Gojek vs Ojek Biasa

Kamis, 23 Juli 2015

Sebelum pindah ke Jakarta, saya nggak kepikiran tuh harus install GoJek. Nah ketika sudah tinggal di sini dan harus pergi liputan kemana mana, baru berasa alat transportasi itu penting sekali. Naik taxi tiap saat, mahal dan macet. Untungnya ada Gojek di Jakarta yang menjadi solusi kemacetan dan penyelamat kantong. Sialnya, udah dua kali saya coba install apps ini namun gagal. Saya tak pernah dapet sms verification code-nya. Huft hingga akhirnya ketika tukeran Hp dengan adik saya, barulah saya bisa install Gojek dan langsung mencobanya.

Berikut perbandingan pengalaman pribadi saya menggunakan jasa Gojek VS ojek biasa yang mangkal / kebetulan lewat di Jakarta :
 
Pemesanan
Gojek : Hanya dapat dilakukan menggunakan apps. Kasian yang nggak punya smartphone nih.
Ojek : Tinggal melambaikan tangan ke pangkalan ojek atau berdiri di pinggir jalan aja, sudah pasti ada abang abang berhenti atau meng-klakson kita

Penjemputan
Gojek : Dapat di-track di apps nya sehingga kita tahu gojeknya tidak PHP.
Ojek : Kecuali anda udah sohiban ama si tukang ojek, bisa tuh tinggal minta dijemput.

Fasilitas
Gojek :Mendapatkan helm khusus yang bersih dan wangi, masker dan penutup rambut yang baru sehingga nggak perlu takut ketular kutu / ketombe. Kali aja pas musim hujan, ada fasilitas tambahan baru yakni jas hujan. Eaaa!
Ojek : Helm yang entah kapan terakhir nyucinya dan selalu meninggalkan aroma khas pendahulunya. Pastikan anda keramas setelah menggunakannya yah!

Perjalanan
Gojek : Ditanya dulu apakah lagi terburu buru atau tidak. Jika iya, si tukang gojek bakalan ngebut tapi tetap berhati hati. Jika tidak, maka dia akan santai saja sambil cerita cerita. Semua tukang gojek yang kebetulan saya tumpangi sangat terbuka dan ramah. Asik lah!
Ojek : terkadang jutek. Terkadang diam. Terkadang juga di jalan tiba tiba mau membelokkan arah dengan alasan "macet" hufft! belum lagi suka menerobos, cenderung mau cepat saja tanpa memperhatikan jantung saya yang sudah mau copot!

Biaya
Gojek : Meski tidak ada promo masih terjangkau apalagi jika dibandingkan dengan ojek biasa
Ojek : tergantung waktu (malam lebih mahal, kalau tidak ada angkutan lain lagi maka lebih mahal lagi) dan tergantung mood abangnya
Kesimpulan
Gojek : Puas dan sangat direkomendasikan. Namun terkadang di rush hour (pas jam pulang kerja) susah banget untuk dapetin gojek yang bersedia mengantar kita.
Ojek : Jika mendadak harus pergi, ojek biasa bisa tetap jadi pilihan karena banyak tersedia di mana saja. Cuma harus pinter pinter nawar juga.


Cerita khusus dari si tukang Gojek :
Abang gojek pertama yang saya coba kebetulan lagi break kerja 1 bulan, dan baru nyoba 2 hari tapi sudah jatuh cinta pada pekerjaan ini. "Penghasilannya lumayan banget" meski lagi promo Rp.10.000 kemana saja yang sangat menguntungkan customer ini aslinya tidak mempengaruhi pendapatannya karena mereka tetap mendapat bayaran biasanya hanya sisanya perusahaanlah yang lagi nombokin.

Dengan sistem bagi hasil 80(untuk abang gojek) : 20 (untuk gojek) jangan heran pendapatan abang abang ini jauh di atas gaji saya yakni minimal bisa dapat 6 juta ke atas bahkan ada yang tembus ke 10 juta. Sistem ini juga sangat membantu bagi ibu ibu rumah tangga yang ingin punya uang belanja sendiri tanpa minta minta ke suami. Suatu kali saya dapatnya ibu ibu gojek, dia sangat puas telah bergabung dengan Gojek. Mumpung belum mencapai batas maksimum 55 tahun untuk jadi supir gojek, dia yang hanya punya beberapa tahun lagi tampak semangat banget seperti mengejar deadline hehehe. Dari cideng barat, saya minta diantar ke Gedung Sapta Pesona dan kebetulan ibu ini tinggalnya berdekatan lokasi saya. Hanya dalam hitungan menit dia sudah tiba di depan kantor. Si ibu juga langsung bisa nyari jalan pintas masuk ke gang - gang dan warga sekitar dengan ramah menyapa si ibu karena sudah pada kenal. Hebat!

Picture by Gojek
Duh jadi kepengen beralih profesi kalau begini! Gimana caranya jadi tukang gojek?
Menurut si abang, rekrutmen diadakan langsung di bangka raya, Jakarta selatan dan peminatnya membludak. Bahkan ada yang rela ngantri dari jam 2 subuh dan jumlahnya bisa ratusan. Syarat untuk menjadi tukang gojek sangatlah mudah yakni minimal tamat SMP, mempunyai KTP, SIM yang masih berlaku dan pajaknya kendaraannya tidak bermasalah atau cek di sini lebih lengkapnya. Setelah daftar nantinya akan ada wawancara standar dengan tanya jawab seperti kenapa mau bergabung di gojek dan lain lain. Hayo sapa yang berminat?

Namun, seiring kontroversi gojek merebut pendapatan ojek biasa, tak sedikit tukang gojek yang dijutekin sama ojek yang "menguasai" daerah tertentu. Si abang gojek itu pernah tuh jemput di stasiun dan malah ditendangi ama ojek ojek disana. Untungnya, si abangnya kalem aja. Dia memahami tindakan anarkis dari ojek ojek tersebut dan menggangap sebenarnya ojek biasa itu belom ter-edukasi aja.
"Kalau udah tau gimana pasti dia juga mau gabung ama gojek." begitu kata si abang.
Duuh abang, God Bless You!

Semoga semakin banyak gojek gojek yang dapat memberikan rasa nyaman seperti ini yah. Untuk ojek biasa, cobalah belajar dari sistem gojek. Coba abang ojek belajar tidak mematok harga kemahalan, bersikap ramah, bersih agar penumpang mau menggunakan lagi jasa ojek biasa. Amin!

Kalau kamu, apa kesannya setelah mencoba gojek dan ojek biasa?
Kalau review gojek vs grabbike lihat di sini yah

Btw, saya punya kode referral nih : 543611350 bagi yang mau credit Rp.50.000 for firs-time user. Lumayan banget kan! Share punya kamu juga dong :)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Wisata © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets