Tanah Airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biar pun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Lantunan tembang "Tanah Airku" ini sungguh powerful. Biasanya kalau aku mendengarnya sewaktu di luar negeri, bisa langsung mewek. Tapi kali ini aku dan teman teman blogger sedang ada di Indonesia, tepatnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tapi tetep aja, liriknya begitu menusuk dan membuatku hampir menetesakan air mata apalagi dimainkan bersama dengan sasando.
FYI, Aku dan teman teman sedang berada di rumah pengrajin dan pemain Sasando ketika kami beramai ramai menyanyikannya. Si bapak maestro - Jeremias Aougust Pah - tinggal di rumah kayu yang sederhana. Tak tampak ada tetangga di sekitarnya. Letaknya memang di pinggir jalan namun tak ada tanda penunjuk bahwa di sini adalah pusatnya Sasando. Jikalau bukan dibawa oleh orang lokal, tak mungkin aku bisa tahu tempat ini.
Begitu masuk ke dalam rumah, sang maestro langsung menyambutku. Dia sudah sangat siap dengan pakaian tradisionalnya lengkap dengan topi dan memegang Sasando. Ketika aku meminta izin untuk berfoto, dia langsung standby memakaikanku topi dan tak malu malu ikut berfoto. Beta senang :)
Sasando adalah salah satu musik yang dipetik layaknya gitar yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Alat musik ini dulu kala ditemukan pada abad ke 17 oleh 2 orang penggembala di pulau Rote yang bernama Lunggi Lain dan Ballo Aman. Sasando kemudian sempat menghilang karena tidak ada lagi orang yang memainkannya. Kita pun mungkin kebanyakan hanya mengenalnya karena dulu pernah tampil di cover depan uang Rp.5.000. Hayo siapa yang masih punya? coba cek!
Btw, sebenarnya penulisan yang benar untuk kata Sasando adalah Sasandu, sesuai dengan dialek asalnya yakni Rote yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Namun entah mengapa alat musik ini lebih pamor dikenal sebagai Sasando. Nah, untungnya saja kiprah sasando mulai terdengar lagi setelah generasi bapak maestro dan keluarganya yang terus melestarikan warisan berharga ini. Si bapak berkat jasa jasanya telah menerima Gold Liontin dari Kementerian Kebudayaan di Jakarta pada tahun 2006. Pada tahun 2007 dia pun mendapatkan noble "Maestro" Senior of Indonesia Musician oleh bapak SBY. Sejak saat itu beliau tak berhenti menyebarkan virus sasando ke luar negeri.
Sebagai pembuka, Si bapak memainkan sasando model lama (tradisional) yang ada pengikat di ujungnya lalu dikalungkan ke leher lalu sasandonya diletakkan di pangkuannya. Sasando sendiri terdiri dari sebuah tabung bambu di tengahnya dimana di sana lah disematkan senar senarnya. Lalu yang bentuknya kayak setengah bola itu adalah daun lontar yang bisa dibuka tutup loh, fungsinya buat resonansi sasandonya.
Setelah si maestro unjuk gigi, kali ini si anaknya yang tampil. Biasa karena anak muda, sasando-nya pun lebih gaul. Udah ada sambungan yang bisa dicolokin ke speaker gitu. Tidak seperti yang tradisional, petikan sasando yang modern ini terdengar lebih jelas dan si anak nggak perlu repot mengalungkan tali ke lehernya.
Karena kepiawaiannya, Si bapak dan anaknya ini bak duta-nya Sasando yang sudah sering malang melintang di negeri orang untuk mempromosikan sasando.
Sewaktu saya mau pulang pun, saya ketemu lagi sama anak si maestro ini yang sedang "konser" di bandara El Tari Kupang sepulangnya dia dari Cina. Keren yahhh! Semoga dedikasi si bapak dan sekeluarganya membuat gaung sasando makin terdengar di mana mana.
Kalau ada yang ke kupang dan mampir ke sini, salamin buat si maestro yah!
Alamat :
Jalan Timor Raya Km. 22 Desa Oebelo Kec.Kupang Tengah - Kupang NTT (Kupang - oebelo sekitar 20 km atau satu jam jika ditempuh dengan mobil)
No Hp : 082236388463
Info : Kita juga bisa melihat workshop pembuatan sasando dan kain asli NTT tepat di samping rumah ini loh.
How to get here :
Ada berbagai maskapai penerbangan yang sudah melayani rute ke Kupang NTT. Tapi pilihan saya akhirnya jatuh ke Sriwijaya Air
Dari Jakarta - Bali - Maumere - Kupang saya dilayani dengan baik dan bahkan masih diberikan snack selama perjalanan. Awak pesawatnya juga santai dan ramah pada penumpang sehingga perjalanan jadi menyenangkan. Beberapa pilihan penerbangan yang dapat dipilih yakni :
Kan terkenang selama hidupku
Biar pun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Lantunan tembang "Tanah Airku" ini sungguh powerful. Biasanya kalau aku mendengarnya sewaktu di luar negeri, bisa langsung mewek. Tapi kali ini aku dan teman teman blogger sedang ada di Indonesia, tepatnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tapi tetep aja, liriknya begitu menusuk dan membuatku hampir menetesakan air mata apalagi dimainkan bersama dengan sasando.
FYI, Aku dan teman teman sedang berada di rumah pengrajin dan pemain Sasando ketika kami beramai ramai menyanyikannya. Si bapak maestro - Jeremias Aougust Pah - tinggal di rumah kayu yang sederhana. Tak tampak ada tetangga di sekitarnya. Letaknya memang di pinggir jalan namun tak ada tanda penunjuk bahwa di sini adalah pusatnya Sasando. Jikalau bukan dibawa oleh orang lokal, tak mungkin aku bisa tahu tempat ini.
Begitu masuk ke dalam rumah, sang maestro langsung menyambutku. Dia sudah sangat siap dengan pakaian tradisionalnya lengkap dengan topi dan memegang Sasando. Ketika aku meminta izin untuk berfoto, dia langsung standby memakaikanku topi dan tak malu malu ikut berfoto. Beta senang :)
Sasando |
Btw, sebenarnya penulisan yang benar untuk kata Sasando adalah Sasandu, sesuai dengan dialek asalnya yakni Rote yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Namun entah mengapa alat musik ini lebih pamor dikenal sebagai Sasando. Nah, untungnya saja kiprah sasando mulai terdengar lagi setelah generasi bapak maestro dan keluarganya yang terus melestarikan warisan berharga ini. Si bapak berkat jasa jasanya telah menerima Gold Liontin dari Kementerian Kebudayaan di Jakarta pada tahun 2006. Pada tahun 2007 dia pun mendapatkan noble "Maestro" Senior of Indonesia Musician oleh bapak SBY. Sejak saat itu beliau tak berhenti menyebarkan virus sasando ke luar negeri.
Sebagai pembuka, Si bapak memainkan sasando model lama (tradisional) yang ada pengikat di ujungnya lalu dikalungkan ke leher lalu sasandonya diletakkan di pangkuannya. Sasando sendiri terdiri dari sebuah tabung bambu di tengahnya dimana di sana lah disematkan senar senarnya. Lalu yang bentuknya kayak setengah bola itu adalah daun lontar yang bisa dibuka tutup loh, fungsinya buat resonansi sasandonya.
Maestro bermain Sasando Tradisional |
Sasando modern dan lagu Tanah Airku. Terharu! |
Sewaktu saya mau pulang pun, saya ketemu lagi sama anak si maestro ini yang sedang "konser" di bandara El Tari Kupang sepulangnya dia dari Cina. Keren yahhh! Semoga dedikasi si bapak dan sekeluarganya membuat gaung sasando makin terdengar di mana mana.
Live Sasando di Bandara El Tari Kupang |
Alamat :
Jalan Timor Raya Km. 22 Desa Oebelo Kec.Kupang Tengah - Kupang NTT (Kupang - oebelo sekitar 20 km atau satu jam jika ditempuh dengan mobil)
No Hp : 082236388463
Info : Kita juga bisa melihat workshop pembuatan sasando dan kain asli NTT tepat di samping rumah ini loh.
Sasando |
Temen saya sempat nyanyi All of Me pake sasando begini jadinya :
How to get here :
Ada berbagai maskapai penerbangan yang sudah melayani rute ke Kupang NTT. Tapi pilihan saya akhirnya jatuh ke Sriwijaya Air
Dari Jakarta - Bali - Maumere - Kupang saya dilayani dengan baik dan bahkan masih diberikan snack selama perjalanan. Awak pesawatnya juga santai dan ramah pada penumpang sehingga perjalanan jadi menyenangkan. Beberapa pilihan penerbangan yang dapat dipilih yakni :
Jakarta – Kupang (Via Surabaya)
Berangkat : 09.20
Kupang – Jakarta (Via Surabaya)
Berangkat : 14.55
Surabaya – Kupang (direct flight)
Berangkat : 11.20
Kupang – Surabaya (direct flight)
Berangkat : 14.55