Aku dan Toilet Jepang

Minggu, 31 Agustus 2014

Hayo kita tebak tebak buah manggis. Apa persamaan saya dengan wanita jepang? Banyak. Ini listnya :
1. Sama sama doyan mi.
2. Sama sama orang jepang (saya banyak dibilang seperti gadis jepang)
3. Sama sama doyan makan ikan (kalau saya makannya tekwan dan mpek, bukan sushi)
4. Sama sama suka komik.
dan..... Sama sama pemalu... di TOILET.

--------

Lega sekali rasanya ketika menginjakkan kaki di Bandara Narita. Pengen sujud syukur, ah norak deh. Mending langsung melipir ke Toilet. Sedari tadi hanya tempat inilah yang ingin saya kunjungi ketika di Jepang. Soalnya naik pesawat dari Amerika - Jepang selama berjam jam bikin saya semaput. WC di kabin pesawat yang kecil tentu tidak nyaman. Mau pipis aja kadang mikir mikir sehingga minum pun diirit. Boro boro mau menunaikan hajatan besar, melihat antrian saja sudah bikin nafsu hajat saya naik ke atas lagi.

Sejak dulu, pamor Toilet jepang sudah terkenal sehingga saya ingin langsung mencicipinya langsung. Wc duduk Jepang dipercaya dibuat sedemikian rupa untuk menjunjung tinggi selera masyarakat jepang dan kebutuhan masyarakatnya, tak terkecuali para wanitanya yang katanya risih jika aktivitas pembuangan mereka sampai diketahui oleh bilik sebelah.

Kalau untuk teknologi bidet dan toilet yang tempat duduknya hangat, saya sudah pernah nyoba di Amerika. Nah yang bikin penasaran karena di toilet jepang ada fasilitas pemutar musik di WC. Kalau ditanya musik apa yang diputar, saya sudah lupa kayaknya sih suara suara air / melodi untuk menyamarkan sedang apa kita di dalam. Pokoknya bikin hati adem, perut tenang dan pantat tidak mau lepas dari dudukan :D

Sayangnya semua tombol tersedia dalam bahasa jepang jadi dipencetin aja semua karena saya pun tidak hapal. Palingan kaget ketika bidet tiba tiba menyemburkan air.

Toilet Duduk Khas Jepang
Saya pribadi memang punya banyak tuntutan dari segi WC. Kalau semisal bepergian, saya tak masalah kotor kotoran atau tidur dimana saja. Tetapi kalau untuk urusan ke belakang, saya selektif!

Nah ini dia kesamaan saya dengan wanita jepang. Saya paling tidak bisa mengeluarkan hajat kalau di WC umum karena saya tak mau "tetangga sebelah" mendengar suara plung-plung-plung atau suara suara alami yang tentu diluar kuasa saya. Belum lagi soal ke belakang, saya butuh waktu lebih lama dari rata rata. Yang terakhir, kalau kondisi tidak kondusif (baca : tidak ada orang, tidak bersih, serem), hajatnya tidak mau keluar walaupun sudah sakit perut banget.

Kembali ke toilet yang pake musiknya, saya sangat berterima kasih kepada Jepang yang punya ide kreatif seperti ini.

Sayangnya untuk kehidupan sehari hari tentu saya gak punya toilet pintar ini. Ketika saya tinggal bersama teman sekamar di Amerika, untuk mengatasi ke-malu-an saya ketika mau berhajat, saya bilangnya pura pura mau mandi agar dia ga nungguin setelah itu saya putar musik kencang dari handphone atau laptop. Alhasil saya tidak malu lagi dan proses pembuangan pun berjalan lancar. Bonus : saya pun bisa jadi penyanyi kamar mandi :)

Kalau teman teman apakah semalu saya dan wanita jepang?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets