Indonesia bagian timur sudah tak diragukan lagi akan keindahan alamnya. Di Nusa Tenggara Timur sendiri karunia alamnya yang patut disyukuri adalah banyaknya deretan pantai yang seakan tak habis dijelajahi. Namun jika boleh dan harus memilih, jangan lewatkan yang 3 ini saja karena masing masing punya karakternya yang khusus. Lagian dalam satu hari bisa mengelilinginya dan dijamin bakal PUAS!
Sunset di Pantai Tablolong |
1. Pantai Tablolong
Pantai Tablolong adalah pantai yang berada di paling selatan pulau Timor dan merupakan perwujudan dari pantai impian saya. Suasananya sepi asik buat mojok, pantainya bersih asik buat mojok, pasirnya putih dan halus enak buat mojok dan airnya pun tenang kayak orang yang lagi mojok. Ngg... untungnya pas saya dateng nggak ada yang beneran lagi mojok. Akhirnya saya yang memilih agak ke pojokan karena melihat ada sebuah keluarga kecil lagi kumpul bareng. Si ibu sedang menemani dua bocah laki lakinya yang sedang main pasir. Mereka guling gulingan sambil sesekali melempar pasir. Sesekali si ibu mengingatkan bocah tersebut bahwa pasir tersebut mengenai saya.
Anjas dan Putra, begitu nama kedua bocah itu. Anjas anak paling gede dan cakep banget. Warna matanya itu loh yang membedakan dan bikin luluh hati saya. Selain itu, dia bukan tipikal anak malu malu yang menutupi mulut ketika disapa.
Tak lama, datanglah si bapak menggunakan perahu kecil kayu membawa hasil kerjanya hari ini, yakni rumput laut dari tengah laut. Dengan sigap si ibu langsung mengangkutnya ke dalam keranjang yang nantinya akan dikeringkan lagi di pinggir pantai. Begitu seterusnya hingga si rumput laut itu benar benar kering dan semua itu memakan waktu hingga berhari hari. Setelah itu, mereka tinggal menunggu pengepul yang akan datang membeli hasil jerih payah mereka yang cuma dihargai 3ribu / kilonya. Ya ampun... cari duit kok susah banget yah :(
Meski begitu, tak tampak sedikitpun hidup mereka susah. Si bapak dengan kondisi kakinya harus berjalan pincang tapi masih bisa punya waktu menikmati senja ditemani sebatang rokok dan tawa riang keluarganya. Si ibu meski tidak punya apa apa, senyumnya seolah tak pernah hilang dari wajahnya. Ia pun saban hari bisa selalu dekat dengan anak anak. Si anak? tentu saja merupakan bocah paling bahagia karena punya pantai sebagai tempat bermainnya yang terindah yang bisa dinikmati kapan saja.
Ternyata untuk bahagia itu tidak perlu banyak yah. Cukup bersyukur atas karunia yang ada dan momen saat ini.
2.Pantai Kolbano
Anjas dan Putra, begitu nama kedua bocah itu. Anjas anak paling gede dan cakep banget. Warna matanya itu loh yang membedakan dan bikin luluh hati saya. Selain itu, dia bukan tipikal anak malu malu yang menutupi mulut ketika disapa.
Tak lama, datanglah si bapak menggunakan perahu kecil kayu membawa hasil kerjanya hari ini, yakni rumput laut dari tengah laut. Dengan sigap si ibu langsung mengangkutnya ke dalam keranjang yang nantinya akan dikeringkan lagi di pinggir pantai. Begitu seterusnya hingga si rumput laut itu benar benar kering dan semua itu memakan waktu hingga berhari hari. Setelah itu, mereka tinggal menunggu pengepul yang akan datang membeli hasil jerih payah mereka yang cuma dihargai 3ribu / kilonya. Ya ampun... cari duit kok susah banget yah :(
Meski begitu, tak tampak sedikitpun hidup mereka susah. Si bapak dengan kondisi kakinya harus berjalan pincang tapi masih bisa punya waktu menikmati senja ditemani sebatang rokok dan tawa riang keluarganya. Si ibu meski tidak punya apa apa, senyumnya seolah tak pernah hilang dari wajahnya. Ia pun saban hari bisa selalu dekat dengan anak anak. Si anak? tentu saja merupakan bocah paling bahagia karena punya pantai sebagai tempat bermainnya yang terindah yang bisa dinikmati kapan saja.
Ternyata untuk bahagia itu tidak perlu banyak yah. Cukup bersyukur atas karunia yang ada dan momen saat ini.
Anjas & Putra |
Si bapak petani rumput laut |
Sepintas tidak ada yang istimewa di pantai ini kecuali semburat warna laut biru segar yang terpancar bahkan dari kejauhan. Katanya, pantai ini juga sudah sangat dekat dengan Australia. Kalau malam bisa loh kelihatan lampu lampu dari negara tetangga. Sayangnya saya datang di siang bolong jadi nggak keliatan apa apa.
Semakin mendekati garis pantai, saya disambut dengan banyaknya bebatuan kecil aneka warna dan bentuk yang berserakan di sepanjang pantai. Batu batu ini kabarnya dibawa dari laut ketika air pasang dan selalu tak pernah habis meski sudah banyak yang mengambil. Bagi kamu kamu yang punya kolam di rumah, coba cek mungkin saja batu batu indah yang mengisi kolom Anda berasal dari pantai ini. Soalnya memang batu batu ini sudah dijadikan komoditi ekspor untuk menghias taman atau kolam.
Ketika saya sampai di sini, saya langsung diikuti dua bocah SD yang masih punya hubungan keluarga yang menemani saya kemana mana. Karena mereka menawarkan barang jualan (sekantong batu akik dan batu batu cantik lainnya) dengan sopan, saya tak merasa harus "mengusir" mereka karena toh sayalah tamu mereka di daerah mereka.
Lucunya, selama di sini saya merasa cukup nyaman berada bersama mereka. Sewaktu makan siang, saya memberikan mereka ayam, kerupuk, jeruk yang tidak saya makan ke mereka. Mereka tentu senang sekali karena sedari pagi paling hanya makan jagung bose (makanan tradisional di kupang). Lalu sewaktu saya mau membuang botol minum saya yang masih setengah isinya, si adik adik ini langsung bilang
"Kakak, mau airnya." katanya
Ups saya lupa bahwa tempat ini selalu kering dan minim fasilitas air. Saya jadi merasa malu. Langsung saja kuberikan botol air itu untuk mereka.
Daripada mubazir, akhirnya saya kasih juga anak anak itu kue kue basah yang saya bawa. Mereka sampai rebutan dan saya harus mengingatkan ke anak yang besar untuk mau berbagi sama anak yang kecil.
Cukup lama saya berada di pantai ini. Sempat juga manjat ke bukit batu yang kalau dari samping ini bentuknya sepertinya wajah monyet. Pemandangan dari atas lebih keren loh cuma harus hati hati yah!
Berada di pantai ini, sepertinya tak susah mencari aktifitas. Saat itu saya sedang duduk ngadem dekat pohon, lalu datanglah anak-anak yang lain dan mereka pun ikut duduk bersama saya. Mereka tertarik dengan apa yang ada di tangan saya yakni brosur dan cd pariwisata tentang kupang dan daerahnya. Saking excited-nya mereka, saya duga mereka bahkan belum pernah melihat brosur tersebut. Padahal di salah satu booklet, pantai kolbano ini dijadikan covernya. Mereka berbicara dalam bahasa mereka menduga duga siapakah orang yang kebetulan tertangkap kamera di kamera itu.
Saya juga sempat bertanya beberapa tempat wisata yang ada di daerah ini, dan kebanyakan tidak tahu tempat tersebut. Yang mereka tahu palingan pantau oetune yang juga dekat dari sini. Miris! Oleh karena itu saya kasih saja sebuah cd pariwisata tersebut ke anak anak tersebut agar mereka paham tentang daerah mereka sendiri. Sempat ada ibu ibu yang juga mau cd tersebut. Mungkin buat hiburan tontonan nanti malamnya. Ya udah gantian nonton yah tar?
Lalu anak anak yang lain yang masih mengerubungi saya, saya tes untuk membaca. Wah rata rata di luar dugaan mereka sangat mahir membaca meskipun akses timur mereka yang kental kadang membuat saya tersenyum. Saking saya merasa sudah dekatnya, saya melakukan satu hal yang tak saya duga saya lakukan yakni meminjamkan seorang anak remaja tersebut kamera saya dan membiarkan dia mengambilkan saya gambar berkali kali. Awalnya saya lihat dia sangat tertarik sama kamera putih saya. Saya juga sempat mengambil fotonya. Lalu saya pikir kenapa tidak kasih pinjam ke dia? sempat ragu sih namun karena saya bersama banyak teman dan ditemani orang lokal di sana, saya pikir tidak bakalan kenapa napa. Toh memang akhirnya dia girang sekali. Ketika akhirnya saya minta kembali kamera saya, ada sih terlihat dia masih pengen menggunakannya tapi setelah itu dia ikhlas mengembalikannya. :)
Semua itu tentu tak akan terjadi kalau anak anak di sini tidak sopan sopan dan baik. Nah sewaktu saya mau pulang, ada sih beberapa anak anak yang mencoba peruntungannya yang terakhir untuk menjual batu atau "minta" duit namun saya tolak dengan halus dan sepertinya mereka bisa merelakan kepergian saya.
Nah gitu dong dek. Jangan pernah menjual senyum manismu itu demi beberapa lembar rupiah yah :)
3. Pantai Oetune
Semakin mendekati garis pantai, saya disambut dengan banyaknya bebatuan kecil aneka warna dan bentuk yang berserakan di sepanjang pantai. Batu batu ini kabarnya dibawa dari laut ketika air pasang dan selalu tak pernah habis meski sudah banyak yang mengambil. Bagi kamu kamu yang punya kolam di rumah, coba cek mungkin saja batu batu indah yang mengisi kolom Anda berasal dari pantai ini. Soalnya memang batu batu ini sudah dijadikan komoditi ekspor untuk menghias taman atau kolam.
Batu di Pantai Kolbano |
Lucunya, selama di sini saya merasa cukup nyaman berada bersama mereka. Sewaktu makan siang, saya memberikan mereka ayam, kerupuk, jeruk yang tidak saya makan ke mereka. Mereka tentu senang sekali karena sedari pagi paling hanya makan jagung bose (makanan tradisional di kupang). Lalu sewaktu saya mau membuang botol minum saya yang masih setengah isinya, si adik adik ini langsung bilang
"Kakak, mau airnya." katanya
Ups saya lupa bahwa tempat ini selalu kering dan minim fasilitas air. Saya jadi merasa malu. Langsung saja kuberikan botol air itu untuk mereka.
Daripada mubazir, akhirnya saya kasih juga anak anak itu kue kue basah yang saya bawa. Mereka sampai rebutan dan saya harus mengingatkan ke anak yang besar untuk mau berbagi sama anak yang kecil.
Cukup lama saya berada di pantai ini. Sempat juga manjat ke bukit batu yang kalau dari samping ini bentuknya sepertinya wajah monyet. Pemandangan dari atas lebih keren loh cuma harus hati hati yah!
Pantai Kolbano dan bukit batu mirip wajah monyet |
Pantai Kolbano dari atas. Biruuuuu! |
Saya juga sempat bertanya beberapa tempat wisata yang ada di daerah ini, dan kebanyakan tidak tahu tempat tersebut. Yang mereka tahu palingan pantau oetune yang juga dekat dari sini. Miris! Oleh karena itu saya kasih saja sebuah cd pariwisata tersebut ke anak anak tersebut agar mereka paham tentang daerah mereka sendiri. Sempat ada ibu ibu yang juga mau cd tersebut. Mungkin buat hiburan tontonan nanti malamnya. Ya udah gantian nonton yah tar?
Lalu anak anak yang lain yang masih mengerubungi saya, saya tes untuk membaca. Wah rata rata di luar dugaan mereka sangat mahir membaca meskipun akses timur mereka yang kental kadang membuat saya tersenyum. Saking saya merasa sudah dekatnya, saya melakukan satu hal yang tak saya duga saya lakukan yakni meminjamkan seorang anak remaja tersebut kamera saya dan membiarkan dia mengambilkan saya gambar berkali kali. Awalnya saya lihat dia sangat tertarik sama kamera putih saya. Saya juga sempat mengambil fotonya. Lalu saya pikir kenapa tidak kasih pinjam ke dia? sempat ragu sih namun karena saya bersama banyak teman dan ditemani orang lokal di sana, saya pikir tidak bakalan kenapa napa. Toh memang akhirnya dia girang sekali. Ketika akhirnya saya minta kembali kamera saya, ada sih terlihat dia masih pengen menggunakannya tapi setelah itu dia ikhlas mengembalikannya. :)
Semua itu tentu tak akan terjadi kalau anak anak di sini tidak sopan sopan dan baik. Nah sewaktu saya mau pulang, ada sih beberapa anak anak yang mencoba peruntungannya yang terakhir untuk menjual batu atau "minta" duit namun saya tolak dengan halus dan sepertinya mereka bisa merelakan kepergian saya.
Nah gitu dong dek. Jangan pernah menjual senyum manismu itu demi beberapa lembar rupiah yah :)
3. Pantai Oetune
Tidak begitu jauh dari pantai kolbano, mampirlah sebentar ke Pantai Oetune yang masih sama sama berada di wilayah kabupaten Timor Tengah Selatan ini. Pantai ini memiliki ciri khas unik yakni pantai yang diselimuti dengan gundukan pasir layaknya di gurun. Beberapa gumuk pasir yang membentuk bukit kecil nampak sangat indah dipadukan dengan garis pantai yang landai memberikan efek tidak biasa di mata.
Memang begitu masuk kawasan pantai, gumuk gumuk pasit ini tidak langsung kelihatan. Yang ada hanya pantai coklat lempeng dengan beberapa pendopo dan pohon kelapa di mana mana. Saya dan teman teman harus ke arah kiri di tempat yang lebih sepi orangnya sehingga alur alur ombak pasir kayak gambar ini berlum dipijaki manusia untuk mengambil gambar yang bagus. Pasir pasir ini juga karena disinari matahari kupang yang luar biasa terik bisa jadi panas banget kalau anda ingin jalan jalan dengan kaki telanjang, pikir - pikir dulu deh.
Yang paling segar yang bisa dilakukan di sini adalah membeli sebuah kelapa muda segar hasil panjatan anak anak lokal dan langsung dipotong ketika dipesan. What can be better than this?
Pantai Oetune |
Udah mirip gumuk pasir di Jogja belom? |
Menyesap kelapa di Pantai Oetune |