang atau bergumam saja.

Selayaknya dewa, ke empat lelaki yang berbeda beda usianya ini duduk di meja kayu sembahyang dan dikerubungi oleh pengunjung. Kesempatan ini dimanfaatkan para pengunjung yang punya masalah dalam hidupnya untuk curhat. Ada yang berkisah tentang sakit menahun yang tak kunjung sembuh, kemelut hidup, kondisi keluarga yang runyam dan macam macam lagi. Asalkan bukan untuk meminta rejeki atau nomor togel saja. Sebagai dewa yang baik, ke empat dewa tersebut dengan sigap menorehkan sesuatu di kertas kuning dan memberikannya kepada pegunjung. Kata mama, nanti kertas tersebut bisa diminum atau ditempel dan semoga semua masalah lenyap.

Dari belakang salah satu dewa, tampak seorang lelaki muda dengan potongan rambut dibawah sedikit gondrong sedang mengamati jalannya acara tersebut. Namun di detik berikutnya si lelaki ini mulai menunjukkan gejala yang sama seperti laki laki pertama yang kurus kering. Dia mulai meloncat jumpalitan dan kehilangan dirinya. Panita yang melihatnya langsung tahu apa yang harus dilakukan. Panita tersebut membantu si dewa baru melepaskan kaos merahnya.

"Ma, apo syaratnyo biar dewa biso masuk?" Tanyaku penasaran menerka nerka siapa lagi calon dewa berikutnya.
"Ya nggak tahu, Yang penting dekat dengan dewa lah." jawab mama.
"Berapo orang yang biasonyo dimasuki dewa?" Tanyaku lagi.
"Dak tahu. Terserah dewanyo." jawab mama
"Kok dak ado yang masuk ke cewek?" tanyaku mengantisipasi.
"Dak boleh lah. Dewa harus cowok."
Hm..jawaban mama masih agak absurd se-absurd suasana saat ini.

Si dewa baru kini sudah berada di depan altar sembahyang yang penuh dengan patung dewa dan printilan sembahyang lainnya. Setelah mondar mandir, sepertinya dia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia menunjuk nunjuk ke arah tersebut. Sempat dia beberapa kali berusaha mengambilnya namun sepertinya mengurungkan niatnya.

Beberapa panitia datang menghampirinya kembali. Mereka memasangkan kain mirip celemek tersebut untuknya dan juga memasangkan semacam umbul umbul kecil yang diikatkan di celananya. Untungnya dia memakai jeans. Kalau celana training / kain...gawat bisa melorot.

Setelah tampak lebih mirip dewa seperti senior - seniornya, si dewa baru ini masih terus menunjuk nunjuk ke dalam sebuah altar sembahyang. Si panitia yang seperti dapat mengerti bahasa tubuh ini langsung memberikannya sebuah benda bulat yang telah dipenuhi paku di tiap permukaannya. Bagai menemukan mainan baru, si dewa langsung mengibaskan benda dengan rantai besi itu ke punggungnya. Berkali kali. Darah dan luka mulai terlihat namun sepertinya dia baik baik saja dan meluncur ke luar kelenteng, siap untuk atraksi berikutnya yang lebih memukau.


Dewa Cap Go Meh


Pengunjung mulai menyemuti lapangan di depan kelenteng karena melihat tanda tanda pertunjukan sudah dimulai. Panitia sudah meletakkan jerami kering dan kertas hio di atasnya. Tak lupa juga disirimkan minyak tanah agar api segera tersulut dan berkobar.

Dari pintu belakang, rombongan pawai telah tiba dari berkeliling ke lima kelenteng sekitar lainnya. Pertama tama pawai manusia yang membawa lampion dan umbul umbul tiba terlebih dahulu baru disusul barongsai dan naga. Baru yang telah ditunggu tunggu tiba yakni si patung dewa yang diarak dalam kursi kayunya yang ditandu dua orang. Para pemegang tandu hanya berfungsi memegang tandu tersebut karena sejatinya dewa dalam patung tersebut lah yang menggerakkannya. Tak heran jika terkadang penonton harus kocar kacir lari menghindari goyangan kursi tandu merah dewa tersebut. Setelah cukup yakin, si pemegang tandu pun mengambil aba aba dan berlari kencang menuju kobaran api.

Hup! mereka pun melompat dengan sukses tanpa terluka. Yang lain melihatnya pun tersulut semangatnya dan mulai melompat juga. Arak arakan ini hanya berlangsung sebentar sebelum akhirnya selesai dengan diluncurkannya kembang api yang memeriahkan langit purnama jambi.

Merah dimana mana saat Cap Go Meh
Selamat berakhirnya tahun baru Imlek teman!

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets