Naik kereta api Tutt..tutt..tuut...siapa hendak turut ke Semarang~~~
Lagu anak kecil versi zaman saya ini populer banget walaupun baru ketika dewasalah saya kesampaian naik kereta api di Indonesia.
Perjalanan saya dimulai dengan naik kereta wisata dari Bandung. Setibanya di Semarang, saya dan rombongan blogger menuju ke Museum Kereta Api Ambarawa.
Setelah kurang lebih 45 menit, bus kami pun berhenti dan parkir di belakang delman lengkap dengan kudanya yang membuat bau kurang sedap. Di sisi kanan, terpampang kios kios pedagang kecil sedang di sisi kiri, ada sebuah bangunan terbuka dimana beberapa kereta api berjajar. Di sampinya berdiri tanda pengenal besar bertuliskan "Stasiun Ambarawa" sedangkan di pagar besi bangunan kayu tersebut tertulis " Depo Lokomotif Ambarawa".
Yup inilah dia Museum Kereta Api Ambarawa, satu satunya museum lokomotif uap di Indonesia. Awalnya tempat ini merupakan stasiun yang dibangun tahun 1873 oleh Raja Willem I untuk sarana transportasi militer di sekitar Jawa Tengah. Museum ini sedang renovasi besar besaran agar pengunjung semakin betah.
Masuk ke dalam, saya menemukan lapangan yang lebih luas lagi dimana kereta api yang lain ada yang sedang dipercantik oleh mas-mas-nya atau ada juga yang sedang terongok begitu saja. Beberapa kereta meski sudah tidak bisa dijalankan lagi namun tetap masih dalam kondisi yang bagus bahkan beberapa dijadikan tempat foto pre-wed karena tampilan unik dan vintagenya.
Khusus hari ini, saya dan teman teman datang untuk mencoba salah satu kereta jadulnya. Kereta uap tersebut rupanya sudah dipanaskan sejak 3 jam lalu agar dapat dioperasikan. Pantas saja pak masinisnya menghimbau agar segera naik ke kereta.
Kereta berwarna hijau ini punya dua gerbong masing masing gerbong panjangnya 9 meter dan telah digunakan sejak tahun 1907. Sesuai dengan usianya yang sudah uzur, kereta ini melaju dengan pelan hanya sekitar 10 km / jam. Oleh karena itu, saya masih bisa hilir mudik ke gerbong di belakang atau ke depan.
Nampaknya, kereta ini sudah lama tertidur di museum. Ketika berjalan, peluit dan suara uap yang saling bersahut sahutan mengundang masyarakat untuk berhenti dan menoleh. Saya jadi GR karena merasa bak Miss Universe yang lagi lewat soalnya banyak pelajar atau anak kecil yang melambaikan tangannya kepada saya. Tentunya dengan senang hati dan cengegesan, saya membalasnya.
Saya menerka, masyarakat sekitar mungkin jarang melihat kereta ini. Tidak heran karena untuk menyewa kereta ini diperlukan biaya sangat besar. 1 kereta dengan 2 gerbong ini dihargai 12,5 juta untuk sekali jalan. Mahal karena kereta ini hanya menggunakan kayu jati sebagai bahan bakarnya dan meski total perjalanan kami hanya satu jam bolak balik, namun inget kan dipanasinnya udah dari tadi :) Oh dan satu lagi yang bikin mahal, Nilai sejarahnya kawan.
Sepanjang perjalanan menuju ke stasiun Tuntang, saya yang memang sengaja memilih duduk di samping jendela tak berkaca ini mulai mengantuk karena terbuai angin sepoi sepoi dan dimanja oleh pemandangan hijau sawah dan Danau Rawa Pening yang berpadu dengan gunung gunung di sisi kiri dan kanan. Amboi mana tahan!
Kabar Gembira!
Bagi yang ingin mencoba naik kereta ini bisa loh! Harganya Rp.50.000 di hari weekend / libur.
(Jadwal lebih lanjut langsung menghubungi Museum Kereta Api Ambarawa yah)
“It takes only one hour but the memory of : your railway mountain tour will last forever”
Lagu anak kecil versi zaman saya ini populer banget walaupun baru ketika dewasalah saya kesampaian naik kereta api di Indonesia.
Perjalanan saya dimulai dengan naik kereta wisata dari Bandung. Setibanya di Semarang, saya dan rombongan blogger menuju ke Museum Kereta Api Ambarawa.
Setelah kurang lebih 45 menit, bus kami pun berhenti dan parkir di belakang delman lengkap dengan kudanya yang membuat bau kurang sedap. Di sisi kanan, terpampang kios kios pedagang kecil sedang di sisi kiri, ada sebuah bangunan terbuka dimana beberapa kereta api berjajar. Di sampinya berdiri tanda pengenal besar bertuliskan "Stasiun Ambarawa" sedangkan di pagar besi bangunan kayu tersebut tertulis " Depo Lokomotif Ambarawa".
Museum Kereta Api Ambarawa |
Naik kereta api yuk? |
I Ambarawa |
Kereta berwarna hijau ini punya dua gerbong masing masing gerbong panjangnya 9 meter dan telah digunakan sejak tahun 1907. Sesuai dengan usianya yang sudah uzur, kereta ini melaju dengan pelan hanya sekitar 10 km / jam. Oleh karena itu, saya masih bisa hilir mudik ke gerbong di belakang atau ke depan.
Kereta api jadul yang masih bisa dinaiki |
Saya menerka, masyarakat sekitar mungkin jarang melihat kereta ini. Tidak heran karena untuk menyewa kereta ini diperlukan biaya sangat besar. 1 kereta dengan 2 gerbong ini dihargai 12,5 juta untuk sekali jalan. Mahal karena kereta ini hanya menggunakan kayu jati sebagai bahan bakarnya dan meski total perjalanan kami hanya satu jam bolak balik, namun inget kan dipanasinnya udah dari tadi :) Oh dan satu lagi yang bikin mahal, Nilai sejarahnya kawan.
Sepanjang perjalanan menuju ke stasiun Tuntang, saya yang memang sengaja memilih duduk di samping jendela tak berkaca ini mulai mengantuk karena terbuai angin sepoi sepoi dan dimanja oleh pemandangan hijau sawah dan Danau Rawa Pening yang berpadu dengan gunung gunung di sisi kiri dan kanan. Amboi mana tahan!
Pemandangan ketika naik kereta api. Hijau! |
Kabar Gembira!
Bagi yang ingin mencoba naik kereta ini bisa loh! Harganya Rp.50.000 di hari weekend / libur.
(Jadwal lebih lanjut langsung menghubungi Museum Kereta Api Ambarawa yah)
“It takes only one hour but the memory of : your railway mountain tour will last forever”